Pindah Tempat

353 19 0
                                    

" Ada pa, Nin?" Itu kalimat pembuka yang berhasil di dengar saat Arga menerima telepon dari Hanin.

Meira tersenyum masam. Mungkin itu adalah pacarnya ataukah gebetannya. Meira menutup mata saja tak mau mendengar percakapan dua orang itu. Tapi sayangnya telinganya tak mau bernegosiasi saat ini.

" Lagi di jalan, nanti aku telepon balik," kata Arga lagi.

" Aku? Tumben ia bicara dengan kata aku. Dengan aku saja ia menggunakan kata saya." Batin Meira.

Setelah selesai berbicara di telepon, Arga mulai menjalankan mobilnya dengan pelan. Ia sekali melirik Meira yang saat ini menutup mata. Tersadar bahwa ia sedang di perhatikan Arga ia langsung menyampingkan badannya menghadap kaca.

" Temani saya ngobrol, jangan tidur," mendadak tubuh Meira di balik oleh Arga.

" Kamu kan, lagi teleponan tadi, " kata Meira sambil membenarkan posisinya.

" Sudah nggak lagi. Aku ngantuk kalau nggak ada teman ngobrol." Ujarnya

" Siapa Hanin?" Ujar Meira memulai obrolan agar ia bisa tau siapa perempuan yang menelepon Arga tadi.

" Bukan siapa-siapa." Balas Arga yang tetap fokus pada jalanan yang mulai gelap.

" Benarkah?. Sepertinya kalian begitu akrab. Terihat dari nada bicaramu tadi saat menjawab pertanyaannya." Ucap Meira

Arga menoleh ke arah Meira dan kembali melihat jalanan. Ia kemudian menyalakan lagu yang ada di ponselnya dan ia salurkan ke speaker mobil.

" Memangnya kenapa?" Tanya Arga.

Meira memandangnya acuh dan membesarkan volume lagu yang sedang memutar musik berjudul I want to the bone - Pamungkas.

" Kamu cemburu?" Lanjutnya yang membuat Meira langsung gugup.

" Tidak kenapa saya harus cemburu. Memangnya saya siapanya kamu? Pacar? Bukan kan? Orang juga baru kenal." Ucap Meira memastikan sebenarnya dirinya siapanya Arga.

" Belum saja. Tunggu saja nanti," balas Arga menoleh menatap Meira.

Meira yang mendengar jawaban Arga lalu menegang seketika. Ia sekarang sibuk dengan jantungnya yang berdetak kencang. Ia pun tak sanggup jika harus bertanya lagi.

" Kalau saya nembak kamu, apakah kamu mau menjadi pacar saya?". Lanjutnya yang membuat Meira terbungkam.

Tiba-tiba dering telepon Arga berbunyi kembali. Terihat nama Satria di sana. Dan Meira bersyukur sekarang ia terselamatkan dengan dering ponsel Arga.

" Hallo Ga. Cepat kesini, ini gawat. Rumah singgah guru dari Jogja dibakar oleh warga separatis." Nada suara Satria yang terdengar marah.

Arga langsung menoleh ke arah Meira yang membuat Meira bingung oleh ekspresi yang di tunjukkan Arga kepadanya.

Arga lalu mematikan teleponnya secara sepihak.

" Kenapa?" Tanya Meira yang bingung atas raut wajah Arga yang marah.

" Kita harus pulang." Balas Arga. Ia lalu menjalankan mobilnya dengan cepat membuat Meira bertanya-tanya.

***

Si jago merah melambai-lambai ke atas dengan senang. Melahap habis rumah panggung yang terbuat dari kayu itu. Suara teriakan warga membuat suasana tambah mencekam. Angin berhembus kencang membuat api semakin membesar.

Mobil jeep terparkir di pelantaran rumah setelah lama di perjalanan. Memunculkan sosok Meira yang terkejut dengan rumah singgahnya. Koper-koper tergeletak tak berdaya di samping Tari dan teman-temannya yang masih syok melihat kebakaran itu.

HELLO! MY KAPTENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang