Rindu tanpa akhir Anjas!
__🌟🏜️__
Rintik air hujan turun menghujani bumi. Membuat semua tanaman basah tapi justru itu lah bahagianya, ketika rerintik hujan turun maka semua mahluk akan bahagia. Seolah menari gembira di bawah guruyan air hujan, bernyanyi ceria serta berucap syukur tanpa henti.
Guyuran yang seolah mengiringi perpisahan antara sepasang kakak beradik.
Hari ini adalah hari dimana Elvano akan berangkat menuju London. Pandangan sendu itu tak pernah lepas mendongkak menatap rahang kokoh sang abang.
"Abang, El pergi ya" cicitnya sendu.
"Hm."
Gustav menatap keduanya. Bahkan arka masih setia dengan wajah dingin tak ada sedikitpun sirat kesedihan. Membuat mereka hanya bisa menghela nafas.
El merentangkan tangan ingin memeluk arka namun ia turunkan kembali tatkala sang abang hanya menatapnya datar.
"Abang, El boleh peluk?" Pinta El dengan suara bergetar. Ia tidak ingin pergi kemana pun sebelum maaf dari abangnya ketahui itu.
El kembali menurunkan tangan nya saat tak ada respon apapun dari arka.
"Ayo dek! sebentar lagi pesawat akan lepas landas" ajak Gustav.
Elvano kesana akan di hantarkan gustav dan dina. Mungkin untuk beberapa waktu akan menemaninya disana.
Tujuan Elvano kesana bukan hanya untuk memisahkan sepasang kakak beradik ini, tapi juga untuk pengobatan Elvano juga disana agar bisa lebih bagus perawatan nya. Meski sebenarnya bisa di lakukan di Indonesia tapi itu semua kembali pada alasan yang pertama.
Arka sendiri masih diam meski hatinya ingin sekali menghentikan semua ini. Ia tak sanggup melihat wajah memerah menahan tangis sang adik, begitu besar rasa sayang El kepada Arka hingga rela berpisah jauh dari kedua orang tuanya.
El nya tak terlihat baik-baik saja. Tatapan itu menunjukkan betapa rasa tak sanggup yang El tahan, betapa rasa sakit yang El pendam.
Selangkah lagi El akan menaiki pesawat itu. Pandangan El terus saja tertuju pada arka, dengan air mata yang sudah turun tanpa izin.
Tanpa sadar Arka ikut menangis. Menatap kepergian El.
Elvano adalah tawanya. Dia bahagia Arka, dia juga adik nakal yang selalu membuat Arka gemas. Bertahun-tahun mereka hidup bersama meski dengan kebencian. Apakah bisa ia hidup tanpa adik semata wayang nya itu?
"Good bye Abang!" Teriak Elvano, sebelum benar-benar hilang dari pandangan arka.
Arka berbalik menuju mobilnya. Entah mengapa pikirannya tidak tenang, ia merasa sudah salah mementingkan egonya sendiri, Elvano sekarang sudah pergi sesuai keinginan arka bukan? tapi ini tidak benar-benar Arka inginkan.
"Bahagia kan lo?" Galang datang dengan sebotol air lalu duduk di sebelah Arka.
Arka tidak langsung ke mansion setelah dari bandara tadi ia langsung ke markas untuk sekedar menenangkan diri.
"Harusnya gitu" balasnya dengan pandangan kosong.
"Lo egois banget ka, adek gak tau apa-apa dia pasti bingung untuk apa yang lo lakuin ke dia sampai hari ini" tutur Galang. Jujur saja ia tak suka jauh dari El.
"Gue juga mau ngasi tau. Biar dia tau diri sama posisi nya saat ini" balasnya acuh.
"Kalau adek tau dampak nya bakalan besar. Dia udah sakit ka, jangan tambah lagi, El bukan orang yang gampang menerima kenyataan dia pasti bakalan nyalahin dirinya sendiri untuk kesalahan sekecil apapun," Galang tau pasti sifat bocah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELVANO [END]
Ficção Adolescente"Abang, El mau di suapin abang." -Elvano. "Punya tangan juga lo!" -Arkana. Ini kisah Elvano. ⚠️Warning⚠️ 1)Banyak typo and kata kasar. 2)Konflik ringan. 3)No plagiat! 4)Lapak brothership not BxB! Cerita ini murni hasil pemikiran dan ide saya sendir...