🍓 Gift

3.7K 502 68
                                    

Usai agenda beres-beres sekaligus mendekor rumah—walau belum sepenuhnya selesai—Zefa menarik diri ke tumpukan kado yang diterimanya sebagai hadiah pernikahan. Sudah dua hari dia belum menyentuhnya sama sekali. Kado-kado itu dibiarkan begitu saja, Rio malah kelihatan tidak tertarik untuk membukanya.

Dengan hati-hati, Zefa menurunkan satu persatu ke atas lantai. Lalu dia sendiri duduk bersila di sana. Kedua matanya sibuk memilih kado mana yang akan dia buka duluan.

Akhirnya, kado pertama yang dia buka adalah kotak warna merah muda berpita putih yang dihiasi glitter di setiap sisinya. Zefa pikir isinya dress, tapi begitu kain itu diangkat tinggi-tinggi, Zefa syok karena ternyata bukan dress melainkan lingerings hitam transparan.

Zefa masih di posisinya dengan mulut setengah terbuka dan mata membelalak ketika Rio datang menghampiri. “Ze, tadi kemocengnya kamu taro ma—” Ucapan Rio otomatis terhenti saat pandangannya terpaku pada apa yang sedang Zefa pegang.

“Bukan punya gue sumpah!” pekik Zefa. Dia melempar kembali lingerings  itu ke dalam kotak, sementara Rio berdiri canggung di belakangnya.

“Ehm, sori tadi nggak liat.”

Zefa sudah merutuk dalam hati. Kenapa Rio harus datang di waktu yang tidak tepat sih? Kenapa pula dia minta maaf, Kan suasananya jadi makin canggung!

“Nggak apa-apa, tadi kamu nanya apa?” Zefa menegok ke belakang. Pura-pura kalau kejadian barusan bukanlah masalah besar.

“Itu ... kemoceng. Aku lagi nyari kemoceng.”

“Ah, tadi aku taro di meja kamar sebelah kayanya.”

“Oh, oke.” Rio berniat pergi, tapi ucapan Zefa mengurungkannya. Zefa sendiri tidak mengerti kenapa dia berkata begitu. Mulutnya bekerja lebih dulu sebelum otaknya sempat memproses.

“Kamu nggak mau buka kado bareng?”

Hening.

Rio terdiam, pun dengan Zefa yang langsung menyesalinya. Suasana hanya akan bertambah canggung jika mereka membuka kado-kado itu bersama, tapi Zefa juga tidak mungkin menarik kembali ucapannya. Dia hanya berharap Rio menolaknya. Namun di detik dia berdoa, di detik itu pula Rio meruntuhkan doanya.

“Boleh.”

Shit!

Umpatan itu sudah terlontar dalam hatinya. Mau tidak mau Zefa bergeser dan memberikan space untuk Rio agar duduk di sebelahnya.

Tepat ketika Rio duduk, buru-buru Zefa kembali menutup kotak merah muda tadi setelah dia mencomot selembar kartu kecil di dalamnya. Isinya berupa ucapan selamat atas pernikahannya dan identitas si pengirim. Walau di sana hanya tertulis 'Your bestie', tapi Zefa sudah bisa menebaknya. Sudah pasti sang pengirim baju kurang bahan itu adalah Rhea karena Legina masih cukup waras untuk tidak memberikan barang-barang aneh.

Kado kedua yang Zefa pilih adalah sebuah kotak berwarna coklat. Ukurannya lebih besar dari kotak sebelumnya, juga lebih berat. Saat dibuka, isinya dua botol yang mirip minuman, tapi Zefa tidak tahu persisnya minuman apa itu. Masa ada yang memberinya wine atau minuman beralkohol sih? Walau dikata anak kota banget, Zefa tidak menyukainya. Zefa masih ingat bahwa dalam agamanya minuman itu sudah dilabeli haram.

Namun Zefa juga tidak munafik. Dia pernah mencobanya sekali saat acara makan-makan di kantor lamanya. Bukan karena dia ingin, tapi terpaksa karena atasannya yang laknat naudzubillah. Gara-gara dia pula Zefa resign dari sana.

“Apaan nih?” Zefa dan Rio masing-masing mengambil satu.

“Oh, ternyata madu.” Zefa bernapas lega, setidaknya kado ini normal walau dia sedikit heran karena tak pernah mendengar bahwa madu cocok dijadikan kado pernikahan.

Neapolitan: StrawberryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang