Tujuh

2.5K 437 46
                                    

Bersatu Kita Nguli, Bercerai Kita Tetep Nguli

Pagi lagi, dibangunin lonceng lagi. Tapi hari ini bedanya pas buka mata, Jeongwoo langsung dikejutkan oleh ekspresi tidurnya Haruto. Hehehe. Mangap-mangap kayak dugong, iler di pipi. Tapi untung lima detik setelahnya langsung bangun dan hapus ilernya tanpa dosa. Dan karena Haruto tidur di posisi luar, bukan sebelah tembok, Haruto langsung duduk agar Jeongwoo bisa keluar.

Rutinitas pagi Jeongwoo cuman minum air terus cuci muka di wastafel depan, habis itu langsung cus ke ruang makan. Kalo rutinitasnya Haruto ya sama-sama aja sih. Lagian asramanya cowok semua jadi dia ga terlalu peduli kalo di ruang makan nanti rambutnya naik-naik berantakan model durian.

Makan pagi kali ini menunya roti, sosis, telur, ada nasi juga, sup rumput laut juga ada. Intinya makan di sini kenyang mantap. Makmur terus anti kelaparan. Bahkan awal-awalnya Haruto kekenyangan dan berakhir menyimpan makanannya di tempat makan sendiri. Sekarang sih sudah biasa dan perlu tenaga lebih jadi makan banyak pun kadang kurang. Yah, tau sendiri lah belajar kan butuh energi lebih. Apalagi sekarang ada kasus ga jelas ini.

Sekarang keduanya sedang duduk manis di kelas dihadapan Bu Sun yang marah-marah. Panggilan mendadak di hari Sabtu. Wali kelasnya itu marah besar karena kelakuan siswa merusak kantor kepala sekolah kemarin.

"Kalian ya kurang kerjaan banget sih ngerusak kantor kepala sekolah itu. Denger-denger provokatornya di sini ya?"

"Loh sekolah dong yang kurang kerjaan. Ngapain mereka nutup-nutupin fakta kalo ada lebih dari tiga orang yang ilang di sekolah ini? Itu anak orang lho bu yang ilang. Ga mikir orang tuanya apa? Ibu kalau anaknya ilang gimana? Masa diem doang?"

Asli, Haruto puas banget dengernya. Satu kelas senyum-senyum bangga denger omongannya si ketua kelas, Jungwon.

"Ga sopan ya ngejawab omongan guru. Lagipula kalian mau protes apapun kalian tetap harus menerima hukuman membetulkan ruang kepala sekolah yang kalian rusak."

Semuanya ga ada yang kaget. Biasa aja. Tapi kalo bisa mereka mau tambah ngerusakin lagi sih. Tapi ga bisa kan ya, kalo beneran ngerusakin besoknya lenyap kali ya. Hilang dari bumi maksudnya.

"Jeongwoo sama Haruto juga ikut."

"Loh kenapa? Kan kita ga ikutan demo."

"Tapi ngambil buku di perpustakaan tanpa izin kan? Sama aja!" Kali ini Bu Sun sambil gebrak meja.

"Udah sana cepet. Itung-itung ini termasuk praktek pelajaran pertukangan."

Akhirnya terpaksa semuanya nurut. Semuanya mau ga mau, suka ga suka semuanya nguli. Sesampainya di sana Jeongwoo dan Haruto beneran kaget ternyata rusaknya parah banget. Separah itu sampe ruangan kepsek hampir rata tanah karena langit-langitnya ambrol semua. Kaca pecah dimana-mana tembok hampir roboh. Bahkan bukan ruangan kepsek aja tapi semua ruangan yang satu lorong sama ruangan kepsek ikut dirusak.

"Lo pada minta tolong Zeus apa gimana dah? Ancur banget kayak gini," kata Haruto pada Jungwon yang kebetulan ada di sebelahnya.

Jungwon cuman senyum-senyum. Kemarin emang gila banget sih, semua orang kesel banget sampe semuanya dihancurin pake apa aja, termasuk perkakas yang mereka ambil dari gudang. Dengan begitu tentu daja tembok yang dari batu bata di semen itu langsung ancur gitu aja. Kaca pecah dimana-mana dilemlar pake batu. Bahkan setelah masuk ke ruangan kepsek semua yang ada disitu dirusak. Termasuk piagam, bingkai foto, kursi, papan nama, jendela. Semua buku-buku disobek, guci pecah, hancur udah kayak kena petir zeus.

"Masih untung ga gue bakar kemarin," bisik Jungwon lagi pada akhirnya. Setelah itu dia pergi meninggalkan Haruto dan Jeongwoo yang agak kebingungan.

Kupu-Kupu Biru  || hajeongwoo/jeongharu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang