🌟🏜️
Gustav menembak tepat pada kepala Delvin, membuat sang empu langsung mati di tempat karna peluru yang pria dewasa itu gunakan sangat ganas.
Melihat Delvin tumbang, Gustav segera berlari menghampiri salah satu putranya yang terkapar tak berdaya di pangkuan kakaknya.
Tak terasa air mata Gustav meluncur begitu saja melihat pemandangan ini, hatinya seakan di terkam singa buas, dunianya seakan runtuh saat itu juga.
Darah merah pekat yang mengalir dari punggung sang putra bungsu membuat tenggorokan pria itu tercekat bahkan hanya untuk mengeluarkan isakan, rasa takut kehilangan mulai menyeruak.
"P-papa, adikku pa," racau Arka shock.
Gustav langsung menggendong tubuh sang bungsu."cepat Arka!"
Elvano. Anak itu menggigit tangan Delvin lalu memeluk tubuh Arka membuat peluru ganas itu bersarang di punggung rapuhnya, seperdetik El dapat mempertahankan kesadaran, nyeri luar biasa hebat El rasakan di bagian dada dan punggung secara bersamaan, membuat iris anak itu memejam perlahan.
Pertahankan Arka runtuh, bahkan tubuhnya lemas bukan main melihat adiknya tak sadarkan diri dan darahnya bahkan terpercik hingga ke wajah Arka, gagal, Arka gagal lagi.
Dengan sisa tenaganya Arka berlari menyusul sang papa yang membawa adiknya, dan Dina yang menunggu dengan khawatir di dalam Mall, juga melemas, meski begitu Dina berusaha mengikuti langkah Gustav, isakan demi isakan kembali lolos dari tiga orang itu.
Sementara di dalam mobil pikiran Arka melayang hebat, bagaimana jika Elvano meninggalkan nya? bagaimana jika adiknya memutuskan menyerah? tidak-tidak, itu tak boleh terjadi.
"Lebih cepat bodoh!" bentak Gustav pada supir pribadi nya, bagaimana tidak darah tak berhenti keluar dari punggung sang putra dan nafasnya juga hampir tak terasa.
"Sayang nya papa, tahan ya nak. Jangan nyerah dek, semua orang sayang sama adek, adek gak boleh pergi, disini ya sama kami terus, adek. Tahan nak," gumam Gustav terisak hebat.
Tangan nya bergetar bukan main saat darah sang bungsu terus merembes."bungsunya papa, sakit ya? dikit lagi kita sampai nak, tahan ya."
Kaos putih anak itu kini berwarna merah pekat, El masih dapat mendengar semua bisikan sang papa meski matanya tak sanggup untuk terbuka.
Sesampainya di rumah sakit Elvano langsung di tangani hampir sepuluh dokter bersamaan.
"Papa, adikku, dia baik-baik saja 'kan?" tanya Arka terus terisak.
Bagi Arka, hanya dirinya penyebab kesakitan sang adik sampai hari ini dan detik ini juga.
Gustav menghapus air matanya, kemudian merengkuh tubuh sang istri dan sang sulung berbarengan, dan di barengi isakan hebat bukan main dari ketiga nya.
"Gustav, bungsuku. Bagaimana bisa?" gumam Dina sendu.
Gustav menahan tubuh Arka yang kian melemah, tubuh sang sulung meluruh di pelukannya."Arka!"
"Bang!" Dina menepuk rahang tegas itu namun tak ada respon, Arka kehilangan kesadaran nya.
Dengan cepat Gustav menggendong tubuh Arka ala bridal style membawanya menuju ke salah satu ruangan agar di periksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELVANO [END]
Teen Fiction"Abang, El mau di suapin abang." -Elvano. "Punya tangan juga lo!" -Arkana. Ini kisah Elvano. ⚠️Warning⚠️ 1)Banyak typo and kata kasar. 2)Konflik ringan. 3)No plagiat! 4)Lapak brothership not BxB! Cerita ini murni hasil pemikiran dan ide saya sendir...