Kenal Kamu

372 21 0
                                    

Di tengah keheningan, Arga memulai pembicaraan. Aku pun meliriknya dan mendengarkan setiap hal yang ia ungkapkan.

" Saya senang bisa bertemu denganmu lagi. Setelah kejadian saya menabrakmu waktu itu, saya selalu berdoa untuk di pertemukan denganmu lagi." Ucapnya sambil terkekeh.

Aku tetap mendengarkannya tanpa mau menjawabnya.

" Dan saat hari dimana saya harus menjemput rombongan Guru-guru yang akan mengajar anak-anak di desa Buibui. Itulah saat kedua saya bertemu denganmu lagi. Waktu itu saya tau kamu takut naik helikopter. Dan temanmu terus mendesakmu untuk berani. Saya baru tau ternyata Guru bawel ini ada takutnya juga." Katanya sambil meneguk minumannya. Aku menatapnya dengan wajah masam.

Aku meneguk minumanku dengan perlahan. Hangatnya minuman merambat ke seluruh tubuhku . Lagi-lagi aku merasa gugup ketika Arga menatapku intens.

" Dan saya tak menyangka bisa bersamamu sekarang di tempat favoritku." Katanya menatapku dalam.

Mata hazelnya sangat cantik apalagi di tambah bulu mata lentik menambah pesona Arga. Saat ia tersenyum aku juga baru menyadari jika ia mempunyai senyum pipit di kedua pipinya walau yang sebelah kiri tak terlihat dengan jelas tapi tetap saja ia tampak manis. Hidung mancungnya tak malu-malu memperlihatkan pada dunia. Serta gigi gingsul berbentuk taring itu menambah manisnya ia ketika tersenyum. Aaa aku terpesona.

" Jangan menatap saya seperti itu, nanti kamu bisa jatuh hati." Ujarnya menggodaku.

Aku memalingkan wajahku sinis dan menatap pemandangan di hadapanku. Dari tempat dudukku, gemerlap lampu kota Kalimantan terlihat seperti cahaya kunang-kunang. Namun, semuanya membuatku rindu pada kota Jogja.

Arga menoleh ketika melihat wajahku kembali murung.

" Kenapa, rindu Jogja? Atau rindu seseorang?" Nada suaranya sedikit sendu.

" Aku rindu suasana Jogja, aku kangen ingin merasakan lagi bising-bising dan hingar bingar kendaran di pagi dan malam hari itu." Ucapku sambil membayangkan kota Jogja selama aku tinggalkan.

Aku berdiri dan merentangkan tangan merasakan angin yang berhembus kencang menerpa hijab marunku. Tubuhku meremang udaranya sangat dingin sekali. Tak hayal aku sempat mengelus-elus telapak tanganku untuk memberikan kehangatan.

Arga berdiri dan menepis tanganku ketika aku merentangkan tangan merasakan dinginnya udara di atas sini. Aku melihatnya mengusap-usap telapak tangannya. Kurasa ia kedinginan juga. Tapi ternyata ia memberikannya kepadaku. Telapak tangannya yang hangat menyentuh pipiku yang dingin.

Aku menatapnya sama seperti ia menatapku. Kami saling tatap di iringi suara jangkrik yang berbunyi nyaring.

" Saya tidak akan memberikan jaketku padamu. Hanya tangan ini yang saya tautkan di pipimu untuk mengurangi rasa dingin yang menerpamu."

" Kenapa tidak jaket saja." Ucapku.

" Nanti kalau saya sakit, saya tidak bisa marah-marah pada tentara-tentara yang menggodamu ketika mereka bertemu denganmu dijalan." Aku memandangnya sinis.

" Kenapa begitu? Biar saja. Mereka tidak menggoda hanya sekedar menyapa."

" Tapi saya cemburu ketika mereka selalu membicarakanmu saat lagi makan atau istirahat. Guru manis itu kemarin memintaku mencicipi kue buatannya. Tentang itulah tentang inilah." Ucapnya yang membuat jantungku berdetak.

" Oo tentara baik waktu itu yang sering bawa handytallky itu ya. Waktu itu dia lewat sekalian aku suruh cicipin brownis buatanku. Ternyata enak dan sekalian ku bawakan ia. Siapa sih namanya aku lupa?" Ujarku mengingat. Arga hanya memasang wajah datar.

HELLO! MY KAPTENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang