19. Bagaimana dengan rasaku?

276 13 12
                                    



Jika boleh memilih aku juga tak ingin memiliki mu, karena itu menyakitkan, terlalu banyak, bahkan sangat banyak yang menyukai mu, dan itu pahit untukku.

-Raina

Hembusan angin malam, dan udara dingin di tambah hujan deras yang membasahi bumi menambah dan memperkuat rasa khawatir pada diri Raka, Raka sangat merasa bersalah, dia sangat membenci dirinya untuk saat ini karena merelakan Raina sampai bersikap seperti tadi terhadap perempuan itu, dan dia harus menuruti kemauan Windy untuk tetap bersamanya dengan mengorbankan Raina pulang sendiri, di tengah derasnya hujan.

Entah apa yang ada di pikiran Raka saat itu, hingga dia menuruti kemauan Windy, sungguh dia harus meminta maaf pada Raina. Mungkin permintaan maaf dan rasa bersalahnya tidak akan bisa di maafkan, keadaan bumi sudah gelap di tambah rintikan hujan yang masih terdengar juga kilat yang menghiasi langit, tapi Raka membiarkan perempuannya pulang sendirian? Laki-laki macam apa dia, jika ibunya tahu dia pasti akan di kutuk. Raka membenci hal ini, tak pernah dia menuruti kemauan orang lain, dan sekarang dia harus menjaga perempuan lain, langkah Raka terhenti di depan pintu, dia menghela nafas berat, lalu membuka pintu dengan wajah datar.

"Raka" panggil Windy lembut.

Raka tetap berjalan menuju sofa tanpa mempedulikan Windy.

"Raka, kamu kenapa?" Tak ada respon dari Raka.

"Ka? Kok kamu diemin aku?".

"Kamu gak suka nunggu aku?" Suaranya bergetar.

"Kamu terpaksa nemenin aku?" Ucap Windy sedih.

"Iya!" Raka menjawab tanpa menatap Windy, dan dengan nada paling dingin namun tajam, tak tahan lagi dengan rengekkan manja perempuan itu.

"Ma..maafin aku" lirih Windy.

"Ka.. cewek itu udah pulang kan? Aku gak mau lihat dia" ucapnya dengan nada di lembut kan.

Raka melayangkan tatapan tajam nya, seperti siapa melahap mangsa yang sangat-sangat dia benci.

"Kamu udah makan?" Tanya Windy lagi.

"Kamu cape ya nunggu aku?".

"Kapan mamah lo datang?" Raka menatap Windy dingin.

"Sebentar lagi kok" jelasnya.

"Bagus".

"Kamu gak suka ya nemenin aku" suaranya kembali bergetar.

"Gak!".

"Ma...maaf".

Raka tak menghiraukan perempuan itu, dia lebih memilih memainkan handphone dan mengirim pesan pada Raina, pikirannya tak henti memikirkan gadis itu, dia sangat mengkhawatirkan Raina.

Udah sampai?

Setelah mengirimkan pesan itu Raka langsung menyimpan handphonenya dan merenggangkan otot-ototnya lalu memejamkan matanya tak mempedulikan Windy yang menatapnya sendu, dia sangat lelah ingin rasanya cepat-cepat pulang dan meninggalkan gadis menyebalkan ini. Tak lama suara pintu terbuka.

RAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang