Sabtu, 21.30
Jam menunjukkan pukul sembilan lewat dan Pak Suho masih belum ingin pulang ke rumah. Kini ia terduduk di sebuah kursi restoran cepat saji, pesan makanannya tak macam-macam, cukup nasi goreng dan bubur kacang hijau sebagai hidangan penutup dan mungkin nanti ia akan beli roti jika tengah malam laparnya datang tiba-tiba di saat ia sedang kejar deadline.
Hari ini rekor baginya karena hanya minum kopi satu kali tadi pagi. Untuk malam ini mungkin tidak, sebab masih ada oleh-oleh tembakau tadi. Tersisa setengah, memang bohong dan ingkar janji kalau tadi ia bilang hanya akan coba satu batang. Habis mau bagaimana, ia betul-betul sedang pusing dan tak ada pelampiasan.
Pak Suho tak sembarang ambil tempat, ia selalu memilih untuk duduk di kursi luar. Dan ini saat yang pas, pengunjung yang duduk di luar sangat sedikit sehingga ia bisa tenang menyesap batangan rokok itu tanpa harus takut mengganggu yang lain.
Omong-omong soal makan di luar, beda sekali jika bersama istrinya. Jelas kalau bersama buk istri tidak ada yang berani ganggu. Namun jika makan sendiri seperti ini, selalu saja ada yang godain.
Awal-awal Pak Suho tak berani buka masker jika hidangan belum datang, apalagi dengan seragam PNS yang ia pakai dan pin pengenal khusus kepala sekolah yang menempel di bajunya membuat selalu saja ada ibu-ibu random yang jodoh-jodohin dia sama anaknya.
Mau pakai jaket, gerah. Alhasil sebelum pulang ia seringkali melepas kemejanya dan tersisa kaus hitam dalaman. Hal itu bukannya menyelesaikan masalah, ia malah digodain sama anak-anak abg tanggung.
Lalu setelah ia pikir-pikir, supaya nggak digodain anak-anak abg lagi, mungkin sebaiknya ia menumbuhkan sedikit kumis tipis. Karena menurutnya lebih menyebalkan digodain anak-anak abg tanggung yang suka gombal nggak jelas, yang nggak ngerti dan nggak percaya kalau dia ini sudah jadi bapak beranak satu.
Sudah tumbuh kumis tipis dan kelihatan sangat amat berwibawa, namun lagi-lagi itu bukan solusi yang efektif. Sialnya justru dia malah didekati tante-tante aneh yang lancangnya mengajak ketemuan di hotel. Pak Suho jelas merinding, langsung ngibrit pulang dan beberapa hari sempat tidak mau makan di situ, memilih untuk dibungkus dan makan di mess. Memang kacau. Mau marah tapi bingung harus marah apa.
Tapi untuk malam ini, jika ada orang random yang mengganggu dan menggodanya mungkin ia langsung akan naik pitam. Syukur, beberapa menit berlalu dan masih tenang tentram seakan semesta mengerti bahwa ia tidak bisa diganggu gugat. Janjinya habis satu batang ia pulang, namun janji hanyalah sekedar janji. Nyatanya bungkus hijau itu sudah kosong dan ia masih belum ingin pulang. Ini kalau istrinya tau, bisa-bisa ia diamuk dan terancam merana.
Istri
Last seen 21.12Yang
Udh tidur?
Yaudah
◀️"Tidur yang nyenyak ya."
✓Pak Suho bersandar dan menghela napas, tidak ada balasan karena mungkin istrinya sudah tidur.
Masih tak ingin pulang, matanya sibuk memperhatikan orang lalu lalang sambil melamun. Sering iri jika melihat keluarga kecil yang berjalan beriringan di sisi jalan, atau ada anak yang merengek pada ayahnya. Lucu juga kalau Kirana sudah besar bisa protes dan ngomel-ngomel minta jajan, sekarang saja bayi itu sudah pintar mengoceh dan agak jahil.
Lamunannya dibuyarkan oleh suara dering telepon. Ia angkat kemudian berbicara dengan seseorang di ujung sana, gesturnya menampilkan kesan emosi.
Baru-baru ini salah satu sekolah yang dibinanya terkena kasus. Bukan masalah internal yang bisa diselesaikan secara tertutup, melainkan kasus beberapa siswa siswi mabuk menggunakan seragam sekolah ini terlanjur viral di media sosial.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEPI - SUHO (ON HOLD)
Random"Saya gak mau ah, Pak Suho suka ngomel." •SEPI - SUHO• (ON HOLD) A Story By : @celanarenang Cover By : @ourniverse Since | March, 10 - 2020