Jalangkung

198 13 1
                                    

" Meira, laptop ku rusak," kata Pian mengadu pada Meira karena sesaat ia menulis 1 kata, benda itu hanya menampilkan layar hitam.

" Kenapa tanya sama aku?" Tanya balik Meira.

" Aku mau pinjam laptopmu." Meira mengangguk. Dan menyerahkan laptop warna putihnya kepada Pian.

" Jangan kau bawa tidur." Ucap Meira. Pian bingung mendengarnya.

" Nanti rusak Pian Sutomo." Ucap Meira menyentil poni Pian yang panjang.

" Kalau di tidurin gak akan rusak kali Put." Sahut Boy berdiri di tengah pintu sambil menyilangkan tangannya.

" Tapi hamil." Sambung Tari. Memang otak guru relawan ini sedikit gesrek.

Meira cemberut lalu meleparkan buku yang ia baca ke arah Tari. Tari pun sigap langsung mengambilnya.

" Jangan lempar buku, buku adalah jendela dunia. Jika jendelanya rusak maka rusaklah seluruhnya." Tari menyerahkannya pada Meira lalu Ia mengambil dan menciumnya. Meira merasa bersalah karena telah melempar buku yang berharga ini.

" Katanya kita akan rapat membahas uang donasi untuk sekolah itu." Ucap Ana mengingatkan lagi pada mereka.

Boy pun beranjak untuk duduk di kasur sebelah Ana. Meira yang melihat mereka tidak bergerak pun memandang aneh.

" Kenapa malah diam?" Tanyanya membuat mereka bingung.

" Mau dimana lagi kalau bukan disini." Sahut Tari.

Meira pun mengingat tempat yang memang cocok untuk melaksanakan rapat. Ia mengajak mereka dan para guru mengikutinya.

Gunung kinabalu terpampang jelas di indra pengeliatan mereka. Saat ini mereka sedang duduk di saung yang baru tentara buat 3 hari yang lalu dan sekarang sudah jadi dan bagus. Meira langsung duduk dan meletakkan bukunya di atas meja kayu bundar yang tersedia di saung itu.

Mereka hanya berdiri memandang Meira yang santai duduk di saung itu. Meira melihat para Guru cemas untuk duduk pun terkekeh.

" Tak akan di marahi, percaya deh." Mereka tersenyum lalu duduk mengelilingi meja bundar itu. Meira sangat pintar memilih tempat.

Rapat dimulai dan telah berjalan 30 menit.

" Aku akan ke Kota hari ini." Mereka menatap Meira bertanya-tanya.

" Ngapain?" Tanya Ana.

" Memesan papan tulis baru untuk mereka." Pian hanya ber-Oh ria.

" Sekalian laptopku juga ya, ya, ya." Pian menyodorkan laptopnya pada Meira.

" Ooo , aku tak mau jika kau tak memberiku uang." Tolak Meira pada Laptop Pian.

" Dasar mata duitan." Sahut Tari.

Meira menatap Tari tajam sambil menggerakkan pena ke depan wajah Tari .

" Bukan matre tapi realistis." Balas Meira tersenyum.

" Ooohhw." Sahut mereka.

" Jadi mana uangnya?" Pian lalu memberikan kartu kredit pada Meira.

Boy terkejut melihat Pian yang tak segan-segannya mengeluarkan kartu kredit.

" Kenapa kartu kredit." Tanya Meira bingung.

" Beli yang baru saja." Pian lalu meminum air mineral botol.

" Kau memang senang menghamburkan uang." Meira menepuk pundak Pian.

" Tapi dengan siapa kau ke kota?" Tanya Tari lagi. Meira bingung sekarang Ia harus ke Kota dengan siapa.

" Aku akan meminta bantuan Kapten Arga." Ucap santai Pian. Meira menatap Pian judes.

" Untuk apa? Jangan pernah meminta bantuannya." Balas Meira.

Boy tertawa, " Kenapa. Kapten Arga sangat baik dan tampan." Sahut Boy melirik Meira ganjen. Ia menggoda Meira karena saat ini Arga ada di belakangnya. Mereka tertawa mendengar pujian Boy tak terkecuali Arga.

" Aku sudah tak ingin berbicara dan menemui Arga lagi." Ujar Meira malas.

" Benarkah?" Sahut Arga yang saat ini ada di belakangnya. Mereka memang sudah tau Arga berdiri di belakang perempuan itu lama.

Dan Meira terkejut lalu terdiam mematung atas sahutan Arga. Ia memejamkan matanya malu untuk melihat Arga lagi kalau mengingat tentang Ia menyatakan cinta pada lelaki itu.

Arga datang dengan earphone yang ia kalungkan di lehernya dan kedua tangan yang ia letakkan di pinggang.

" Aku yang akan mengantarkanmu Ke Kota." Arga memandang Meira yang saat ini masih saja memejamkan matanya.

" Kapten Arga memang perhatian sekali sampai-sampai Meira sangat ingin di antar oleh anda." Ujar Ana yang membuat Meira menatapnya galak.

" Kau memang senang sekali mengejekku." Balas Meira gemas dengan tangan yang Ia kepalkan untuk menonjok Ana. Saat itu juga Arga menoleh menatapnya membuat Meira mengurungkan niatnya.

" Kalau begitu aku akan menunggumu di sana." Meira pun mengikuti arah tunjukkan Arga yang menuju parkiran. Arga lalu melenggang pergi menjauhi mereka.

" Kau tetap ingin ke Kota bersama Arga?" Tanya Tari.

" Iyalah kalau bukan dengan dia dengan siapa lagi." Balas Meira ketus. Mereka hanya terkekeh mendengarnya.

Jam menunjukkan pukul 11.30, Ia memasukkan ponselnya kedalam tas dan bergegas untuk pergi ke parkiran menemui Arga.

Namun lelaki itu tidak ada di parkiran barak. Saat itu Sersan Andre lewat dan di cegat oleh Meira.

" Andre" Andre berhenti ketika Meira memanggilnya.

" Butuh bantuan?" Meira menatap Andre dengan pandangan malas. Selalu saja dia irit dalam berbicara.

" Kemana Kapten Arga? Kenapa tidak ada disini?." Ucap Meira tak enak.

" Kapten tadi menemui Letnan Nata ke kantor." Balas Andre. Meira mengerucutkan bibirnya.

Dari belakang Meira, Arga berjalan menghampiri Andre dan perempuan itu.

" Kapten sudah datang, tuh." liriknya ke arah belakang, perempuan itu menoleh ke belakang melihat Arga tersenyum kepadanya lalu lelaki itu memukul bahu Andre keras. Andre langsung hormat dan dibalas oleh Arga. Lelaki itu melihat Meira yang mencegat Andre membuat Ia cemburu namun Ia harus jaga images di hadapan gadis itu. Alhasil ia melampiaskan pada Andre.

Arga tersenyum pada andre sesaat setelah Ia pergi menuju parkiran. Arga berjalan duluan dan Meira mengikutinya dari belakang.

Belum sempat Arga menyalakan mobil. Tiba-tiba pintu bagian tengah terbuka. Dan sosok perempuan masuk tanpa mengucapkan sepatah kata pun dan duduk dengan raut wajah santai. Meira tercengang saat melihat dari kaca Nata yang sedang duduk di belakang dengan senyuman sengit di belakangnya. Arga menoleh melihat Renata.

" Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Arga. Nata mengangkat kedua bahunya tak peduli.

" Ikut bersamamu ke Kota lah terus apalagi." Ujar Nata santai. Meira mendesis melihat kelakuan perempuan licik di belakangnya.

" Dasar jalangkung." Ucap samar Meira. Namun masih bisa di dengar oleh Arga. Arga tersenyum atas kekesalan gadis itu.

***

Nah lo emang jalangkung banget tu orang.

Next ----->

HELLO! MY KAPTENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang