41. Perubahan Sikap

30 2 0
                                    

- Selamat Membaca -


Apa keputusanku terlalu berlebihan dan jahat? Kenapa harus sesakit ini mendengar ucapan dari orang yang tidak pernah menyakiti, tapi tiba-tiba saja begitu menusuk sampai ke ulu hati.

Bel pulang nyaring terdengar menandakan semua siswa diperkenankan kembali ke rumah mereka masing-masing, seperti yang sudah dikatakan Ketua Osis SMA Bakti Nusa tadi, rapat akan dilaksanakan di cafe biasa tempat mereka berbincang ringan selain di ruang osis mengenai organisasinya, hampir semua pengurus Osis sudah berada di dalam ruangan yang terkenal itu, hanya tersisa beberapa yang masih di luar.

"P," ucap Raihan saat memasuki ruang Osis bersama Fauzan.

"Darimana ajarannya masuk ruangan pa pe pa pe?" protes Rey.

"Dari nenek moyang Fauzan. Kenapa? Lo mau gabung paguyuban kita juga?" Tanya Raihan dengan wajah sok serius.

"Skip, gak minat."

"Oh sorry, lo kan wibu ya?"

"Gue emang suka nonton doraemon, tapi bukan berarti gue wibu ya setan."

"Ya Allah, astaghfirullah, Allahu akbar. Bahasa Rey sangat tidak ramah," kata Faizi yang tiba-tiba ikut ke dalam drama ketiga temannya itu.

"Buset para wibu sedang saling meroasting." Sofya tertawa melihat mereka.

"Biasa lah," kata Zian.

"Ripuh jiga duda mereka tuh," kesal Widi dengan wajah julidnya.

"Ih ini apa sih anak-anak cewek ikutan nimbrung. Bubar ah guys, ada ras terkuat di bumi, repot dah repot nanti urusannya." Raihan melangkahkan kakinya menuju Raka.

"Yok bubar."

"Dih bocah freak." Teriak ketiga perempuan itu.

"Ka, ke cafe jam berapa?" Tanya Raihan.

"Bentar lagi kayaknya," jawab Raka, lelaki itu tengah sibuk dengan ponselnya.

"Eh, nanti kita berangkat duluan kan?" Kali ini Fauzan yang bertanya.

"Iya nanti lo pada duluan ke caffe, gue Raka sama Gita ada urusan dulu sebentar, nanti kalian langsung ke pembahasan aja ya, gue tadi udah kasih tugas kalian kok nanti tanyain aja ke Raina, dia udah catat semuanya," jelas Faizi.

"Oke deh."

"Hallo guys." Gita baru saja masuk, dengan membawa beberapa berkas.

"Gimana? Kita ke caffe sekarang?" Tanya Widi pada Gita.

"Iya boleh. Raina juga tadi udah ke cafe duluan," jawab Gita.

"Sama siapa?" Tanya Raka spontan.

Lelaki itu menautkan alisnya sedikit menampakkan wajah yang tak bersahabat, pasalnya semua anggota berada di sini, lalu bersama siapa gadis itu pergi.

"Gak tahu, tadi sih dia bilangnya sama saudaranya, tapi bareng Lia juga kok gue liat," jawab Gita.

"Oh." Hanya itu respon Raka setelah mendengar Raina bersama Lia, sedikit lega.

"Ya udah lah gas ngeng kuy. Ke cafe sekarang," kata Rey.

"Ya udah kalian otw sekarang aja." Gita memberi persetujuan.

"Oke. Kita duluan ya kalau gitu, bye kalian bertiga," pamit Zian diikuti yang lainnya.

"Bye guys, semangat."

"Dadah. Selamat berpusing-pusing."

"Hmm. Dah sono," usir Gita dan Faizi.

Setelahnya mereka menyelesaikan urusan mereka masing-masing terlebih dahulu. Raka, Gita dan Faizi yang harus bertemu kesiswaan serta Guru prakarya nya, dan anggota yang lain harus pergi ke suatu tempat yang biasa di gunakan untuk bersantai sembari berbincang tersebut.

RAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang