Kimbbo Cactus Cafe

152 11 0
                                    


2 cangkir putih bersebrangan di atas meja abu yang bulat. Asap mengepul berwarna tembus itu menguap ke atas menandakan bahwa minuman itu baru saja di buat.

Aroma kopi racikan menyengat merasuki penciuman dua wanita yang berbeda usia di dekatnya. Lilin berdiri cantik di tengah meja dengan bunga Anaphalis yang menjadi temannya.

Kue brownis cokelat pandan baru saja di letakkan di atas meja membawa uap wangi yang menggiurkan. Sebuah tangan buru-buru mencicipinya dan langsung memasukan kue itu cepat kedalam mulutnya. Matanya berbinar-binar seperti baru merasakan yang namanya kue brownis.

" Pas kue udah deket mulut baru lo buka. Ini kue masih jauh, tapi mulut lo udah kebuka aja " Ucap Susan sambil tertawa.

Meira terkekeh lalu menyuapkan lagi kue brownis ke dalam mulutnya dengan rakus.

" Awas terse....dak." belum sempat menyelesaikan ucapannya Meira sudah tersedak duluan. Susan dengan cepat menyerahkan gelas Meira padanya. Wanita itu dengan tandas menghabiskan minumannya yang terbilang masih panas.

Susan menatap takjub Meira yang sanggup meminum minuman yang asapnya masih mengepul.

" Daebak, The power of teacher. Mei setelah lo pulang dari mengabdi, lo banyak perubahan." Ucap Susan. Meira menatap bingung Susan. Ia menaikan sebelah alisnya tak mengerti.

" Maksud lo?" Tanyanya. Susan memajukan wajahnya menatap Meira.

" Ya, dari lo kuat minum coffee yang padahal asapnya aja masih ngepul. Terus lo sabendino ( setiap hari) senyumanmu gak pernah tu jadi pendek. Terus lo disana punya pacar, wah gelasih. Dan yang paling gue takjub pacar lo tentara padahal dari orok lo gak suka tentara." Susan bertepuk tangan riah memandang takjub Meira.

Meira hanya menggelengkan kepalanya malas.

" Setiap orang selalu mengalami perubahan yang pesat kan, berevolusi." Jawabnya membuat Susan tersenyum senang.

" Ya ya berevolusi dari kera menjadi manusia. Okelah gue paham." Ucap santai Susan membuat Meira menatapnya tajam.

" Yaaa, sialan. Lo samain gue sama kera, enak aja lo." Meira melempar biji jambu mete ke wajah Susan dan Susan hanya terkekeh santai.

Meira memandang seluruh penjuru cafe yang dipenuhi dengan rak-rak cantik berisi kaktus di pot-pot dari tanah liat dan juga berjejer bunga Anaphalis yang cantik di sana. Kesan yang baik untuk menambah interior di dalam cafe. Itulah yang membuat ia rindu dengan suasana cafe ini. Karena pemiliknya sepertinya juga mempunyai hobi yang sama dengannya.

Saat kita ingin membayar ke kasir, kita akan di sugukan lilin aroma terapi dan pengharum ruangan yang dapat kita beli. Cafe yang bernama kimbbo caktus cafe itu membuat siapa saja akan nyaman disini. Terlihat kursi yang kosong mulai terisi dan membuat cafe ini menjadi bising dengan suara tawa ataupun obrolan santai.

Seorang pria berbaju loreng menggandeng tangan mungil dengan senyuman datar sama juga yang dilakukan perempuan disebelahnya. Ia menslide lagi pose kedua yang sama dengan foto pertama namun yang berbeda adalah perempuan itu menoleh ke arah pria itu yang menatap ke depan, senyum terbit di wajah manisnya saat melihat hasil foto dari Tari yang tak ia tahu.

Susan yang melihat Meira cengar-cengir pun merinding.

" Lu napa cengar-cengir. Kesambet?" Tanya Susan.

Meira menatap Susan dengan senyuman yang masih terpati di wajahnya. Lalu ia kembali melihat ponselnya tanpa mau menjawab pertanyaan dari temannya itu.

Susan memajukan badannya untuk bisa melihat apa yang dilihat Meira. Lalu senyum kecil terbit di wajahnya, ia kembali duduk dan memandang Meira yang terlihat bahagia.

HELLO! MY KAPTENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang