🍓 Balada Ibu Hamil

4K 388 65
                                    

“Suntuk banget muka lo. Zefa baru hamil muda njir belum ada apa-apanya, entar pas udah lahiran bakal lebih ribet lagi,” terang Rendra sebagai satu-satunya orang yang telah berpengalaman diantara ketiga laki-laki yang kini tengah berkumpul menikmati secangkir kopi di sore hari, Zeron ikut nggangguk-angguk beberapa detik setelahnya.

“Tapi Ren gimana gue nggak stres, dia tuh ngidamnya aneh-aneh. Lu bayangin aja jam 2 dini hari tiba-tiba bangun pengen es kelapa sama kue pancong.” Tawa Rendra menguar mendengar ucapan Rio yang menggebu-gebu. Karena dia sudah mengalaminya, jadi dia paham betul apa yang tengah Rio rasakan sekarang. Sayang iya, kasihan iya, pengen nempeleng juga iya.

“Gue jadi inget dulu bini gue malem-malem nangis pengen naik ufo terus besoknya minta dibawain alien. Ya Tuhan waktu itu gue mau cosplay jadi ubur-ubur aja rasanya.”

“Haha inget, gue juga inget!” Zeron tertawa sambil memukul meja. “Lo heboh banget di grup waktu itu, gue sampe sakit perut ngetawain lo terus ujung-ujungnya dimarahin Caca.” Rio mau tidak mau memutar ingatannya pada kejadian yang tengah mereka bicarakan, dia ingat saat itu dia masih ada di Australia dan benar kata Zeron, dia juga ketawa ngakak karena tak pernah mendengar bumil ngidam seaneh itu.

“Kocak sih, gue nggak akan pernah lupa pokoknya, tapi sekarang kalau gue bahas itu bini gue suka marah-marah. Katanya, 'apaan sih dibahas mulu, aku kan waktu itu habis nonton film jadi tiba-tiba kepengen naik ufo buat ketemu alien'.” Rendra menirukan gaya bicara sang istri.

“Gue nangis aja dah kalau Zefa minta yang kaya gitu.”

“Lo nangis, kita ngakak.” Zeron high five dengan Rendra.

“Sialan lo berdua!” Rio mendengus. Percuma dia cerita, bukannya dikasih solusi malah jadi bahan tertawaan.

“Terus abis itu gimana? Lo dapet kelapanya?” tanya Rendra setelah tawanya mereda. Lelaki itu tampak penasaran dengan kelanjutan kisah Rio dan balada ibu hamil versi Zefa.

“Gue langsung ngacir ke pasar dah tuh, untungnya ada yang jual. Pengen sungkem aja gue waktu itu sama bapak-bapak yang jual kelapanya.”

“Haha terus terus.”

“Ya gue bikin es kelapa sendiri, kue pancong juga gue bikin sendiri. Untungnya gue punya cetakannya walau gue harus bela-belain ngambil ke rumah nyokap gue dulu.”

“Mantap, totalitas tanpa batas!” Rendra mengacungkan kedua jempolnya.

“Tiati Ri bentar lagi puasa, banyak-banyakin sabar dari sekarang dah lo.” Zeron menyesap kopinya yang tinggal setengah. Dia baru tiba dari Jepang tadi malam ketika Rendra mengajaknya bertemu, katanya mau meledeki calon papa baru alias Rio.

“Gue ngerti beban gue nggak seberapa sih. Beli kelapa dini hari nggak sebanding sama Zefa yang harus ngandung bayi sembilan bulan, tapi ya Tuhan kadang gue pengen sambat juga.” Rio masih meratapi nasib. Meski ia selalu menunjukkan sisi 'suami terbaiknya' pada Zefa tapi ada kalanya Rio berada di fase lelah dan ingin mengeluh kepada seseorang, dan untuk saat ini ia tidak mau mengeluh pada Zefa. Takutnya Zefa malah mengira dia hanya beban bagi Rio soalnya Zefa sering kali berasumsi sendiri dan berujung overthinking. Jadi pilihan Rio adalah mengeluh kepada kedua temannya.

I know bro I know.” Rendra memberi tepukan ringan pada bahu Rio. “Nggak apa-apa kok sesekali ngeluh, wajar aja karena lo juga manusia Ri. You can't be perfect all the time. Asal lo tau waktu dan tau tempat aja kapan dan dimana lo boleh ngeluh. Kita-kita mah selow kalau mau lo curhatin atau lo jadiin tempat sambat juga, ya gak Zer?”

“Yoi.” Zeron segera menyahuti.

Tarendra kalau lagi dalam mode bijak begitu kelihatan berwibawanya, dan kelihatan kalau dia adalah seorang ayah dan suami hebat bagi keluarganya. Rio belum ada apa-apanya jika dibandingkan lelaki itu.

Neapolitan: StrawberryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang