8. Conversation

396 24 9
                                    

- selamat membaca -


Namanya juga hidup, selagi terjebak di situasi yang bisa membuat kita jauh lebih baik, maka itu jauh lebih meguntungkan.


***


''Cocok jadi bocah idiot,'' ucap Raka tak berperikemanusiaan.

Syauqi memelas. ''Akibat jalan sambil main handphone, jadinya sepatu gue nginjak genangan kenangan with my ex-girlfriend.''

''Kena musibah aja otak lo tetep bucin tolol,'' protes Raka.

''Ya abisnya gimana sih, niat hati mau beli jagung bakar dulu sebelum ke sini akhirnya bad mood duluan karena sepatu basket kesayangan gue kotor,'' katanya, menatap benda yang ia perlihatkan dengan sebelah tangannya.

''Emang ujan?'' tanya Raka sedikit aneh.

''Kagak tahu, nih komplek harus dibiasain buat jaga kebersihan sih kayaknya.'' Syauqi masih terdengar tak terima.

''Apa sih pembahasan lo makin nggak jelas,'' cibir Raka.

''Ya harusnya di pel gitu nggak sih, bro?'' katanya seperti anak kecil.

Raka menatap lelaki di hadapannya miris. ''Sekolah berpuluh-puluh tahun kayaknya tetep nggak akan bisa buat isi otak lo penuh.''

''Malah menghujat.'' Syauqi menggeleng-gelengkan kepalanya dramatis.

''Fakta.''

''Dahlah minjem sepatu lo aja,'' ujarnya sembari melempar sepatu kotor itu sembarangan.

''Udah ketebak niat busuk lo. Ambil sendiri, gue bukan babu,'' balas Raka melempar bola ditangannya pada Syauqi.

''Hahaha, oke.''

Sesaat Raka beranjak, ketiga sahabatnya yang lain menyusul.

''What's up!''

''Syauqi belum datang?'' tanya Raihan.

''Lagi rental sepatu gue,'' jawab Raka sebelum meneguk air dingin yang telah tersedia.

''Sudah biasa, pasti sepatunya kotor?'' sekarang Faizi menebak.

Raka menggerakkan alis dan kepalanya selaras.

''Alibi doang itu,'' kata Omar.

''Ngapain lo pada, baru datang langsung gosip, gosipin apaan sih? Nggak dengerin guru ngaji kalau gosip tuh dosa?'' tanya Syauqi dengan sepatu yang sudah ia kenakan.

''Lo! Ngomongin lo kita,'' jawab semuanya bersamaan.

Untuk beberapa detik keheningan menyapa, melihat tatapan para sahabatnya akhirnya Syauqi memutuskan untuk mengambil bola basket dan segera melemparnya pada Raka.

''Sebelum lo semua kemasukan, mending langsung main.'' Syauqi menampakkan senyum kaku.

''Gas.''

RAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang