32. Doa Syauqi

221 19 15
                                    

Hiruk pikuk kehidupan sudah dimulai, kendaraan sudah memenuhi jalanan, pagi di hari Senin adalah hari dimana orang melakukan aktivitasnya, memulai hari dengan semangat dan berbagai kegiatan baru akan dimulai lagi pada hari ini.

Asap kendaraan yang melintas seakan menjadi bukti begitu banyaknya manusia yang menjadi budak bumi dengan segala isinya, mengejar berbagai macam hal di dalam dunia. Itulah kehidupan, mencari sesuatu yang diinginkan agar bisa menikmatinya nanti dengan leluasa.

Seperti orang pada umumnya, Raka adalah salah satu orang yang menjadi saksi kehidupan berjalan, kini dengan kecepatan sedang Raka mengendarai motornya, menghirup udara segar di pagi hari seakan yang ia inginkan saat ini, tidak usah ditanya bagaimana penampilannya sekarang, tetap dengan wajah tampannya tetapi tidak dengan senyum manisnya, hari pertama tanpa seorang penyemangat, kita lihat bagaimana dia bertahan.

Parkiran sekolah.

Baru saja datang, sudah di datangi perempuan yang sangat menyebalkan bagi Raka.

"Pagi Raka."

Raka menghela napas panjang, dia berdecak malas, "Hm."

"Tumben banget pagi-pagi gini udah datang," ucapnya sambil tersenyum.

"Urusan lo?" Tanya Raka dengan datarnya.

Senyum Windy seketika pudar. "Ya bukan sih, tapi tumben aja gitu."

Raka memutar bola matanya malas. "Gue ada urusan yang lebih penting dari lo, jadi minggir."

"Tapi Ka."

Raka memejamkan mata, "Sebelum gue kehilangan kesabaran."

Mendengar suara Raka seperti itu Windy menghela napas berat, seakan hati Raka sudah benar-benar terkunci untuknya, bahkan Windy sudah seperti orang gila karena terus-terusan mengejar orang yang tidak pernah meliriknya sama sekali.

Dan melihat Raka yang sudah menatapnya malas itu Windy segera bergeser dan memberi Raka jalan. Tanpa menunggu lama Raka segera pergi dan melangkahkan kakinya meninggalkan Windy tanpa mengucapkan apapun.

"Kamu lihat nanti, kamu pasti akan jadi milik aku."

***

Raka tidak langsung pergi ke ruangan tempat dia belajar, melainkan ruangan anak-anak yang katanya populer sekaligus menjadi abdi sekolah apalagi jika bukan ruang OSIS.

Karena masih pagi, ruang OSIS masih sepi, hanya ada Zian dan Sofya yang tengah duduk sambil memainkan ponselnya.

"Loh Raka, tumbenan nih datang sepagi ini," ucap Zian yang menyadari kedatangan seseorang.

Raka hanya berdeham sebagai jawaban."Hm"

"Raina belum datang kayaknya, paling bentar lagi. Lagian emang lo gak bareng dia?" Kali ini Sofya yang bertanya.

"Nggak," jawab Raka apa adanya.

Sofya ber 'oh' ria. "Terus ngapain kesini?"

"Suka-suka lah, gue wakil ketua OSIS disini."

Raka kini tengah sibuk mencari bolpoin di meja.

"Sombong amat Pak, masih pagi udah pamer jabatan. Mohon maaf nih, bubukan rangginang bisa apa," ucap Zian.

Raka tak menghiraukan, setelah yang ia cari akhirnya dia dapatkan dua segera menatap kedua gadis dihadapannya.
"Pulang sekolah kita rapat."

"Rapat apa?" Tanya Sofya.

"Pak Arya semalam kirim pesan ke gue, kita OSIS gak harus mengadakan acara pensi di sekolah, itu semua pihak guru yang urus. Jadi kita bebas dari tugas pensi tahun ini." Raka menjelaskan cukup panjang lebar meski dengan wajah datar.

RAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang