Bagian -27.

17.2K 1.5K 121
                                    

happy reading everyone!
Dan tandai typonya ya!

_🌟🏜️_

Elvano mengucrutkan mulut beberapa senti seraya berjalan menuju ruang tengah. Padahal dari belakang Dina sudah mengomel tak jelas karna El tidak mau istirahat dan hanya mau bermain bersama Jeje, setelah makan siang tadi anak itu kembali berlari ke untuk bermain bersama sahabatnya yang lama tak bertemu.

"Dek!" Dina menghela nafas berat lalu naik ke atas untuk mengambil baju ganti El, membiarkan Elvano di ruang tengah.

"Huft.." El menghembuskan nafas berat seraya merebahkan badannya di sofa.

"Capek juga ya? padahal cuma guling-guling sama Jeje," gumam nya menatap ke atas.

"Dek?"

"Syuut! diem adek capek!" balasnya tanpa menatap siapa yang memanggil.

Itu suara laki-laki yang tidak mungkin mamanya.

"Makanya kalau di bilangin tuh nurut," kalau saja Arka tidak dalam misi mendapat maaf dari El, mungkin sudah beberapa jam yang lalu El di tarik paksa dari kandang Jeje seperti dulu.

El langsung mengubah posisi duduknya menghadap arka."susu? mau dikit!" atensi bocah itu tertuju pada gelas berisi kopi milik arka yang ia kira susu coklat kesukaannya.

"Itu kopi," sahut arka.

Jarak mereka memang lumayan jauh, El juga terlihat terus berusaha mundur agar jauh dari arka, bocah itu terlihat menahan sesuatu.

"Oh!" El hanya ber-oh ria.

Arka menjulurkan tangan ke arah El yang langsung di tatap tajam oleh sang empu.

"Mau apa?"

"Ayo ke dapur! abang bikinin adek susu," arka tersenyum tipis berharap bisa pelan-pelan mengembalikan kepercayaan sang adik.

El menggeleng."no, you must be lying to me again," sahut El berusaha menetralkan mimik wajahnya yang tersirat jelas ketakutan.

(Tidak, kamu pasti membohongi ku lagi.)

"No again."

(Tidak lagi.)

"Gimana El bisa percaya, kalau abang udah pernah kaya gini dan gak lama setelah itu abang berubah."

"Adek, percaya ya? abang minta maaf, ini semuanya murni salah abang. Gak ada satu hari pun abang tertidur tenang setelah tau semua orang bohongin abang, dan membuat adek jadi menderita. Setiap malam abang pengen peluk adek dan ngucapin berjuta kata maaf, tapi abang takut bakalan bikin adek tambah menderita, abang takut adek bakalan ninggalin abang, setelah perbuatan sebejat itu."

"--abang tau ini terlalu egois, meminta adek memaafkan manusia kaya abang, setelah apa yang abang lakuin tentunya terlalu buruk untuk di maafkan. Adek bebas mau hukum abang apapun, tapi jangan menjauh dari abang, abang gak pernah bisa jauh dari adek," arka bener-bener menahan isakan.

Sementara Elvano mematung, namun air matanya meluncur bebas."Adek gak pernah benci sama abang."

"Abang boleh peluk adek?" tanya arka.

ELVANO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang