Jadian Lagi

212 11 0
                                    


Seiring dengan kepergian Arga, atmosfer restoran itu seketika terasa menghimpit dada Meira. Banyak hal yang berkecamuk dalam hatinya namun sayangnya lidahnya terasa kelu.

20 menit berlalu, Arga datang dengan senyum yang ia sajikan kepada Meira. Ah rasanya kekesalan Meira pada Nata hilang seketika terobati oleh senyuman manis Arga.

" Udah makan pacar." Meira mengernyitkan dahi bingung saat Arga duduk disebelahnya.

" Pacar?". Godanya.

" Kamu kan pacar aku." Terlihat sekarang Arga memajukan bibirnya.

" Kapan?" Ledeknya lagi.

" Tadi." Greget Arga. Namun Meira hanya acuh mendengarnya.

Meira lihat Arga sedang mengeluarkan pistolnya dari kantong celananya. Dan memainkan di hadapannya. Meira takut saat Arga memasangkan peluru dan menghidupkannya. Dan saat ini wajah Nata terlihat senang Arga mempermainkan Meira.

" Kamu ngapain." Ucap Meira takut. Arga menoleh kearahnya dan mendaratkan pistol di depan wajahnya.

" Mau nembak kamu." Arga mengeluarkan seringai di ujung bibirnya.

" Kamu mau nembak aku?" Tanya Meira galak.

Arga mengangguk.

" Kamu mau aku mati?" Tanyanya lagi.

Arga mengernyit bingung, " ya enggaklah." Jawabnya menatap Meira.

" Terus kamu ngapain ngarahin pistolnya ke arahku?" Arga tersenyum gadisnya takut saat ini.

" Aku mau nembak hati kamulah pakai pistol beneran, gak kayak cowok diluar sana pakek kata-kata atau bunga. Aku mau yang beneran yang ori gak kw kw an." Meira merasakan keromantisan Arga saat ia menembaknya bukan dengan bunga tapi dengan pistol.

" Jadi?". Tanya Arga.

Meira memasang wajah sok bingung.

" Jadi apa?".

" Kamu belum peka juga?" Arga memandang perempuan di depannya gemas. Seakan ia ingin menciumnya sekarang.

Meira menggeleng.

" Maukah kau menjadi My Girlfriend." Arga mengeluarkan cincin yang ia beli di toko perhiasan tadi.

Meira tercengang melihat cincin bermotif bulan kecil yang bersinar-sinar.

" Kapan kamu beli ini?" Tanyanya.

Flasback on

Arga sengaja izin kepada Meira dan Nata karena ia ingin membelikan hadiah hari jadinya bersama Meira.

Arga berhenti di depan toko perhiasan yang ramai dengan pengunjung yang sibuk memilih perhiasan.

Arga menghampiri pelayan dan bertanya perihal keinginannya.

" Mbak, saya mau beli perhiasan?". Ujarnya pada mbak itu.

" Perhiasan apa mas ganteng. Cincin, gelang, kalung, apa hati saya?" Ucap mbak centil itu pada Arga. Arga tersenyum mendengar godaan pelayan itu.

" Maaf mbak ya, saya sudah punya pacar. Baru aja jadian. Saya kesini mau beli perhiasan untuk hari jadian kita."

" Udah punya pacar ternyata. Mas mau beli yang mana." Arga bingung ingin membelikan Meira apa. Alhasil ia hanya menggelengkan kepalanya.

" Gimana kalau kalung ini mas?" Pelayan itu mengeluarkan kalung bermotif bunga. Arga memegang kalung dan membayangkan Meira memakainya.

" Tapi dia berhijab mbak." Arga tersenyum samar.

" Yaudah cincin aja kalau gitu." Ujar pelayan itu lalu mengeluarkan cincin bermotif bulan kecil membuat Arga tersenyum.

" Di bungkus pakai kado ya mbak kotaknya. Sekalian ini uangnya." Arga menyerahkan beberapa lembar uang cas.

" Mbak yang rapi ya bungkus nya, buat pacar saya lo." Pelayan itu tersenyum mendengar ucapan Arga.

" Iya mas."

Belum berselang lama Arga mengucapkan kata-kata itu lagi saat bungkus kado hampir selesai.

" Yang rapi mbak ya buat pacar saya ni." Pelayan itu memandang sengit Arga, sudah 2 kali ia mengucapkan kata yang sama.

Kado sudah terbungkus sempurna dan tinggal di beri pita di atasnya. Arga mendengus pelan.

" Yang rapi mbak ya, buat pacar saya. Harus sempurna soalnya." Pelayan itu mendengus kesal dan menatap tajam Arga.

" Ini mas sudah selesai. Udah 3 kali mas ngomong kata yang sama. Pacar mas beruntung sekali sepertinya." Arga menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia memang harus memberikan yang terbaik buat Meira kekasihnya.

" Yang beruntung itu saya mbak. Mendapatkan pacar sepertinya." Ucap Arga. Senyuman terbit di kedua ujungnya mengingat wajah Meira yang selalu menggemaskan untuknya.

Flasback off

" Jadi kamu izin tadi, mau beli cincin." Meira tertawa.

Arga tersenyum memandang kekasihnya yang manis ini.

" Makasih ya Arga, cincinnya bagus. Mei suka." Arga tersenyum. Meira memberikan cincin itu pada Arga meminta Arga memasangkan di jarinya.

" Jadi kita jadian sekarang?" Ucap Arga. Meira mengangguk mengiyakan.

Meira memandang cincin itu hangat. Sungguh romantisnya Arga, beda saat dia bersama rekan-rekanya terkesan cuek tapi baik. Meira mengibaskan tangannya di hadapan Nata jail. Membuat Nata mendengus kesal. Namun Arga malah tertawa melihat tingkah pacarnya itu.

                               ***

Pengen di tembak pakai pistoll beneran. Tapi bukan tembak mati melainkan tembak hati. Aaaa baper.




HELLO! MY KAPTENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang