“Kamu kapan nikah?” adalah pertanyaan yang membuka obrolan Zefa dan mamanya malam itu usai mereka makan bersama dan memutuskan untuk menonton televisi di ruang tengah.
Zefa menghentikan kegiatan mengupas apelnya dan mendongkak menatap sang mama yang duduk di sofa sementara dirinya lesehan di atas karpet.
“Ma, jangan mulai deh.” Zefa merotasikan matanya. Ia bosan mendengar pertanyaan yang sama setiap kali dia pulang ke rumah. Bahkan saat berbicara di telepon pun sang mama kadang melontarkan pertanyaan itu.
“Mama serius sayang, kamu udah umur segini masa mau sendiri terus?”
“Mom, I'm still twenty nine.”
“Dan sekarang udah bulan November kalau kamu lupa. Bentar lagi kamu 30 tahun.”
“Masih satu setengah bulan lagi Ma. Masih lama!”
“Terus kamu mau nunggu 30 tahun dulu baru mau nikah?”
“Nggak gitu maksudnya, tapi ya gimana? Mama mau ngeliat aku nyari pacar dadakan buat pura-pura jadi suami terus nikah kontrak kaya di film-film biar aku nggak direcokin pertanyaan kapan nikah lagi?”
“Ngaco kamu!”
“Makanya Ma jangan tanyain itu terus. Nanti juga kalau udah waktunya aku bakal nikah kok.”
“Kapan?”
“Nunggu Luke Hemmings masuk islam dulu,” jawab Zefa ngasal dan sontak mengundang gerutuan dari mamanya.
“Tau gak sih Ma, artis Korea aja umur segini masih banyak yang belum nikah. Aku tuh kalau di sana masih terbilang muda.”
“Tapi kamu tinggal di Indonesia bukan di Korea dan kamu juga bukan artis,” sergah mamanya.
“Uh!” Zefa mendengus. Dia langsung putar otak lagi untuk mencari alasan lain. “Ma, seriusan deh aku tuh bukannya nggak mau nikah, tapi calonnya emang belum ada.” Ini Zefa berkata jujur. Di umurnya yang hampir mencapai kepala tiga, entah kenapa tak juga ada pria yang mengajaknya menjalin hubungan serius. Entah karena dosa Zefa terlalu banyak, atau doanya kurang kencang.
Intinya sekarang Zefa masih menjomblo setelah putus dari pacarnya hampir dua tahun yang lalu usai mereka menjalin hubungan empat bulan lamanya sebelum sang pacar tiba-tiba minta putus karena katanya nggak mau nikah sama cewek yang lebih tua. Brengsek memang. Awalnya saja yang manis sok soan menerima Zefa apa adanya. Ujung-ujungnya dia bahas umur juga.
“Kalau calonnya udah ada, kamu mau nikah?” pancing mamanya.
“Iya.”
“Mama udah punya calon buat kamu.”
“No thank you. Kalau mama niat ngejodohin aku sama mas mas dosen kenalan mama, aku skip,” tolak Zefa tegas. Sebelum ini mamanya memang pernah menawarkan Zefa untuk dikenalkan pada dosen-dosen muda kenalannya, tapi Zefa tidak mau karena sekarang lagi marak-maraknya kasus perselingkuhan dan pelecehan seksual di kalangan dosen. Bukannya Zefa ingin menyamaratakan mereka, tapi jaga-jaga saja takut Zefa ternyata dapat suami yang modelan begitu.
“Bukan dosen.” Zefa yang semula berniat kembali mengupas apel, langsung mendongkak lagi menatap mamanya. “Terus?”
“Rio.”
“Rio siapa?”
“Mantan kamu waktu SMA, yang anaknya Bu Ika.” Seketika kedua mata Zefa melebar sempurna. Dia menatap mamanya tak percaya karena dari sekian juta laki-laki di dunia, kenapa mamanya malah memilih dia?
Maksudnya ini mantannya Zefa lho. Ya kali Zefa harus nikah sama dia? Hell no. Di kamus Zefa haram hukumnya balikan sama mantan. Apalagi kalau mantannya itu Rio. Zefa makin nggak mau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Neapolitan: Strawberry
RomanceMelihat mantan menikah itu sudah biasa, tapi bagaimana jika kamu disuruh menikah dengan mantan? Tunggu testimoni dari Zefania untuk jawabannya. [Special collaboration] Romance | Marriage Life ✍ 02 Januari - 14 September 2022 ©Dkatriana