Happy reading!
Tandai typo!_🌟🏜️_
"El berhenti menghubungi Abang mu!"
Elvano menoleh ke arah suara itu berasal, suara itu tak lain dan tak bukan adalah suara sang papa.
Papa nya sedang berdiri dekat tangga dengan wajah dingin, raut itu raut marah, tatapan tajam yang tak bisa di bantah.
Elvano berdiri lalu berjalan mendekati Gustav. Semuanya terlalu nyata untuk tidak di pertanyakan lagi bukan?
"Kenapa El gak boleh hubungin abang lagi?" tanya bocah itu dengan suara bergetar.
Tatapan mata bulat dengan bulu mata lentik itu terlihat berkaca-kaca. Namun tetap berusaha bertahan menatap wajah garang Gustav yang terlihat sangat marah.
"Papa berkata tidak untuk di bantah Elvano!" Gustav mengatakan itu dengan nada agak tinggi. Jujur ia geram kenapa bungsu nya tetap saja diam saat berkali-kali disakiti oleh Arka.
"El mau tau kenapa abang benci sama El papa" pinta anak itu. Ia tak dapat membendung air matanya lagi ini terlalu sakit untuk di tahan.
Mendengar keributan itu semua anggota keluarga yang lain berkumpul untuk melihat keributan apa yang terjadi di bawah.
Semua nya terkejut dengan apa yang mereka lihat. Namun memilih menyaksikan terlebih dahulu, beberapa kali opa mengisyaratkan kepada gustav untuk tidak kelepasan membentak Elvano.
"Papa jawab! El siapa? papa pungut El dari mana?"
Gustav menghela nafas berat."El tidak ada apapun, kembali ke kamarmu sekarang!" Gustav memalingkan wajahnya, memilih tidak menatap mata kecewa itu yang selalu sukses membuat hati nya hancur lebur.
"No! El gak mau, papa harus kasi tau semuanya. Hiks... El berhak tau papa" Elvano memegang tangan sang papa.
"Abang bilang El anak haram, El aib, El bukan bagian keluarganya, El bukan siapa-siapa. Terus dengan perkataan sejelas itu, El harus diam?" Jujur saja hati El terasa tertusuk belati tajam saat semua yang abangnya lontarkan tentang anak haram dan sebagainya.
El tau arka berkata jujur tentang semua ini. El juga tau kedua orang tuanya lah yang melarang mengatakan semua ini.
Kenapa kebenaran yang ia tak tahu. Di sembunyikan sampai dirinya sebesar ini, jujur dulu El tak terlalu memikirkan perkataan Arka, karna dia kira hanya bercandaan semata. Namun semakin berjalannya waktu El tidak bodoh untuk tidak menyadari semua kejanggalan yang ada.
"Abang mu tidak benar-benar serius dengan perkataan nya dek," bukan gustav yang menjawab melainkan Axel.
El menoleh ke arah Axel."El engga bodoh menganggap semua yang terkatakan adalah suatu bercandaan uncle."
"Elvano berhenti menangis. Lupakan semuanya, El anak papa" gustav mencoba merengkuh tubuh mungil itu. Namun El malah menjauh tangisan anak itu bahkan makin menjadi-jadi.
Terdengar pilu sekali, ketakutan besar yang terpancar di mata anak tersebut, kecewa dan juga kesedihan. Tak bisa Gustav tatap, terlalu menyakitkan sungguh.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELVANO [END]
Teen Fiction"Abang, El mau di suapin abang." -Elvano. "Punya tangan juga lo!" -Arkana. Ini kisah Elvano. ⚠️Warning⚠️ 1)Banyak typo and kata kasar. 2)Konflik ringan. 3)No plagiat! 4)Lapak brothership not BxB! Cerita ini murni hasil pemikiran dan ide saya sendir...