Bersama Wanita Lain.

231 13 0
                                    

🍂🍂🍂🍂

Suara-suara singa hutan tidak terdengar di pagi hari ini. Beberapa pasang mata terus melirik di balik tikungan. Menunggu pasukan tentara  yang sering jogging di area ini. Hingga salah satu antara pasang mata itu memakai teropong untuk melihatnya.

Ana membenarkan letak kacamatanya. Matanya menatap Meira dan Tari bergantian begitupun dengan Hanin," ini sudah hampir jam sembilan, kenapa mereka tak lewat-lewat." Ujar Ana.

" Aku juga tak melihat Satria. Biasanya ia menemuiku sebelum jogging. " Kata Hanin.

Tari mendesah pelan, " Apakah mereka sedang ada misi." Ucapnya.

Hanin menoleh," Kalau pun mereka ada misi pasti Satria memberitahuku." Bantah Hanin.

Tari memandang Hanin bingung.

" Kenapa harus bilang sama kamu?" Tanya Tari.

Hanin tersenyum, " karena aku istrinya." Balas Hanin.

Meira, Ana dan Tari sontak berhadapan dan tercengang.

" Istri." Kompak mereka.

" Iya. Aku baru 3 minggu menikah dengan Satria. Lalu ia dikirim Ayah untuk tugas disini. Dan akhirnya aku menyusul, karena aku tidak bisa jauh-jauh dari tulang rusukku." Ujarnya dengan raut wajah senang.

" Istri setia." Ujar Meira.

" Kalau gitu kita cari tau mereka kemana." Ajak Meira dan diikuti anggukan kompak.

Meira pun melebarkan langkah kakinya untuk segera menemui Arga dan pasukannya. Ia saat ini sedang kepo sekali kenapa mereka tidak jogging pagi.

Saat mereka memasuki ruangan khusus tentara dan Marnes melihat Meira dan lainnya berjalan ke arah situ, ia langsung berlari mencegah mereka.

" Stop, stop. Kalian mau kemana?" Ujar Marnes menyuruh mereka berhenti.

" Kami mau masuk ruangan ini, kami ingin melihat kenapa kalian tidak jogging pagi tadi." Ucap Ana.

Marnes memasang raut wajah tak enak. Membuat Meira berpikir bahwa ada yang disembunyikan dari Marnes. Ia lalu membuka pintu itu keras dan menimbulkan bunyi yang sangat kencang.

Spontan, mereka melotot kaget. Begitu juga dengan manusia yang berada dalam ruangan itu.

Saat ini mereka sedang melihat Arga dan lainnya sedang enak-enakan di urut. Yang membuat mereka kesal adalah yang mengurutnya adalah perempuan dengan pakaian yang tidak bisa di jelaskan.

Meira melirik Arga dengan tatapan penuh rasa curiga," Hm. Ada main belakang rupanya, ya.."

Arga bangkit lalu memakai bajunya lagi begitupun yang lainnya.

Arga duduk di atas kasur dan menatap Meira malang.

" Main belakang sama siapa?" Rutuk Arga mengusap air keringat dikeningnya kasar.

Meira menatap tajam Arga lalu mendesis jijik, " kau memang pintar memilih tukang urut, ya." Ucap Meira. Membuat Arga mendelik takut.

" Apa pijitan aku kurang enak Kapten Algibran Muhammad Arga, Bigboss tim WarWolf." Lanjut Meira marah.

Arga menggeleng menelan susah ludahnya, " ini gak seperti yang kamu lihat. Aku lebih suka di pijitin kamu." Raut muka Arga berubah pucat karena nyawanya sedang di titik akhir sekarang. Mata Meira seakan menyala di tatapan Arga.

" Pratu Marnes yang mengajak dan merekomendasikan mereka kesini." lanjut Arga menatap Satria, lalu Satria mengangguk beserta yang lainnya.

Meira memandang Marnes yang lugu itu namun ia tidak percaya dengan ucapan Arga si idiot itu.

" Ya, ya." Ujar Meira, ia lalu menunjuk Arga kesal.

" Kau orang idiot, temui aku di belakang barak sekarang." Geramnya melihat perempuan menjijikan itu.

Belum sempat Arga berdiri, seorang wanita berusia sekitar 27-an memegang bahu Arga dan menatap tak suka kearah Meira.

" Mas Arga mau kemana, ini belum selesai lo." Ujar wanita itu santai. Namun tidak santai bagi Meira dan Arga.

Satria menatap Arga nyalang hanya bisa meringis takut sekarang. Saat Hanin menarik kerah bajunya dan mengajak nya keluar. Pasukan tentara yang lain berjalan mengendap-endap keluar bersama Tari dan Ana serta beberapa tukang urut itu.

Arga mendudukkan kembali badanya lemas.

" Mas Arga, ya. Sepertinya anda sudah mengenalnya lama." Tanya Meira menahan kemarahannya. Arga  menggelengkan kepalanya memandang Meira.

Wanita itu tersenyum, " mas Arga memang sering urut sama kita serta beberapa tentara yang lainnya." Arga hanya bisa mengelus leher kepalanya pasrah.

Meira mengangguk, " untuk sekarang Mas Arganya kayaknya udah jauh lebih baik kok. Jadi mbak keluar aja ya." Suruhnya agar wanita itu keluar secepatnya.

Meira melirik jam tangannya sekilas,
" 2 menit, lebih sedikit, liat aja nasib kamu nanti." Meira meninggalkan Arga sendirian dan berjalan dengan penuh kekesalan. Ia menutup pintu itu kencang. Membuat Arga terlonjak kaget. Ia hanya pasrah sekarang menatap kepergiaan Meira dan memikirkan bagaimana nasibnya nanti.
                           
Arga yang merasakan beberapa pasang mata sedang memandang ke arahnya pun mengangkat wajah. Prajuritnya memandang nyalang Arga saat Ia akan menemui Meira di belakang barak. Dari tatapan prajuritnya itu Arga mengerti bahwa mereka sedang menyemangatinya dan mengejeknya.

Arga mendesah panjang, ia sudah siap jika harus menerima hukuman dari kekasihnya itu. Nata yang saat itu berjalan di depannya memandangnya dengan bingung dan berhenti

" Nape lu. Khusut amat." Ujar Nata meledek Arga. Arga tak menggubris Nata dan terus berjalan ke arah pohon beringin dan tembok runtuh belakang barak.

                                 ***

✨✨✨✨
Ke gep dah lu Kapten.
Berdoa aja terus biar pacarmu gak marah.
Wkwkwkwk

HELLO! MY KAPTENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang