Aku tak apa

223 11 0
                                    

Meira meringis menyentuh pelipisnya yang telah berbalut perban ditambah Tari yang terus bertanya tentang luka yang Ia dapat.

" Kenapa bisa? Gimana ceritanya?" Tati memojokan Meira. Alhasil Ia menceritakan hingga sedetail-detailnya.

Boy menyikut lengan Pian keras. Lelaki itu mendelik tajam, " kalau aku disana. Aku akan menghabisinya saat itu juga. Arga terlalu baik melepas kunyuk itu." Ujarnya gemas.

Pian terkekeh, " kau saja dengan kecoa takut apalagi dengan singa hutan itu." Boy mendesis seakan Ia bukan Pria yang kuat.

Ana melirik jam beker di atas meja 23.15 sudah hampir larut malam. Ia mengajak rekannya untuk tidur karena besok mereka akan bekerja. Namun Meira sepertinya akan libur sebentar.

Tring

Tring

Dering ponsel Meira membuat perempuan itu terkejut. Terlihat nama Arga tertera di layar ponselnya.

Arga : " kenapa belum tidur."

Meira: " ini udah tidur."

Arga terkekeh dari sebrang telpon.

Arga: " kalau udah tidur terus siapa               
              yang lagi ngomong sekarang?."

Meira mendesis, " kuntilanak perawan."

Arga tertawa: " bukan, ini calon persitnya Kapten Arga lah."

Meira tersentuh mendengar ucapan Arga.

" Dasar tukang gombal." Ujar Meira.

Arga: " aku gak bisa tidur nih. Rindu kamu. Kamu nyanyiin aku deh biar aku cepet tidur."

Meira: " dasar bucin. Tapi suaraku jelek."

Arga: " aku suka semua yang ada di diri kamu."

Meira: " yaudah. Sayang tidur oo ayang tidur kalau enggak tidur Meira yang tidur."

Arga tertawa, " kalau nyanyinya kek gitu, aku tambah gak bisa tidur nih. Malah ingin ketemu langsung."

Meira memukul-mukulkan kakinya di kasur semangat. Arga memang mudah untuk bikin Ia baper.

Meira, " udah malem. Kamu juga lagi dibarak kan?"

Arga, " enggak, aku malah lagi liatin kamu kebaperan sekarang dari balik jendela."

Meira terdiam lalu ia menoleh ke jendela melihat Arga yang sedang melambaikan tangan memandangnya.

                                ***

Api unggun menyala besar di tumpukan kayu bakar. Angin malam melambai-lambai menerpa tubuh Meira. Membuat Ia merapatkan jaketnya erat. Meira melamunkan kejadian sore tadi dirumah kayu saat ia dibekap oleh pria sangar itu.

Meira menoleh ketika Arga datang membawa secangkir cokelat hangat yang masih mengepul.

" Ini cokelat hangat, kau suka kan." Arga memberikannya pada meira.

" Dasar mesum." Meira menatap sengit Arga saat ia mengintipnya dari Jendela. Arga tersenyum lalu duduk di tumpukan kayu bakar di depan Meira.

" Oo , yang tadi itu. Aku tak melihat apa-apa. Kau juga memakai hijab kan. Apalagi lampu tendamu padam jadi aku hanya melihat wajahmu lewat lilin di atas meja itu."

HELLO! MY KAPTENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang