6. Jaga Windy

506 30 2
                                    

- Selamat membaca -


Jutek, tapi bikin jantung nggak aman.

                                                                 - Raka


Dengan langkah yang sedikit tergesa Raina melenggang pergi ke UKS, diikuti Raka dibelakang dngan tatapan seakan terpaksa dengan keadaan yang tengah ia jalani.

''Lo ngapain ke UKS, udah ada anggota PMR yang urus semuanya.'' Raka sedikit mengejar Raina untuk bisa mensejajarkan langkah gadis itu.

''Ya mau lihat aja, Windy kan teman sekelas aku,'' jawab Raina.

Raka hanya memenjamkan matanya selama beberapa detik dengan helaan napas yang cukup berat, jujur dia sangat malas sekali jika harus melihat wajah gadis yang sudah mati-matian Raka jauhi, malah Raina sendiri yang menjerumuskannya untuk bertemu gadis itu.

Sesampainya di ruangan kesehatan sekolah, nampak Windy terbaring dengan beberapa anggota PMR yang mendampinginya, gadis itu masuk dengan wajah sedikit khawatir melihat teman sekelasnya terbaring lemah dengan wajah pucat.

''Assalamu'alaikum.''

''Wa'alaikum salam.'' Semua yang ada di dalam serentak menjawab salam yang Raina ucapkan saat menginjakkan kakinya di dalam.

Raina menghampiri Windy, sedangkan lelaki itu tak bersimpati sedikit pun, merasa tak berminat saat dengan terpaksa harus membuntuti langkah gadis yang sedang ia dekati itu.

''Re, lo nggak lihat orangnya lagi tiduran, biarin aja dia istirahat dulu. Kita ke lapangan lagi,'' bisik Raka meski tak terlalu dekat dengan telinga Raina yang tertutup rapat oleh hijabnya itu.

''Sebentar.'' Hanya itu balasan Raina. ''Kamu kalau mau tunggu di luar atau mau balik lagi ke lapangan, nggak apa-apa,'' lanjutnya.

Raka tetap dengan wajah tak berekspresinya, mau tak mau sekali lagi ia katakan bahwa lelaki itu harus berada di sini.

Raina menatap kedua gadis yang tengah berdiri di samping brankar sembari memegangi beberapa obat untuk kesehatan dan air teh hangat.

''Tadi udah sempat sadar?'' tanya Raina sedikit panik.

''Udah Raina, tapi lagi tiduran lagi. Kayaknya dia belum makan deh, badannya juga sedikit panas,'' jawab salah satunya yang berdiri di samping Raina.

Raina melirik gelas yang di genggam. ''Tehnya udah di minum sama Windy?'''

''Udah, tapi baru dikit.''

Raka memperhatikan wajah yang Raina yang tampak khawatir, bagaimana bisa gadis itu punya rasa empati dan peduli setinggi ini, bahkan saat memang Windy adalah teman sekelasnya Raka rasa Raina satu-satunya teman sekelas Windy yang peduli. Tak lama Windy membuka matanya perlahan, menyipitkan mata dan sedikit meringis, ketiga gadis yang menunggu Windy sontak bergeming, tapi tidak dengan Raka, tatapannya masih sama saat dipikirannya tertulis rasa malas melihat gadis yang terbaring itu.

''Dy,'' panggil Raina pelan, gadis itu memegang tangan Windy lembut.

''Gue pusing banget,'' ucap Windy tak kuat.

RAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang