40. Talk to Him

29 1 0
                                    

- selamat membaca -

Ini bukan inginku, tapi sebuah keharusan dari Tuhanku yang tidak bisa di tawar.


---

Raina beranjak dari tempat duduk dan siap melangkahkan kakinya keluar dari ruang osis, tapi tiba-tiba langkahnya dihentikan oleh suara yang tadi sempat membuat pipinya seperti kepiting rebus itu.

Langkah kaki terhenti tepat di belakangnya. ''Raina," gadis itu menoleh, tiba-tiba saja tubuhnya membeku, dia bingung harus bersikap apa.

''Are u okay?'' tanya Raka.

Raina mengerutkan dahinya, ia mengangguk sebagai jawaban.

''Rai mau ke kelas bareng gak?'' tanya Widi.

''Raina nyusul, lo duluan aja,'' jawab Raka.

''Bener nih Rai?'' tanya Widi memastikan.

''Iya gak apa-apa Di, kamu ke kelas duluan aja,'' jawab Raina.

''Oke kalau gitu, duluan semuanya,'' pamit Widi yang diberi anggukan oleh Raka, Raina, juga Rey yang tengah bermain game dipojok ruangan.

''Oh iya Ka, aku mau bicara sama kamu."

''Bilang aja, bilang apapun yang pengen kamu sampein,'' jawab Raka cepat.

''Tapi gak enak kalau harus berdua,'' kata Raina malu.

Raka tersenyum.

Menggemaskan sekali calon istri di masa depannya yang sangat sholehah ini, meskipun sulit didapatkan, batinnya.

''Ya udah terus Raina maunya gimana?''

Gadis itu menoleh kearah Rey. Raka menatapnya.

''Rey!'' panggil Raka.

''Kagak buset Ka, gue gak akan nguping, ini mau pakai earphone,'' jawab Rey seakan paham yang Raka maksud.

''Udah, bilang aja. Rey gak bakalan dengar,'' ucap Raka lembut, entah kenapa jika berhadapan dengan gadis ini dia menghangat.

''Aku bingung gimana bilangnya.'' Raina menunduk sambil mengigit bibirnya samar.

''Habis ini kamu kelas siapa?'' tanya Raka.

''Kayaknya sih jam kosong.''

''Mau ke rooftop?" tawar Raka.

"Kamu bebas cerita apapun di sana, kamu mau nangis, mau ketawa, mau teriak juga gak apa-apa,'' ucap Raka, dia sedikit ragu, Raina pasti akan mempertimbangkan ucapannya barusan.

''Berdua?''

''Nggak,'' jawab Raka.

''Terus?''

''Tunggu di sini sebentar ya,'' ujar lelaki itu lalu melangkahkan kakinya keluar ruangan.

Raina mengangguk, setelah Raka pergi dia kembali duduk di kursinya. Rey yang sadar tersisa Raina tanpa Raka membuka earphonenya.

''Loh Raka kemana Rai?'' tanya Rey.

Raina mengedikkan bahunya sambil mengangkat tangannya, menandakan ia tidak tahu.

''Dasar cowok misterius, freak banget.''

''Lanjut aja ngegamenya, Raka gak usah dipikirin.'' Raina terkekeh.

"Hahaha, betul yang ada gila mikirin si Raka, kelakuannya diluar nalar.''

Setelah 8 menit lamanya Raka kembali dengan sekantung plastik ditangannya.

''Ayo Re,'' ajaknya.

''Tapi.''

RAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang