Sebelas

2.1K 374 35
                                    

Rahasia Jeongwoo

Sejak berteman sama Jeongwoo detak jantungnya bukan main ga beraturannya. Tiap malem nyelinep sana nyelinep sini, dikejar sini dikejar situ, waspada 24/7, belum lagi harus ngadepin senyum manis dan sifatnya yang kelewat polos soal hal-hal kayak 'teman', 'cara berterimakasih', dll mungkin nanti masih ada lagi. Beneran senam jantung.

Tapi ya balik lagi ke diri sendiri. Siapa suruh waktu di ajak mau-mau aja.

Sesampainya di kamar Haruto langsung merebahkan tubuhnya di ranjang.

"Gue bilang lo harus umpetin barang-barang curian lo itu di tempat yang bener-bener tersembunyi. Gue yakin Pak Yanto bakal disuruh geledah kamar," kata Haruto. Tiba-tiba dia inget soal ini.

"Ya."

Jeongwoo langsung mengeluarkan barang-barang yang ia ambil dari ruang kepala sekolah. Ditaruhnya diatas meja belajarnya terlebih dahulu karena ia masih belum menemukan tempat persembunyian yang pas.

"Di koper gue bisa sih."

"Jangan. Pistol tuh tebel loh. Ga kayak pisau-pisau kecil lo itu."

Haruto ngangguk-ngangguk. Iya juga ya. Terus mau ditaruh di mana dong itu. Haruto berpikir dan terus berpikir selama beberapa saat sampai akhirnya dia ingat sesuatu.

"Oh! Doyoung sih selalu nyembunyiin di belakang lemari!"

"Doyoung?"

"Oh. Itu temen sekamar gue sebelum lo."

"Terus dia berhasil ga ketahuan?"

Haruto mengangguk lagi. "Iya."

Lalu Haruto berpikir lagi. "Atau kalo lo mau lebih aman bisa disembunyiin di tempat lain aja. Karena walaupun benda itu nantinya ketahuan mereka kan ga tau siapa yang umpetin."

"Widih. Pinter juga. Kalo gitu enaknya di mana?"

"Perpustakaan?"

"Perpustakaan boleh."

Besoknya Haruto dan Jeongwoo masuk ke perpustakaan sengaja di jam ramai. Ini biar kalo ketahuan masih ada banyak orang lagi yang bisa dicurigai. Mereka langsung berjalan ke bagian paling ujung perpustakaan. Jeongwoo udah ketemu spot bagus. Kalo kunci kan kecil jadi gampang, tinggal di selipin diantara buku-buku. Kalo pistol, Haruto yang nemuin spotnya, di belakang rak buku. Mereka sebenarnya agak teledor sih karena ya kurang aman aja di situ. Kalo jeli pasti langsung kelihatan. Tapi lagi-lagi Jeongwoo kayaknya ga ambil pusing dan milih berserah pada keberuntungan.

"Nanti coba gue lihat masa depannya Pak Yanto dulu," bisik Haruto pada Jeongwoo.

"Loh ngapain? Kan ada gue."

Oh. Oh. Oke.

Haruto kira Jeongwoo ga bakal ngasih Haruto buat baca masa depannya. Akhirnya Haruto pegang tangan Jeongwoo, baca masa depannya.

Noh kan bener. Di gambaran masa depannya itu Haruto dan Jeongwoo beserta teman-teman satu sekolahnya yang lain lagi dikumpulin di aula. Semuanya duduk diam dijaga guru. Fix banget lagi dilakukan razia mendadak.

Teng!

Lonceng dibunyikan satu kali. Haruto langsung refleks melepaskan pegangan tangannya dengan Jeongwoo.

Teng!

"Bunyi lonceng satu-satu, tanda semua murid harus kumpul di aula."

Teng!

Jeongwoo mengangguk. "Bener ada razia?"

"Iya. Yang gue lihat tadi kita semua duduk diam di aula. Ayo ke sana. Kalo dalam sepuluh menit belum di aula bisa kena hukum lagi."

Kupu-Kupu Biru  || hajeongwoo/jeongharu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang