Argus

318 16 0
                                    

Burung bertebrangan disertai kicauan yang bersautan. Tampak asik jika dilihat saat burung itu terbang dengan bebas.

Beberapa tentara sedang membuat pagar pembatas di area perbatasan supaya orang asing tidak masuk ke wilayahnya. Kawat di tarik ulur dan disematkan agar kawat lebih kuat untuk menompang. Tak lupa mereka memberikan tegangan listrik agar pagar tetap aman berdiri.

Dua buah mata tertutup rapat dengan tangan kanan sebagai penompangnya dan tangan kiri sebagai penutup wajahnya. Ya, Arga sedang tidur di atas batu besar yang ada di padang rumput yang luas ini.

Lelaki berbadan tegap dengan kulit sawo matang yang mendominasi tubuhnya sedang mengawasi prajurit yang sedang melaksanakan pekerjaannya. Ia melirik ke arah Arga yang berusaha menyingkirkan ilalang yang tumbuh tinggi melebihi batu itu yang mengenai wajahnya.

" Bagaimana hubunganmu dengan perempuan itu?" Tanyanya pada Arga.

" Seperti yang kau lihat. Semakin dekat." Balas Arga yang masih berada di posisinya.

Satria tersenyum, " benarkah? sepertinya perempuan itu tak tertarik padamu." Arga menoleh melihat Satria.

" Kau melihat saat kami sedang marahan." Timpal Arga yang memandang sengit Satria.

"Begitu." Satria menganggukan kepalanya tidak yakin

" Apakah kau masih dendam?" Tanya Arga memandang Satria.

" Tidak. Hanya ingin memastikan saja. Apakah perempuan itu tertarik pada Kapten Arga yang payah ini." Ujar Satria berani. Walau satria masih berpangkat sersan Arga tidak mempermasalahkan status mereka dalam persahabatan. Jadi wajar jika Satria bisa seenaknya dengan Arga.

" Eeee. Apakah begitu berbicara pada atasan?" Arga memandang Satria sinis.

" Kau sudah bertemu dengan Hanin?" Tanya Arga sebelum Satria berlalu dari hadapannya.

" Sepertinya dia yang tak ingin aku temui." Satria memasang wajah lesu.

" Bicaralah. Jangan membuat wanita menunggu." Ujar Arga memegang bahu Satria yang membuat Satria menoleh padanya.

" Ayo kita selesaikan pekerjaan buruh ini." Ajaknya pada anggota tentara yang masih membuat pagar.

Satria melamun atas ucapan Arga. Ia belum siap jika harus berbicara lagi dengan Hanin atas kejadian yang membuat mereka terasa asing.

Deru suara mobil pajero spot melintas melewati padang rumput itu. Seorang pria menurunkan kaca mobilnya untuk melihat anggota tentara yang sedang membuat pagar pembatas. Pria itu menyuruh anak buahnya mengklakson tentara itu. Membuat tentara itu menoleh bersamaan.

" Berhenti." Ujarnya pada anak buah yang memakai kaca mata hitam di depannya.

Arga yang melihat 3 mobil hitam spot itu berhenti lalu hendak menghampiri mereka. Tapi seorang pria lebih dulu turun dan menampakkan tubuhnya.

Satria menghampiri Arga sambil membenarkan earphone yang tertancap di telinganya.

Pria itu turun dan berjalan menghampiri Arga dan lainnya dengan senyum terpaksa.

" Argus." Ucap Arga samar.

" Hai Kapten. Kita bertemu lagi." Pria yang bernama Argus itu menadahkan tangan untuk bersalaman dengan Arga tapi lelaki itu tak membalas uluran tangannya.

Argus mengelus tangannya yang tak di balas oleh Arga lalu menggaruk kepalanya yang tak gatal.

" Mau apa kau kesini?" Tatapan tajam Arga menatap musuh didepannya.

" Kau memang tak suka berbasa-basi ternyata." Argus tertawa mendengar pertanyaan yang dilontarkan Arga.

Arga hanya mendengus tanpa mau menjawab.

Argus mendekatkan wajahnya menatap Arga, " seperti yang kau lihat, mencari mangsa." Lalu memundurkannya lagi.

" Kau tidak bosan?" Sahut Arga dengan nada suara yang mulai tinggi.

" Hem, bosan?" Argus memasang wajah biasa saja membuat Andre yang saat ini berada di samping Satria seakan ingin memukulnya.

" Sayangnya tidak. Demi uang apapun akan aku lakukan." Lanjutnya membuat Arga kesal.

" Saat aku keluar dari penjara 17 tahun lalu. Aku tetap menjalankan pekerjaan yang tidak jauh dari profesimu. Menembak dan menghasilkan uang. Mencari para wanita lalu menjualnya. Jika mereka tak mau tinggal tembak saja." Ucap Argus mengarahkan jari telunjuk dan jempol seperti pistol ke kepalanya.

" Aku yang memberi perintah sedangkan kau." Ia menunjuk tepat di depan Arga.

" Menunggu perintah baru bekerja. Bukan begitu. Bos!" Arga mendengarnya naik pitam tapi ia masih bisa menahannya.

" Tidak ada aturan, tidak ada kehormatan dan tidak ada negara yang harus dilayani." Ucapnya memandang Arga tajam.

Satria yang sudah panas mendengarnya akhirnya melayangkan tinju ke arah pria itu tetapi di tangkis oleh Arga.

Argus menepuk pundak Arga.

" Ini adalah peringatan terakhir." Pria itu menatap Arga tajam.

" Urus urusanmu sendiri. Kau hanya warga baru yang hanya singgah untuk mengamankan daerah ini. Jadi jangan pernah menganggu pekerjaan kami." Ucap Argus lalu melepas tangannya di bahu Arga.

Arga menelan susah salivnya dan membalas tatapan Argus.

" Demi Tuhan. Kau akan menyesal. Pergi dari hadapanku." Ucapan Arga di dalam hatinya tanpa Argus tau. Ia menatap tajam Argus tanpa berkedip.

" Semoga hari kalian menyenangkan Kapten." Kata terakhir Argus sebelum ia pergi dari hadapan Arga. Arga mengepalkan tangan memandang kepergian Argus yang membuatnya muak.

Dari kejauhan Argus melambaikan tangan perpisahan saat mobil itu berjalan berlalu dari hadapan mereka.

Satria menghembuskan napas kesal meninggalkan Arga yang masih diam di posisinya yang terus memperhatikan mobil itu hilang di balik tikungan.

                                 ***

Nah sudah tau Argus siapa?

Ayo next part selanjutnya di sana tambah seru gaess

Aku akan update 1 hari 2 kali atau 1 kali gitu. Jadi sabar ya gess

HELLO! MY KAPTENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang