46

1.8K 100 94
                                    

Senin, 06.45
📍Kalimantan

Di tengah teriknya matahari pagi, gema suaranya saat menyampaikan pidato perkenalan terdengar sampai ke seluruh penjuru sekolah. Pak Suho sangat mengapresiasi penyambutan yang diberikan oleh SMA Negeri 3 ini, mulai dari penampilan paskibraka sampai tari tradisional.

Pengalamannya mengajar di daerah pedalaman bisa dibilang terulang lagi, sekolah ini tidak terlalu berada di daerah terpencil, namun aksesnya yang cukup sulit. Jalan menuju sekolah tersebut di dominasi oleh tanah merah, bila hujan mungkin akan menjadi kubangan lumpur.

Syukur pada saat ia kemari jalanannya masih bisa dikondisikan, walaupun sedikit becek di beberapa titik. Jika seperti ini, Pak Suho langsung berniat untuk membeli satu motor cross. Lumayan, pergi bekerja sambil menjalani hobi. Tidak ada aspal bukanlah suatu masalah.

Sedih, karena harus kembali berpisah dengan anak dan istri. Teringat pesan semangat dari sang puan saat subuh tadi ditambah dengan foto Kirana yang masih sibuk dalam tidur lucunya. Lebih dari cukup untuk membangkitkan semangatnya pagi ini.

Upacara pun selesai beberapa menit kemudian. Setelah berbincang dengan beberapa guru, Pak Suho bersiap untuk masuk kelas. Biasanya, kepala sekolah tidak mengajar namun ada juga yang masih mengajar. Bahkan sebenarnya, kepala sekolah masih mempunyai tupoksi yang sama dengan guru, hanya saja mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah.

Kakinya melangkah memasuki sebuah ruang kelas, penghuninya yang nampak riuh seketika diam mematung, melihat ada kepala sekolah masuk ke dalam kelas mereka. Terlebih yang perempuan, siapa yang tidak terpesona jika kepala sekolahnya setampan ini.

"Ayo disiapkan dulu kelasnya." Pak Suho mengernyit heran, begitu juga tatapan bingung yang ia dapatkan. "Kenapa pada bingung? Mana ketua kelasnya? Doa dulu."

Sang ketua kelas mempersiapkan kelas, mulai dari doa sampai memberi salam. Pak Suho berdiri di depan kelas setelah menaruh tas dan bukunya di meja. "Kelas berapa ini? Kelas... 11 IPA 2?"

"Iya, Pak."

"Oke, IPA 2. Bingung ya? Lihat saya masuk kelas kalian. Kira-kira saya mau ngapain?"

"Pasti mau ketemu saya ya pak?" Ucap salah satu siswi, hal itu langsung dihadiahi sorakan dari teman-teman sekelasnya.

Pak Suho ketawa ganteng, nampaknya ia bakalan jadi sasaran empuk siswi-siswi di sini. "Emang kepala sekolah sebelumnya nggak ngajar?"

"Nggak, Pak... Kepala sekolah yang dulu nggak pernah ada di sekolah, nggak jelas juga." Jawab salah satu siswa paling depan.

"Oh..." Pak Suho mengangguk sekilas, seketika langsung paham akan suatu penyebab mengapa ia dipindahkan ke sini. "Oke, jadi gini, saya jelaskan sedikit. Sebenarnya kepala sekolah adalah seorang guru yang dapat tugas tambahan menjadi kepsek, tapi tupoksinya itu tetap sebagai seorang pengajar atau pendidik."

"Nah, di sekolah ini sekarang lagi ada kekosongan guru di mata pelajaran fisika, jadi saya yang ngisi. Cuma di kelas ini, spesial, suka nggak jadi spesial?"

"SUKA PAKKK! SUKA BANGET DISPESIALIN SAMA BAPAK."

Pak Suho ketawa ganteng lagi. "Tapi saya bilang di awal, saya nggak janji untuk terus ada di sini. Karena saya kepala sekolah rangkap yang mengurus dua sekolah, jadi saya mungkin nggak bisa terus stand by. Nanti kalau sudah ada gurunya akan digantikan dengan guru tersebut, saya di sini hanya mengisi kekosongan aja, begitu."

"Yah... Jangan, Pak. Saya maunya bapak aja terus."

"Iya pak, sekalian isi hati saya nih pak, kosong."

Pak Suho menggeleng tak habis pikir, ternyata murid perempuan di sini sama barbarnya seperti di smanzer. "Dah, udah. Sekarang mau langsung masuk ke materi atau intermezo dulu?"

SEPI - SUHO (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang