Tigapuluhsatu

1.6K 290 42
                                    

Meledak Tiba-Tiba

Jaehyuk dan yang lainnya memasuki ruang senjata. Banyak senjata yang disediakan tapi yang sebaiknya mereka bawa ya pistol kecil otomatis yang pas di kantong. Jadi mereka membawa itu, serta beberapa magasin pengganti. Semua pistolnya udah paket sama iket pinggangnya.

Semuanya sibuk atur pistol hingga Jaehyuk diam-diam menghampiri Jihoon yang baru masuk ke ruangan.

"Lo mau masang bom di dalem?" Ngomongnya santai soalnya kan temen lama.

"Bukan gue," jawab Jihoon. Mulutnya bicara tangannya sibuk mempersiapkan pistolnya.

"Terus siapa?"

"Hyunsuk."

"Anjir??? Kok bisa???" Jaehyuk kaget bukan main. Bukan kaget biasa ini, tapi beneran kayak kaget sampe mau marah dan kesel banget karena ya... Hyunsuk bisa dibilang atasannya Jaehyuk di Pasukan Senior. Mana sebelum ini dia juga termasuk temen lamanya Jaehyuk. Dan parahnya, Hyunsuk ninggalin Jihoon gitu aja dibikin remuk hatinya kayak diulek. Jaehyuk ada di sisi Jihoon waktu itu, waktu mentalnya ga baik-baik aja ditinggal pergi.

"Bisa-bisanya lo percaya sama Hyunsuk?"

Jaehyuk mau marah. Bisa-bisanya percaya sama orang yang pernah bohongin lo bertahun-tahun lalu. Ini bucin, bulol, apa emang goblok aja sih????

Jaehyuk menarik napas dalam-dalam. "Lo tuh ya kenapa jadi percaya sama pengkhianat begini? Mana jiwa mata-mata lo yang selalu percaya bahwa ga ada orang yang bisa dipercaya selain diri sendiri? Hah? Bisa-bisanya percaya sama orang lain. Bisa-bisanya ngasih tau rencana kita ke orang lain."

"Tapi kita butuh orang dalem dan kalian udah tertangkap semua," jawab Jihoon santai yang mana benar-benar membuat Jaehyuk geram. Tangannya dikepal penuh amarah terpendam.

"Ya kalo gitu kalian yang berusaha masuk ke dalem dong. Negosiasi atau minta tolong ke para petinggi. Jangan berusaha cari penyelesaian masalahnya sendirian. Buru-buru pula. Yang terancam itu nyawa orang awam yang ga tahu apa-apa loh."

"Ga segampang itu, Jaehyuk." Setelah itu Jihoon pergi menjauhi Jaehyuk. Ga mau lah ngomongin gituan lagi, males.

"Kalo udah siap boleh langsung ke atas ya semua. Saya tunggu di atas." Jihoon kemudian keluar lebih dulu dari yang lainnya.

"Gue ga ngerti deh pola pikirnya Jihoon gimana," keluh Jaehyuk pada Asahi.

"Gue juga ga ngerti. Tapi ini keputusannya Jihoon, permainannya banyak. Mungkin aja ini bagian dari  jiwa mata-mata dia yang selalu percaya bahwa ga ada orang yang bisa dipercaya selain diri sendiri. Dia percaya sama Hyunsuk tapi di satu sisi dia punya rencana sendiri yang lain. Kita ga pernah bisa nebak pikirannya, Jae." Asahi menepuk pundak Jaehyuk.

"Betul sih..."

Salah sih.

Di sisi lain Jihoon mengutuk dirinya sendiri yang terlalu percaya dengan Hyunsuk. Benar kata Jaehyuk, mana jiwa mata-matanya yang selama ini melekat erat padanya. Kemana ya jiwa itu pergi? Kenapa malah segampang itu percaya pada kata-kata Hyunsuk dan sama sekali ga punya rencana lain? Biar bagaimanapun Hyunsuk itu ada di pihak musuh. Biarpun mereka dulunya teman, pacar bahkan, ga seharusnya bikin Jihoon jadi bodoh begini.

Jihoon frustasi. Emang kalo udah kenal cinta jadi tolol ya. Padahal dulu seniornya udah gembar-gembor untuk jangan pernah menaruh hati pada siapapun. Ternyata susah ya. Cinta yang susah. Ga bisa dikontrol. Ga kayak tangan sama kaki.

"Woi bengong." Yoshi menepuk pundak Jihoon agak keras, membuat Jihoon kaget setengah mati. "Ngelamunin apa sih?"

"Ga tau deh. Gue cape," ujarnya sambil cemberut. Bibirnya melengkung kebawah semua.

Kupu-Kupu Biru  || hajeongwoo/jeongharu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang