Bagian -07.

20.7K 1.9K 65
                                    

Happy reading!
____________

Berharap terlalu besar hanya akan menyakiti diri sendiri, ekspetasi terlalu tinggi selalu menjatuhkan diri.

-Elvano.

                 ______🌟🏜️_____

Bagaskara sudah menunjukan sinarnya. Yang berarti hari sudah pagi, pemuda dengan bulu mata lentik itu terbangun. mata indahnya mengerjakan pelan. Ia hendak bangun tapi badan miliknya tak bisa bergerak seperti ada yang menahan. Pemuda itu El, ia menoleh ke arah samping. Benar saja ada yang memeluknya sangat erat.

El tertegun menatap siapa yang memeluknya. Itu Arka, sang-abang, ia menatap sendu wajah dengan rahang tegas itu. Dan ini benar-benar Arka yang suka membentak dirinya. Tak di pungkiri rasa bahagia timbul dari dalam diri El. Mimpinya hari ini menjadi nyata, yaitu Arka mau menemani nya tidur.

"Abang beneran tadi malam, nemenin adek bobo?" Gumam El.

Tapi mengingat perkataan Arka semalam. Lagi-lagi hati kecil milik El terasa perih, bagai di sayat pisau. Abangnya ingin ia mati. Menyakitkan.

El melepaskan pelukan Arka dengan hati-hati. El tau persis Arka akan terbangun dari tidurnya bahkan hanya karna suara dan gerakan sekecil apapun. Benar pemuda bertubuh jangkung itu terbangun.

Arka terlihat segera menjauhkan badannya dari El."gak usah ngarep banyak lo,"

El menggeleng."engga Abang, adek ga berharap lagi."

El turun dari ranjang. Sudah El tebak kakaknya hanya pura-pura. Kapan arka akan benar-benar berubah?

"Tunggu!" Langkah El terhenti mendengar perkataan dingin Arka. Ia berbalik menatap wajah sang Abang, berusaha merendam tangisnya.

"Lo jangan pernah ngadu apapun sama mama dan papa. Tentang ini semua cuma pura-pura, gue bakalan dengan terpaksa baik sama lo di depan mama papa" ucap Arka.

"---dan ya jangan pernah berharap lebih, gue ngelakuin drama ini semata mata cuma buat mama, anak haram!" El mengangguk mengerti.

"Iya bang, El bakalan turutin semua mau Abang. Karna El gak tau kapan lagi bisa nurut sama Abang," anak itu tersenyum manis. Meski tak dipungkiri hatinya hancur lebur.

"Bagus!" Setelahnya arka segera keluar dari kamar El.

El menghela nafas. Menghapus air mata yang meluncur tanpa izin. Lagi-lagi harapan besarnya hanya sebuah angan, berharap lagi-lagi membuat ia tersakiti. Mulai hari ini ia berjanji tidak akan berharap lagi pada sang Abang. Janji!

"Abang tenang aja ya, El bakalan cari tau semuanya. Dan jika semuanya terbukti benar, El janji bakalan pergi jauh dari Abang," lirih El.

"--jauh, jauh banget. Biar Abang gak bisa liat wajah adek lagi. Adek tau setiap liat wajah adek, Abang selalu emosi, adek perginya yang jauh kok Abang, hiks.. abang gak perlu pura-pura sayang sama adek," El tak dapat membendung air matanya. Ia berjalan seraya menangis menuju kamar mandi. Bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.

                     ____🌟🏜️____

"Katakan siapa yang mengizinkan mu sekolah?" Langkah El terhenti mendengar perkataan datar dari sang papa.

El melawan rasa takutnya. Dengan terus berjalan ke meja makan lalu duduk di sebelah Gustav.

"Udah dua hari adek gak sekolah papa, nanti makin banyak ketinggalan materi" jelas El.

Gustav menghela nafas."yaudah deh, tapi jangan capek-capek oke?"

El tentu saja mengangguk antusias."Oke papa!"

ELVANO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang