“Bu bos!” Zefa langsung disambut Salsa begitu ia sampai di dalam. Wajah kaku Zefa ia paksa untuk mengulas satu senyuman sebagai balasan sapaan perempuan muda itu. “Bu bos tunggu di atas aja,” lanjut Salsa.
“Ya.” Zefa siap melangkah, tapi berhenti lagi untuk menatap Salsa. “Rionya lagi ngapain?”
“Pak bos? Tadi lagi diskusi sama Chef Argi.”
“Oh.” Zefa bergumam lantas kembali membawa kakinya melangkah ke lantai paling atas. Dia menunggu Rio di sana sambil menatap jendela, memperhatikan orang-orang yang hilir mudik di bawah sana.
Tak lama, pintu terdengar dibuka. Rio muncul dengan dua gelas minuman untuk mereka dan langsung meletakkannya di atas meja. “Duduk Ze, aku bikinin teh chamomile buat kamu. Dicobain deh, kata Berli teh ini bagus buat ibu hamil.”
Mendengat nama Berli keluar dari mulut Rio, refleks Zefa mendengus pelan. Namun ia tetap menurut dan duduk di sana dengan wajah ditekuk.
“Diminum dulu Ze, kamu nggak haus?” Lagi-lagi Zefa menurut. Dia menyesap teh tersebut yang memang ternyata enak. Aromanya berhasil membuat Zefa sedikit rileks.
Setelah Zefa meletakkan kembali teh di atas meja, dia menatap Rio ragu. “Ri, sebenernya aku ke sini karena ada yang mau aku tanyain ke kamu.”
“Iya aku tau.”
“Kamu tau?” Kening Zefa mengerut.
“Iya, tadi aku gak sengaja liat kamu ngikutin aku sama Berli.” Seketika rahang Zefa terbuka. Dia kaget atas ucapan Rio barusan, jadi tadi dia ketahuan?
Sementara Rio malah terkekeh melihat reaksi Zefa. “Rambut Rhea mencolok gitu mana mungkin aku nggak liat.”
Ah, sial gara-gara Rhea!
Zefa memaki dalam hati.
“Mau kamu yang nanya-nanya ke aku atau aku langsung jelasin ke kamu?” tanya Rio.
“Kamu aja yang jelasin,” jawab Zefa karena sejujurnya dia pun bingung harus mulai bertanya dari mana.
“Kamu udah lihat aku sama Berli dari food Court kan?” Zefa mengangguk. “Anak kecil yang kamu lihat di sana, itu anak Berli.”
Zefa tidak kaget. Walau tak melihat begitu jelas bagaimana rupa anak perempuan tadi, tapi feelingnya mengatakan kalau dia memang anak Berli. Masalahnya siapa ayah anak itu? Kenapa Rio bisa seakrab itu dengannya?
Zefa hanya menyimpan pertanyaannya dalam hati, dia memilih untuk menunggu Rio melanjutkan penjelasannya.
“Pertama-tama aku mau minta maaf dulu karena pergi keluar sama cewek lain tanpa ijin kamu. Kejadian tadi memang nggak direncanain. Tadi pagi aku pamit ke kamu dan bilang ada urusan itu bukan soal Berli, tapi aku mau ketemu salah satu kenalanku dari Australia. Dia kebetulan lagi ke Indonesia dan minta ketemu, kalau kamu nggak percaya kamu boleh tanya Zeron. Dia juga diundang walau nggak bisa datang karena ada kerjaan.”
Rio mengambil napas sejenak sembari memperhatikan raut wajah Zefa. “Waktu aku lagi ketemu sama dia, aku dapat telepon dari Bu Rahmi katanya Aina dibawa paksa sama papanya. Oh Aina itu nama anaknya Berli, kalau Bu Rahmi pengasuhnya Aina. Kamu juga liat kan pas kita nurunin Aina di depan gedung apartemen Berli?” Zefa mengangguk. Satu pertanyaan sudah terjawab. Anak itu anaknya Berli dan suaminya, tapi kini pertanyaan lain muncul sebagai pengganti. Kenapa ibu-ibu pengasuh itu menelepon Rio?
“Sebentar,” kata Rio. Giliran dia yang menyesap minumannya. “Sebenernya aku pengen nyerita ini ke kamu dari waktu kamu nanya soal Berli ke aku, tapi waktu itu aku belum bisa cerita apa-apa karena aku belum minta ijin sama Berli. Ini ada kaitannya sama masalah pribadi Berli makanya aku perlu ijin sama dia karena kalau nggak ijin, sama aja aku kaya nyebar aib dia. Terus karena tadi aku lihat kamu ngikutin kita akhirnya aku minta ijin ke Berli buat nyeritain ke kamu dan Berli pun setuju karena nggak mau kamu salah sangka sama dia.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Neapolitan: Strawberry
RomanceMelihat mantan menikah itu sudah biasa, tapi bagaimana jika kamu disuruh menikah dengan mantan? Tunggu testimoni dari Zefania untuk jawabannya. [Special collaboration] Romance | Marriage Life ✍ 02 Januari - 14 September 2022 ©Dkatriana