Kepercayaan yang terbangun kokoh akan hancur hanya karna harapan yang kau umbar tak kau tepati.__🌟🏜️__
Arka terduduk di sofa dengan rasa bersalah yang seakan tak membiarkan nya tenang. Selalu saja terngiang rintihan permohonan ampun yang adiknya lontarkan.
El sempat kambuh tadi. Saat dirinya berusaha mendekat dan meminta maaf, anak itu terus saja bergumam 'maaf'. Seakan arka akan kembali dan memukuli nya lagi.
Kedua orang tua nya bahkan datang dengan tatapan yang begitu kecewa dan juga khawatir. Seperti sekarang El tertidur pulas dalam gendongan Gustav dan Dina yang mengelus punggung anak itu.
Setelah merasa El tertidur pulas, Gustav membaringkan tubuh Elvano di ranjang pesakitan. Mengecup pelipis El lembut."cepet sembuh anak papa."
"Banyak banget memar nya, pasti sakit banget ya dek?" Dina mengusap rambut bungsunya yang lepek karna keringat.
Sementara Arka langsung berdiri tatkala melihat Gustav berjalan menuju sofa.
"Arka apa yang kamu lakukan?" Gustav bertanya dengan nada tak biasa, nada tegas dan dingin.
"Gak sengaja mukulin dia. Gausah lebay lah, lagi pula El gak papa kan?" Rahang Gustav seketika mengeras mendengar penuturan tanpa rasa bersalah arka.
Gustav mendekat lalu mencengkeram dagu arka kuat hingga kuku-kuku pria dewasa itu menembus kulitnya."kamu tau apa kesalahanmu arka?"
Arka diam. Ini bukan pertama kalinya ia di perlakukan seperti ini, benar jika dia ataupun Elvano berani melanggar aturan sang papa tak ada yang namanya kelembutan melainkan ketegasan.
"Aku tau pa" Kata arka.
Perlahan gustav melepaskan cengkraman itu lalu menampar pipi Arka kuat hingga ujung bibir pemuda itu robek dan mengeluarkan sedikit darah.
Dina sendiri jika sudah seperti ini tak berani membela. Karna ia tahu betul suaminya berbuat seperti ini juga tidak tanpa alasan.
"Kamu tau? karna perbuatan semena-menamu, adikmu tidak akan pernah melupakan luka yang kamu torehkan mungkin selamanya" Gustav memang berbicara pelan. Namun sungguh menusuk apalagi tatapan tajam yang memerah menahan marah.
"Aku minta maaf!" Ucapnya terkesan acuh.
"Baik lah, maaf mu mungkin akan di terima Elvano. But, after that say goodbye to adik malang mu, abang" Gustav tersenyum miring. Lalu pergi keluar untuk menenangkan diri.
Gustav dan Dina bahkan belum mendatangi acara tersebut. Mereka kalang kabut untuk pulang malam itu karna mendapat kabar buruk dari Galang.
Setelah kepergian Gustav. Dina memandang sendu arka lalu mendekap tubuh pemuda itu erat."Papa mu tak pernah bermain-main dengan perkataan nya bang, jadi mama mohon jangan biarkan adikmu pergi."
"Biarkan saja ma. mungkin dengan ini El ataupun aku bisa hidup lebih tenang" tutur arka, namun cukup membuat hati Dina hancur.
"Kamu benar bang. Keegoisan mu kali ini menang."
__🌟🏜️__
Seperti yang sudah pernah terkatakan. Elvano tak pernah larut dalam kesedihan nya, ia pasti bangkit dan ceria kembali.
"Papa, El gak mau pulang. Tapi gak mau disini juga" El terus merengek kepada Gustav untuk tidak pulang dulu ke mansion beberapa hari kedepan.
Keadaan nya sudah bisa dikatakan pulih setelah beberapa hari dirawat. El tak suka tempat ini, tapi lebih tak suka jika harus bertemu sang abang, ia tak siap mendapat pukulan baru lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELVANO [END]
Teen Fiction"Abang, El mau di suapin abang." -Elvano. "Punya tangan juga lo!" -Arkana. Ini kisah Elvano. ⚠️Warning⚠️ 1)Banyak typo and kata kasar. 2)Konflik ringan. 3)No plagiat! 4)Lapak brothership not BxB! Cerita ini murni hasil pemikiran dan ide saya sendir...