Kamis, 10.30
Setelah mengunci pintunya, Bu Wiena duduk di teras sambil nungguin Pak Dika dateng jemput dia. Sekolah bener bener diliburin supaya polisi mudah melakukan penyelidikkan, cuma ada beberapa guru laki laki di sana yang ngebantu Pak Xiumin sebagai pelapor.
Walau hanya lab satu yang berhasil dibobol, kerugian yang ditimbulkan cukup signifikan. Terhitung ada tiga puluh lebih unit komputer yang hilang dicuri, itu belum termasuk perangkat perangkat lainnya seperti printer, headset untuk ujian listening dan hardisk yang berisi database sekolah. Bahkan kabel rusak yang ada di gudang pun habis digasak.
Sembari nunggu Pak Dika yang katanya lagi otw tapi udah lebih dari setengah jam gak sampe sampe, ia ngecek barang bawaannya. Ada salep, teh jahe kemasan sachet dan minyak zaitun, dia juga sempet masak dulu. Buat siapa lagi kalo bukan buat Pak Suho.
Sebenernya dia juga gak tau kenapa dia harus seribet ini, toh orangnya juga gak peduli sama kesehatannya sendiri. Tapi entah dorongan darimana, pagi pagi dia udah jalan ke apotek depan buat nyari salep, teh jahe, serta minyak zaitun.
Bodo amat, kalo dia gak mau minum teh jahenya, gue cekokin! Bu Wiena udah ngebayangin aja tuh, mukanya Pak Suho yang menye - menye dan minta ditabok.
Tin!
Bu Wiena langsung keluar gerbang begitu denger suara klakson. "Heh, tan tin tan tin aja. Berisik tau."
"Iya sorry, saya juga kaget. Ini motor suara klaksonnya kok kayak klakson truk."
"Hah? Truk mah telolet telolet kali suaranya?" Kata Bu Wiena sambil ngunci gerbang.
"Itu apa Dik? Yang di tas."
Pak Dika ngangkat tas yang dia taruh di atas tangki. "Ini? Laptop. Pak Suho minta sekalian beliin laptop baru, kan laptopnya dia ikut digondol juga."
"Orang kaya mah gampang aja ya, kalo mau beli barang tinggal nunjuk." Gumam Pak Dika, habis itu dia sibuk sendiri sama tasnya.
"Adoohh. Ribet juga pake motor kayak gini, gak ada cantelannya."
"Sini sini, gue yang pegang. Nanti jatoh lagi ditaro situ."
"Oiya Teh, mau liat video rekaman cctv sekolah gak?" Pak Dika ngeluarin handphone dari sakunya.
"Emang kerekam?"
"Kalo cctv ups masih kerekam walaupun gak ada listrik, tapi daya rekamnya cuma sampe tiga puluh menit."
"Di sekolah rame dong?"
"Rame, banyak polisi. Nih, mau liat gak?"
Pak Dika nunjukkin layar handphonenya, Bu Wiena langsung bergidik ngeri dan memalingkan wajahnya.
"Gak. Gue gak tega liatnya, kasian. Udah ayo ah, nanti keburu siang."
"Ini emang udah siang kali, Pak Suho juga belum bangun- WIH!" Pak Dika nunjuk nunjuk tas kotak makanan yang Bu Wiena pegang. "Asik banget dah, pake dibawain makan segala."
"Sstt diem, gak usah komen."
"Ntar dari S3 lama lama jadi B3 dah."
"B3? Limbah B3?"
"Bukan, tapi buchin buchin buchin."
"Terserah lo deh Dik."
***
"Aduh..." Desis Bu Wiena saat turun dari motor. "Kok kalo lo yang bawa gue jadi cepet pegel ya."
Pak Dika ketawa sambil ikut megangin pinggangnya. "Maklum lah, nggak biasa pake moge. Saya biasa pake scoopy, hihi."
KAMU SEDANG MEMBACA
SEPI - SUHO (ON HOLD)
Random"Saya gak mau ah, Pak Suho suka ngomel." •SEPI - SUHO• (ON HOLD) A Story By : @celanarenang Cover By : @ourniverse Since | March, 10 - 2020