Let's Start

183 10 0
                                    

Arga menghempaskan ponselnya kasar ke kasur. Satria duduk dengan gusar di atas meja. Tangannya terkepal erat saat mendengar suara teriakan Hanin di sana.

Arga menghapus air matanya kasar. Lalu segera memanggil rekannya untuk ikut mencari keberadaan Meira dan Hanin.

" Ayo Ga. Kenapa kamu malah diam disini. Kalau kamu gak bergerak mereka gak akan selamat." Satria mendesah kasar.

" Jangan gegabah Sat. Aku tau kau khawatir, aku juga. Mendengar suara Meira yang ketakutan membuatku semakin gelisah." Arga memandang jendela kaca yang berembun akibat hujan.

" Orang itu sangat berani sekali. Menculik 2 orang yang kita sayang. Dia tau kelemahan kita Ga. Aku gak akan membiarkan ia hidup, aku akan membunuhnya dengan tanganku sendiri." Ujar Satria.

" Apakah ini perbuatan dia?" Ucap Arga ragu.

Satria memandang Arga bingung, sebuah nama melintas di otaknya.

" Maksudmu Argus." Balas Satria. Arga mengangguk gusar.

" Dari pada kita menduga-duga lebih baik kita cari mereka sekarang." Ujar Marnes.

" Tapi dimana mereka berada sekarang. Kita bahkan tidak bisa menshare loc mereka." Timpal Andre.

Arga mengingat ucapan Meira tentang pohon-pohon akasia yang mereka lihat berdua. Perasaan ia dan Meira tak pernah melihat pohon akasia disini apalagi rumah kayu tua. Arga terbelalak kaget saat sadar bahwa itu mungkin adalah petunjuk dari gadis cerdas itu. Ia lalu tersenyum simpul.

" Aku tau dimana mereka." Ucap arga.

" Dimana?". Jawab mereka kompak.

" Di mansion tua belakang gunung kinabalu." Ucap Arga menatap bergantian wajah-wajah rekannya yang penuh kebingungan.

" Gak mungkin, mansion itu udah lama gak berpenghuni." Ucap Satria.

" Apa mungkin karena itu terlihat tak berpenghuni dan sepi. Lalu akses kesana pun sulit hanya bisa dilalui oleh mobil jeep yang memang digunakan untuk daerah itu. Bisa jadi Argus menggunakannya." Timpal Bara.

Satria memandang Bara lalu menganggukan kepalanya. Marnes mengambil kunci mobil jeep yang tersampir di kayu yang tertancap di dinding tua itu.

"Kalau begitu kita cepat pergi diam-diam, jangan sampai ketahunan komandan." Timpal Andre.

Arga dan timnya melepas kalung simbol tentara yang menjadi kebanggaan mereka. Menyimpannya di rak berisi beberapa buku dan baju lorengnya. Satria pergi menuju gudang penyimpanan bersama Andre dan Bara. Sedangkan Marnes menyiapkan mobil untuk menuju mansion Argus.

" Tunggu aku Mei. Aku akan menemuimu dan membalas dendamku." Batin Arga.

____________________________________

Hentakan kaki berjalan mondar-mandir entah sedang memikirkan apa Argus hingga tampak gusar sekarang. Bibirnya tak henti-hentinya bergerak mengucapkan kalimat yang tak mampu di dengar yang lainnya.

Ia lalu mengambil ponsel di sakunya dan mengetik sesuatu disana.

" Apa kau bisa berhenti, kau membuatku begitu muak." Ujar Meira marah.

Argus mengabaikan lontaran yang diberikan Meira. Ia lalu menelepon seseorang disertai seringai penuh kejahatan.

" Bigboss." Ucap Argus. Meira langsung menoleh mendengar Argus yang saat ini menelepon Arga.

" Apa kabar? Sedang gelisah mencari kakak perempuan mu ya dan juga pacar cantik mu ini. Tenang saja mereka berdua baik-baik saja bersamaku." Ucap Argus memandang Hanin dan Meira bergantian.

" Lepaskan Ia. Jangan sakiti Hanin ataupun Meira."

" Gak semudah seperti membalikkan telapak tangan Kapten. Aku susah payah menculiknya dan melepaskannya secara sukarela, sangat munafik sekali aku." Argus tertawa disela-sela ucapannya.

" Lalu mau kau apa?" Bentak Arga geram.

" Mudah, kita barter. Kau datang kemari tanpa rekan-rekanmu. Setelah kau sampai, wanita ini akan ku pulangkan lagi ke barak. Tapi kau tetap disini membayar semuanya." Ucap licik Argus memandang ke arah Meira yang menatapnya benci.

" Baiklah. Tapi jangan kau sakiti sedikit pun Hanin ataupun Meira. Kalau sampai itu terjadi, aku berjanji matimu dalam keadaan tak terhormat sama sekali. Aku juga gak akan segan melakukan itu." Nada suara Arga yang mulai meninggi.

Argus mendesis " aku tak takut Arga. Memang pekerjaanmu seperti itu bukan. Itu hal biasa buatku dan bagimu."

" Kalau begitu ku tunggu kedatanganmu Kapten." Argus melempar ponselnya ke segala arah. Membentur dinding akhir dari semuanya, hancur hanya itu satu kata yang menggambarkan bentuk ponsel mahal itu. Meira tersentak kaget saat ponsel bermotif apel itu mengeluarkan api.

" Meira. Kau tau aku tak semudah itu memberikan Hanin pada Arga." Argus berjalan dan berjongkok di samping Meira.

" Dan tak mudah juga memberikan kamu padanya." Argus membelai pipi Meira.

"Maksudmu?" Ujar Meira Mengalihkan kepalanya.

" Hanin akan ku bunuh juga bersama dengan Arga. Agar dendam ayahku terbalaskan semuanya. Aku ingin melihat Rajasa si Jendral tua itu menangis melihat anak kesayangannya meninggalkan ia sendirian. Seperti apa yang kurasakan sekarang." Jawab Argus.

" Tapi kau bilang untuk melepaskan Hanin. Kenapa kau sangat jahat Argus bukan hanya jahat ternyata kau juga pendusta. Kalau kau ingin membawaku pergi, bawahlah. Jangan sakiti Arga dan Hanin. Atau bunuh saja aku tapi tolong jangan sakiti mereka." Meira memohon pada Argus namun ia tak mau dengar apapun. Argus memandang ponselnya yang mengeluarkan bau khas benda terbakar.

Argus terkekeh, " kau lihat ponsel itu." Ia menunjuk pada ponsel yang terbaring tak berdaya di lantai dengan api yang menyala-nyala. Meira menoleh dan bingung.

" Api di balas api, kejahatan di balas kejahatan. Saya mafia bukan ustadz yang bisa langsung memaafkan kesalahan orang." Kecam Argus.

" Dasar licik." Gumam Meira.

" Kau tau, orang baik saja bisa menjadi iblis bahkan lebih dari sekedar iblis. Jangan terlalu percaya pada orang yang baik, karena kamu belum tau apa isi di dalam hati itu. Bisa jadi gumpalan empedu yang bagus itu akan berubah menjadi empedu yang busuk. Tinggal tunggu saatnya aja." Ucap Argus.

" Gak semua orang seperti itu, jaga ucapan mu." Balas Meira marah.

Argus tertawa, " kepala sama hitam namun hati gak ada yang duga. Bisa jadi mereka baik diluar namun busuk di dalam. Mereka yang pura-pura baik gak akan betah dengan tingkahnya. Dan mereka yang jahat akan capek dengan perbuatannya. Malah Tuhan lebih memaafkan mereka yang jahat saat mereka bertaubat, bukan. Malah orang yang dulu baik akhirnya menjadi brutal saat tabiatnya ketahuan, di saat mereka tak tahan dengan ke pura-puraanya." Timpal Argus.

" Maaf Tuan, orang yang baik akan selalu tetap baik. Kalau mereka menyimpang itu bukan kesalahan kebaikannya namun karena mereka memang memiliki tabiat yang seperti itu. Jangan salahkan kata baik sehingga kau bisa menghinanya." Cerca Meira menahan emosi.

" Terserah kau saja." balas Argus.

____________________________________

 

HELLO! MY KAPTENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang