Jangan Sakiti Mereka

216 12 0
                                    

Arga menjalankan mobilnya pelan untuk pulang lagi ke barak. Ia membuka mulutnya dan mengunyah makanannya dengan lahap. Saat ini Meira menyuapinya karena Arga tak sempat makan di restoran sebab Satria meneleponnya memberi tahu bahwa sedang ada masalah di perbatasan.

" Aaa lagi sayang. Aku masih laper." Ucap Arga manja menatap Meira.

" Tapi ini nasinya udah habis Arga." Balas Meira menatap kotak nasi yang sudah habis isinya.

" Tapi masih laper." Balasnya seperti anak kecil. Padahal Arga sudah makan banyak seperti kuli, tapi masih laper aja. Dasar perut karet.

" Iya nanti aku masain deh pas udah sampe." Arga memasang tampang senang.

" Beneran sayang." Ucap Arga.

" Iya Bigboss ku.  My kapten nya Meira." Balas Meira.

" Tapi mau di suapin sama kamu. Soalnya kalau pakek tangan kamu aku pengen nambah terus." Kata Arga mengalungkan tangannya di leher Meira gemas dan menariknya kepelukan pria itu saat ia masih menyetir.

" Iya Mas Arga." Arga tersenyum lalu mengecup kening Meira.

" Mas Arga ih, curang." Arga tertawa melihat raut wajah Meira yang memerah.

" Aku iri." Ucap lirih Nata dari belakang yang menyaksikan keromantisan mereka yang tidak ia dapat dulu bersama Arga.

Arga melajukan mobilnya melewati rute yang berbeda karena ia ingin berlama-lama dengan Meira. Sebelum Ia pergi ke daerah perbatasan setelah ini. Namun, satu-satunya objek yang menjadi fokus Meira hanyalah segerombolan pria yang sedang menarik seorang anak perempuan yaitu kakak Adil muridnya.

Gadis itu meronta-meronta tidak ingin ikut pria kasar itu. Meira mendesis lalu memukul jendela membuat Arga menoleh.

" Ada apa Mei?" Tanya Arga. Ia melajukan mobilnya pelan memandang Meira.

" Itu kakak Adil ditarik sama pria sangar itu." Tunjuk Meira ke arah rumah kayu di sebrang jalan. Membuat Arga dan Nata langsung memandang jauh ke objek itu.

Arga memutar mobilnya dan mengarah ke rumah tua itu.

Meira keluar berlari untuk menghentikan perbuatan kasar pria sangar itu disusul oleh Arga dan Nata.

Meira menarik tangan besar pria muda itu namun tak mampu karena tenaga Pria itu terlalu besar.

" Lepaskan dia. Apa kau tak dengar dia tak mau ikut bersamamu." Ucap Meira tak di gubris oleh pria itu.

" Lepaskan aku, ayah tolong Reina yah." Gadis itu meronta-ronta di tarikan pria itu. Ayah Adul hanya diam saja karena ia sedang di pegangi oleh 2 pria berbadan besar.

" Lepaskan dia." Meira memukul lengan pria itu namun tangannya di tepis dan ia terjatuh di tanah keras .

" Awwhh." Rintihnya saat sikunya jatuh dengan keras mengenai tanah yang bercampur kerikil tajam.

Arga berlari menghampiri Meira dan memeganginya untuk membantunya berdiri tegak. Nata menendang pria yang menarik gadis remaja itu hingga ia terjatuh tersungkur di atas tanah.

Gadis itu berlari dan berlindung di belakang Nata.

" Kau tak apa Girls?" Tanyanya pada gadis itu. Gadis itu menggeleng lemah.

2 pria yang memegangi Pak Anton marah dan menghajar Nata namun perempuan itu dapat melawannya.

" Kamu tunggu disini. Jangan kemana-mana." Larangnya pada Meira, lalu berlari menolong Nata dan fight dengan pria sangar itu.

Meira berlari menghampiri Pak Anton dan putrinya, Reina.

" Kalian tidak apa-apa?". Ujar Meira khawatir. Mereka mengangguk gusar

Meira melirik sekitar, " mana Adul?" Tanyanya saat Adul tak ada disini.

" Adul meminta tolong ke barak. Sebentar lagi ia akan datang bersama tentara." Balas Pak Anton sedih.

Arga dan Nata telah berhasil menghajar Pria besar itu yang saat ini terkapar dengan mulut yang berdarah. Sepertinya pelipis dan bibirnya robek akibat pukulan keras mereka. Namun mereka tidak mengetahui bahwa sedari tadi seseorang telah membekap mulut Meira dengan pistol yang ditodongkan tepat di kepalanya dan membawa ke hadapan mereka semua.

" Jangan bergerak atau wanita ini mati." Ucap tajam pria sangar itu menatap Arga dan Nata. Arga yang melihatnya marah dan bergerak maju.

" Kau maju, dia mati." Meira memejamkan matanya takut karena pria itu semakin memajukan pistolnya.

Tetesan air mata Meira jatuh mengenai tangan pria itu. Arga murka sekarang karena kekasihnya menangis sekarang.

" Lepaskan dia atau kau akan menyesal." Ucap Arga marah menatap pria itu.

Pria itu terkekeh, " aku tak takut." Pria itu menyeringai jahat.

Nata menatap Arga khwatir lalu Arga melihat mobil satria dan tentara lainnya melesat kemari. Pria itu menoleh dan tertawa.

Meira memberontak berusaha keluar dari dekapan Pria itu.

" Kau bisa diam tidak." Pria itu kesal lalu mengibaskan pistolnya ke wajah Meira membuat luka robek pada pelipisnya.

" Awwwwh." Meira meringis saat darah mengalir melewati hidungnya.

Arga marah dan berjalan maju namun pria itu memegang dagu Meira keras. Membuat Meira merintih kesakitan. Meira memberikan isyarat pada Arga supaya lelaki itu tetap diam.

" Kau mau di selamat. Kita barter. Aku akan lepaskan dia dan gadis itu ikut bersamaku." Ucap Pria itu keras.

Arga memandang gadis itu lama.

" Untuk apa kau mau gadis ini?" Tanya Arga.

Pria itu terkekeh, " ayahnya punya hutang dengan bos kami, dia tidak bisa membayarnya. Sebagai gantinya gadis itu yang membayarnya." Jawab sengit pria itu.

" Namun itu tidak ada di perjanjian. Sebagai gantinya mereka bisa menyita rumah kami." Cercan Pak Anton.

Pria itu tertawa keras membuat Meira semakin gemetar. Arga yang melihatnya mengepalkan tangannya kesal.

" Kami tidak bodoh sepertimu. Apakah kami mau rumah kayu rongsokan seperti itu, jika dijual harganya rendah. Namun jika gadis itu di jual harganya 10 kali lipat dari rumah itu." Ucapnya.

Meira mendesah panjang, ia sudah siap-siap menginjak kaki Pria itu. Arga yang mengerti isyarat Meira langsung mengkode semua rekannya.

1 2 3. Pria itu menjerit sakit lalu Meira lari di belakang Arga yang sekarang tangan kanan Arga mengarahkan pistol pada pria jahat di depannya dan tangan kirinya memeluk Meira dari belakang untuk melindunginya.

" Arga, aku takut." Lirih Meira. Arga menatap Meira yang memeluknya erat terlihat ia ketakutan sekali sekarang.

" Lepaskan pistolmu atau kami akan menembakmu sekarang." Ucap Arga marah.

" Cepat pergi atau peluru ini akan bersarang di kepalamu. Dan ingat sekarang kau hanya bertiga dan jumlahmu lebih sedikit dari kami. Jika kau tak tetap ingin disini, maafkan kami kalau peluru ini akan menembus kepalamu." Sahut Satria menarik pelatuknya saat Pria itu terkekeh mendengarnya.

" Okey, kalian selamat hari ini Anton. Tapi hari-hari kalian tak kan indah setelah ini Kapten." Balas pria itu memandang Arga tajam lalu berjalan menuju mobil disusul oleh 2 pria besar di belakangnya. Sebelum pria itu pergi Ia memandang Meira sekilas lalu berlalu dari hadapan mereka.

Arga menarik Meira untuk menghadap dirinya. Ia mengangkat wajah takut itu dan menatapnya. Meira menatap Arga dengan mata yang basah oleh air mata.

Arga menyentuh luka di pelipis Meira. Meira merintih saat Arga menyentuh pelipisnya pelan.

" Brengsek. Aku akan membunuhnya karena Ia telah menyakitimu." Ucap Arga memeluk Meira.

" Kembali ke barak cepat." Ucap Arga kesal dan berlalu dari tempat itu.

                               ***

Tetap baca cerita ini ya gaess.
Follow dulu sebelum baca.

HELLO! MY KAPTENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang