Ada yang hilang

67 5 0
                                    

" Ternyata mimpi untuk bersama belum tentu akan menjadi kenyataan."

Naura Ayu - jalan tengah🎶

******

Disini Meira sekarang, menatap aspal dengan pandangan buram. Pikirannya kalut dan hanya tertuju pada sosok yang entah sekarang sedang dimana .

Apakah ia mencarinya atau tidak? Yang jelas Meira tidak peduli, ia tidak ingin menemui orang asing yang wajahnya menjiplak orang lain.

" Arga dimana kamu, aku rindu." Hanya itu kata yang bisa Meira gambarkan untuk lelaki yang sangat ia cintai. Entah kenapa orang itu tega membohonginya selama ini seolah-olah menjadi Arga.

Dimana dia? Kenapa bukan dia? Kenapa dia mirip Arga? Kenapa dia yang saat ini menemaninya bukan Arga? Dan dimana Arga? Pertanyaan yang ingin Meira tanyakan pada laki-laki yang telah membuatnya kecewa. Tak henti-hentinya gadis itu mengusap pipinya kasar.

" Meira" suara bariton dari seberang jalan membuyarkan lamunannya. Meira menoleh dan seketika berlari menjauh untuk menghindari orang asing yang mulai saat ini ia benci.

" Mei , aku mohon jangan lari."

" Aku akan jelaskan semuanya." Meira berhenti dan menoleh kebelakang. Air matanya tak henti-hentinya menangis.

Ia menyeka air matanya dan menatap sosok yang mirip sekali dengan Arga.

" Dimana Arga? Aku cuma ingin Arga". Lelaki itu mendekati Meira namun langkah Meira perlahan mundur.

" Mei, aku Arga." Ucapnya

" Dimana Arga? Aku cuma ingin Arga." Meira mengulangi ucapannya.

" Aku Arga Mei." Tegasnya.

" Siapa kamu beraninya mengaku sebagai Arga". Bentak Meira penuh penekanan.

" Siapa kamu.." ulang Meira, gadis itupun luruh terduduk dipinggir jalan yang lumayan sepi.

Ingin rasanya Gema merengkuh tubuh mungil yang ia tahu saat ini pasti sangat rapuh. Hanya satu pikirannya saat ini, penyamarannya terbongkar. Gadisnya telah mengetahui indentitasnya yang sebenarnya.

Rasanya sedih, ketika harus menceritakan siapa dia. Tapi tak ada pilihan lain, drama ini telah usai. Ia harus menceritakan semuanya. Walau ia tahu mungkin Meira akan membencinya, mungkin sekarang sudah.

Harusnya gak gini, harusnya saat ini mereka berdua sedang berbincang, mengobrol, tertawa, dan merencanakan hangout, lalu Gema mencicipi makanan Meira, harusnya...harusnya... Tapi Gema tidak bisa menikmati waktu itu lagi, karena pada dasarnya itu bukan miliknya sejak awal.

Gema menghela napas kasar. " Iya Mei, aku bukan Arga." Pasrahnya.

" Aku bukan Arga kekasihmu, pacarmu, dan aku hanya orang asing bagimu." Lanjut Gema emosi.

" Aku hanya ingin menjadi Arga untukmu, apa itu salah?" Ungkapnya. Meira mendelik, melotot marah atas ucapan tak pantas di dengar menurutnya.

" Salah, kau sangat-sangat salah." Balas Meira marah.

" Sayang"

" Stop jangan pernah panggil aku dengan sebutan itu lagi karena anda tidak pantas."

" Mei, please jangan marah dulu."

" Aku tidak akan marah jika tidak ada api." Gema tau maksud perkataan Meira, ia memang sangat salah.

" Aku tau aku salah, aku minta maaf sama kamu karena udah bohong selama ini. Aku terpaksa jadi Arga karena permintaannya."

HELLO! MY KAPTENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang