39

2.3K 148 206
                                    

Senin, 04.20

Jam menunjukkan pukul empat lewat dua puluh menit. Sembari mengancingi kemeja, ia pandangi istrinya yang kini masih tertidur pulas. Dari pukul tiga Pak Suho sudah bangun dan sebenarnya masih ingin berleha-leha dan bermanja-manja. Namun ketika melihat pop up pesan dari sang kepala sekolah, sontak ia bangun dan bergegas mandi.

"Yang..."

Wanita yang masih meringkuk di dalam selimut itu pun menggeliat ketika punggung tangannya diusap lembut. Bu Wiena mengerjapkan matanya, diam sebentar memandangi pria yang kini sudah rapi dengan seragam dinas sementara ia hanya mengenakan daster pendek setelah pertempuran mereka semalam. Agak kaget sebenernya, baru inget kalau statusnya sekarang adalah istri orang.

Ia merapatkan bibirnya, kepalanya memutar peristiwa-peristiwa tadi malam dengan sangat detail. Sontak ia menggeleng sambil melirik suaminya ini. "Kamu mau kemana?"

"Pak Xiumin whatsapp aku suruh masuk hari ini, ada disdik pusat sama walikota mau visit sekolah. Gapapa ya?"

"Mendadak banget? Orang kamu lagi cuti juga, masih aja digangguin."

"Ya... abis gimana? Mungkin mau cek fasilitas atau program kerja. Siapa tau kalo sekolah kita mumpuni, alat menunjang proksesnya lengkap, terus dapat izin buat tatap muka lebih cepet." Ucapnya sembari mengelus lembut puncak kepala sang istri. "Tidur lagi aja, aku tau tidur kamu kurang. Masih sakit nggak?"

Bu Wiena mendelik, lalu menyingkirkan tangan yang tiba-tiba menyelinap masuk ke dalam selimut dan mengusap lututnya. "Dikit sih, tapi aku tetep oke kok, Mas." Katanya sambil tersenyum kecut. NTAR ABIS NGELUS LUTUT PASTI LANJUT KE PAHA DEHHH

"Yaudah. Aku berangkat ya?"

"Sekarang banget?"

"Iya. Mas biasa berangkat jam segini."

"Tapi aku belum bikinin kamu sarapan. Tunggu bentar mau nggak? Mau ya? Nggak lama kok, kamu nggak bakal telat deh, aku janji."

Pak Suho tersenyum simpul lalu mengangguk. Mana bisa dia nolak kalau istrinya masang muka yang super gemes begini. Coba aja hari ini nggak ada acara ke sekolah, mungkin dia udah minta lanjut babak kedua.

"Bikin sarapan emang ada bahannya yang?"

"Ada tuh, roti tawar sama telur. Bikin ala-ala sandwich kan bisa. Cepet kok, tinggal goreng pake teflon."

"Ohh." Pak Suho ngangguk-ngangguk sambil merhatiin istrinya yang makin dilihat makin bikin dia jadi terhipnotis, kalau kayak gini terus bisa-bisa dia alamat telat tiap hari. Bawaanya mau nerkam aja soalnya.

"Tuh... Udah deh, jadi. Cepet kan? Mana sini tas kamu." Bu Wiena ngambil tas ransel berwarna merah yang tergeletak di atas kursi setelah masukin bekal tadi ke tempat tupperware. "Kamu tuh segala obeng sama tang dibawa buat apaan sih?"

"Ya buat jaga jaga aja."

"Ini juga baju dari kapan tau masih ada di dalem tas."

"Baju ganti itu yang, kalo misal pas berangkat keujanan di jalan."

"Ya ampun... Udah lecek begini kamu kuwel kuwel."

Pak Suho cuma diam, sambil ngeliatin istrinya yang lagi ngebongkar tas yang isinya udah kayak kantong doraemon, apa aja ada. Segala mouse sampe keyboard portabel pun ada. Bukannya apa, Pak Suho itu suka males ngeluarin barang-barang yang udah ada di dalam tasnya, karena dia pikir suatu saat pasti dia bakalan butuh barang itu.

"Yang."

"Hmm?"

"Rapihin rambut aku yang."

Kedua bola matanya melirik, ia pandangi rambut hitam milik sang suami yang tak berantakan sama sekali. Lantas, ngapain minta dirapihin? Positif tingting, mungkin minta dielusin dulu pagi-pagi biar fresh. Batinnya.

SEPI - SUHO (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang