Bagian -30.

16.8K 1.4K 88
                                    


Happy reading!!
Senyum yang lebar bestie kemudian mulai baca-!!💗

_______

Meski tak menjadi yang terbaik, setidaknya berusahalah memperbaiki. Perbaiki semuanya, rubah, kita tak tahu besok masih ada atau tidak?

-diyaa.

______

_🌟🏜️_

Setelah tadi siang asik bermain di markas Elvano akhirnya terlelap karna kelelahan, anak itu mengelilingi isi markas yang cukup luas itu sembari berlari kecil dan berseru ria. Bahkan beberapa kali Arka menyuruh anak itu untuk diam tapi hasilnya nihil, beruntung setelah Arka mengancam akan melaporkan nya kepada sang papa Elvano akhirnya menurut meski masih mode ngambek.

"Adek mana bang?" tanya Dina yang baru datang dari kamar bersama Gustav, mereka sudah kembali tadi sore tapi kedua putranya tidak ada di mansion.

"Bobo ma. Tadi ikut aku ke markas kecapean dia," balas Arka lalu duduk di sofa, setelah mengambil air.

Gustav berjalan lalu duduk di sebelah sang sulung."Nakal gak dia bang? ngeyel banget di suruh makan aja susah nya minta ampun."

"Dulu dia nurut banget sama aku, aku tatap aja langsung nurut."

"Orang kamu natapnya kaya mau bunuh orang," cetus Dina sembari terkekeh kecil.

"ABANG!!!" mendengar teriakan itu, tanpa berkata Arka, Gustav dan, Dina langsung berlari menuju kamar sang bungsu.

Arka langsung menggendong tubuh sang adik yang tengkurap di lantai dengan wajah memerah menahan tangis.

"Papa, adek mau papa."

Arka mengusap punggung itu lalu mengalihkan Elvano ke gendongan sang papa.

"Adek kenapa nak?" tanya Dina seraya mengusap surai legam Elvano.

"Kaget, tadi adek mimpi jatuh dari pohon kelapa. Hiks! jatuh beneran, sakit mama," jelas nya sesenggukan.

"Astaga, maaf abang lupa pasang penyangga nya," sesal Arka, ini salahnya karna lupa memasang penyangga kasur sebab ia pikir El tidak akan jatuh karna sudah berada di tengah dan di apit bantal guling di segala sisi, mengingat kasur kamar Elvano cukup besar.

"Udah, cup-cup ya dek. Bilang sama papa apanya yang sakit?" Gustav duduk di kasur seraya mengecup pipi gembul Elvano yang memerah.

"Ini sakit papa," Elvano menunjuk dagunya dengan jari telunjuk.

Dina langsung mengambil kotak p3k ketika melihat dagu sang anak memar, membiru.

"Obatin ya sini, biar cepet sembuh," ucap Dina, namun hanya mendapat gelengan dari sang empu.

"Dek, obatin dulu," Gustav mendudukan Elvano di kasur.

El akhirnya menurut, meski dengan mencengram kuat kaos sang abang menyalurkan rasa nyeri.

Pemuda delapan belas tahun itu mengusap pelan rambut sang adik menenangkan."dada nya sakit gak dek? atau sempet kebentur tadi?"

ELVANO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang