Pria Baik Hati Namun..

207 11 0
                                    

Meira melirik-lirik papan tulis yang terpajang indah di dinding. Sekarang Ia berdua bersama Nata. Dimana Arga, Ia sekarang sedang membeli Laptop untuk Pian. Biasanya perempuan di sebelahnya akan mengoceh sepanjangan, tapi ternyata sekarang ia diam.

" Untuk apa papan tulisnya Mei." Tanya Nata ramah, membuat perempuan itu menoleh aneh.

" Untuk sekolah di desa itu yang sudah rusak." Nata hanya membalas dengan ber-Oh ria.

" Jadi tangan kamu di perban itu gara-gara papan tulis yang rusak itu." Ucap Nata yang langsung menyimpulkan. Meira mengangguk mengiyakan atas ucapan Nata yang tepat sasaran.

" Mangkanya hati-hati, belagu sih lu." Ucapan Nata yang sedikit menyelekit namun membuat senyum terpulas di bibir Meira. Ternyata Nata juga baik orangnya.

Meira terkekeh, " makasih udah perhatian Nat." Meira meninggalkan Nata dan menghampiri pemilik toko.

" Pak papan tulis ini berapa ya harganya." Tanya Meira.

" Oh ini murah hanya 4 juta kok mbak." Jawab santai pemilik toko. Membuat Meira dan Nata kompak bertatapan.

" 4 juta." Sahutnya kompak.

" Kenapa mahal banget Pak, gak bisa kurang, lagian papan tulisnya gak bagus-bagus amat." Ucap sarkas Nata. Pemilik toko mendelik tajam memandang Nata.

" Kalau gak punya uang gak usah nawar. Mending kalian keluar. Baju aja loreng dan berpangkat kalau gak punya uang percuma." Balas sengit pemilik toko membuat Nata semakin marah.

" Maksud bapak apa ngatain baju saya. Gak suka bapak sama saya. Kalau gak suka, gak usah bawa-bawa pekerjaan saya, gak ada hubungannya. Mau dapet bogem mentah." Sahut Nata kesal menunjukkan tangan yang ia kepal untuk siap memukul pria tu didepannya namun Meira memegang tangannya supaya tak marah.

Dari belakang seorang Pria lewat bersama bodygruadnya berhenti karena mendengar keributan di dalam toko peralatan sekolah. Ia pun masuk dan melihat perempuan yang di kenalinya.

" Hai Nona manis ketemu lagi kita." Ucap Argus membuka kaca mata hitamnya dan memandang 2 gadis di depannya.

" Oh Anda yang di rumah Pak Anton waktu itu?" Balasnya meyakinkan ingatannya benar.

" Tepat sekali. Kenalkan saya Argus dan Nona?" Ucap Argus.

" Saya Meira guru relawan di desa Buibui." Argus mengangguk lalu menatap perempuan di sebelah Meira.

" Dan kamu Nona cantik." Nata yang di tanya menolehkan wajah gusar.

" Renata, kowad relawan di desa Buibui." Arga tersenyum lalu menatap pangkat yang tersemat di tangan sebelah kiri dan kanan Nata. Lalu ia tersenyum simpul.

" Kamu pasti teman Kapten Arga bukan." Ucap Argus.

Nata mengerutkan keningnya, " kenapa Anda bisa tahu?".

" Bilang saja pada Kapten Arga, ada salam dari Argus." Ucap Argus ramah. Nata tersenyum singkat ia tau bahwa pria ini bukan teman Arga. Terlihat dari gaya berpakaian dan beberapa pria besar di belakangnya.

Argus memandang Nata yang mulai curiga kepadanya lalu mengalihkan perhatian.

" Nona butuh papan tulis?" Argus langsung to the poin karena ia tak ingin berbasa-basi. Meira mengangguk.

" Kalau begitu saya saja yang membelikannya untuk sekolah itu. Serta beberapa perlengkapan lainnya." Argus langsung menyuruh bodygruadnya untuk mengambil uang di kopernya dan dilemparnya ke arah pemilik toko. Pemilik toko langsung mengambil cepat.

" Cukup, lebih ambil saja, kurang tinggal bilang saja. " Pemilik toko langsung menghitungnya cepat.

" Dasar mata duitan." Ucap Nata.

Meira mentap Argus tak enak karena ia telah menyumbangkan papan tulis itu untuk sekolahnya.

" Pak Argus, terima kasih sudah mau menyumbangkan perlengkapan sekolah. Dan saya sebagai guru akan membalas budi anda." Meira tersenyum sopan memandang pria di depannya yang lebih tua.

Arga mengangguk, " saya pergi dulu, permisi." Ucapnya lalu meninggalkan Meira dan Nata. Nata memandang Argus tajam, ia melihat pistol di kantong belakangnya yang tertutup Jas.

" Penduduk sipil tidak diperbolehkan mempunyai senjata. Berarti dia mafia." Batin Nata. Ia akan segera memberitahu Arga.

" Pak ini alamatnya besok tolong diantar." Meira langsung memandang Nata yang melamun sedari tadi. Ia lalu menyenggol lengannya.

" Melamun aja, kayak perawan tua." Ledeknya pada Nata. Meira langsung melihat ponselnya yang berbunyi.

My Kapten bucin 🐷❤️

Meira sayang. Gaga tunggu di mobil ya udah kangen ni.

Meira tersenyum melihat pesan Arga yang bucin.

Me

Siap My Kapten

Meira lalu berjalan keluar menuju mobil Arga.

Nata mengetukkan kepalanya, " perawan tua, amit- amit." Ia lalu menyusul Meira yang sekarang sedang menuju mobil Arga.

   
                                 ***

Next ya

HELLO! MY KAPTENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang