3. Akal-akalan Raka

777 41 7
                                    

- selamat membaca -


Hanya diam, tak berani berbincang, canggung, meski keduanya selalu bertemu, dimotor milik Raka gadis itu bungkam tak berani mengeluarkan satu katapun, dia terus menunduk, tak menghiraukan lelaki yang tengah fokus pada jalan itu, sesekali Raina juga membuka handphonenya, sambil bertanya pada dirinyasendiri ada apa dengannya? Dia merasa ini bukanlah dirinya, meski mereka teman satu organisasi, Raka dan Raina tak pernah sedekat ini. Bahkan semua perlakukan Raka tadi bisa dibilang cukup membuat Raina terkejut karena baru kali ini Raka bersikap demikian.

''Sampai rumah obati lagi,'' ucap Raka di tengah perjalanan.

''Hah?'' Raina benar-benar tak mendengar jelas suara lelaki itu.

''Nanti obati lagi lukanya biar cepat sembuh Raina,'' lelaki itu sedikit mengeraskan suaranya.

''Oh oke.''

"Gue mau tanya." Raka kembali berucap.

"Nyamnyam?" tanya Raina memastikan.

''Tanya,'' ucapnya mengulang lagi perkataannya.

''Anya? Kenapa Kak Anya, dia yang jadi orang ke tiga di layangan putus kan?''

Raka benar-benar tak bisa berkata-kata lagi, meski gadis itu pintar tetap ia juga manusia yang tak luput dari kesalahan.

''Tanya Raina.'' Raka sedikit berucap lebih keras agar gadis itu mendengar suaranya.

''Oh tanya, maaf Ka suaranya nggak jelas soalnya suara motor sama mobilnya pada kenceng.''

''Tanya apa?'' sambung Raina.

"Lo pernah suka sama orang?" Raka sangat santai berucap demikian, membuat Raina mengerutkan keningnya.

Pertanyaan bodoh macam apa ini? Raina gadis normal, jelas akan ia katakan. "Pernah dong." Sebagai jawaban untuk lelaki itu.

Raka kembali bertanya karena keingintahuannya. "Siapa?"

"Emang kenapa, kok nanya kayak gitu?" dengan berani gadis itu balik bertanya.

Akhirnya, sekarang lalu lintas sedang menunjukkan lampu merah.

Raka tak menjawab, dia mengubah topik pembicaraan secara tiba-tiba. "Menurut lo gue orangnya gimana?"

Tidak jelas.

"Maksudnya?" Raina bingung, sebenarnya Raka ini kenapa.

"Apa tanggapan lo tentang gue?" Raka memperjelas kembali pertanyaan yang ia lontarkan pada gadis itu.

Meski terdengar sangat tak punya tujuan hidup, dingin seperti tak ada jiwanya.

"Raka." Raina mengucap dengan jelas nama itu.

Lalu mulai sedikit mendeskripsikan. "Baik, pintar, multitalenta, punya jiwa kepemimpinan yang baik, cuma emang orangnya rada cuek dan nggak suka peduli sama sekitar, itu aja sih. Dan aku kurang gimana ya, bukan nggak suka tapi sedikit aneh aja, kok ada orang semasa bodoh itu sama semua hal." Raina memberi pendapat.

"Jadi kalau gue nggak cuek dan peduli sama lo, lo bakalan suka sama gue?"

Perkataannya santai, tapi jantung Raina yang tidak bisa santai mendengar hal itu.

Tuhan, tolong Raina. Sebenarnya apa maksud dan tujuan pria yang sedang memboncengnya ini.

"Maksudnya gimana?" Raina mencoba untuk tidak terbawa suasana.

RAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang