Limabelas

2K 357 11
                                    

Bisik-Bisik di Media

Jihoon berjalan menyusuri koridor kantor yayasan dengan sebuah amplop cokelat di tangannya. Langkah kakinya agak berat, setengah karena berita dalam amplop yang dibawanya, setengahnya lagi karena memikirkan tugas yang akan dijalaninya habis ini. Berita berat dalam amplop yang dibawanya ini jujur saja membuat hatinya kurang tenang. Bisa-bisa posisinya terungkap, bisa-bisa tugasnya juga makin berat. Tapi apapun itu, kepala sekolah yang sekarang ini adalah bosnya tetap saja bukan pengambil keputusan yang baik jadi keputusannya nanti bisa jadi hasil 'setiran' Jihoon.

Hampir dua tahun kerja jadi sekretaris kepala sekolah ini Jihoon jadi paham wataknya. Teledor, agak lemah, tapi kenapa bisa jadi kepala sekolah? Pertanyaan itu berkali-kali muncul di kepalanya. Apa itu bagian dari strategi organisasi Kupu-Kupu Biru juga?

"Siang, Pak."

"Ya... Ada apa?"

Si kepala sekolah sedang sibuk dengan tumpukan kertas di mejanya. Di ujung ruangannya ada tumpukan buku yang dikeluarkan dari raknya. Lagi cari kunci ruang rapat ya? Dah dicuri om wkwkwk lemot sih ente.

"Ini. Ada berita penting." Jihoon maju beberapa langkah mendekati meja kerja si kepala sekolah. Kemudian ia taruh amplop cokelat itu di atas mejanya lalu mundur lagi.

Yang Se-Chan. Gitu. Terukir di papan nama kayu yang ditaruh di atas meja kerjanya.

Walaupun gelagatnya kayak pelawak gitu, Jihoon ga yakin kepala sekolah ini beneran bodoh. Mungkin cuman image-nya aja yang dibuat seperti itu. Mana tau dia tiba-tiba berubah jadi power rangers. Diam jadi kepala sekolah, bergerak jadi kepala organisasi Kupu-Kupu Biru.

Ga lucu sih kalo beneran. Amit-amit.

"Apa ini?"

"Info penting, Pak."

Pak kepsek membuka amplop cokelat dengan hati-hati. Saat ia mengeluarkan isinya, jidatnya mulai mengkerut, seakan sudah tau bahwa isinya merupakan berita yang kurang mengenakan. Pak kepsek mengambil koran yang ada di dalam amplop tersebut. Tanda-tanda ada yang ga beres nih. Lalu ia membaca headline koran yang ada.

"Nelayan berhasil mendapat ikan lebih banyak tahun ini," bacanya. Lalu ia meletakkan koran tersebut di meja. "Terus kenapa?"

"Bukan yang itu pak." Jihoon geleng-geleng. "Itu yang di kotak agak kecil di kanan."

"Oh." Pak Kepsek ambil korannya lagi. Dibacanya dengan seksama tulisan di kotak kecil sebelah kanan itu.

"Tujuh murid dilaporkan hilang tanpa penjelasan di sekolah dan asrama Meredian. Murid hilang setiap tanggal 25, asrama terlalu ketat, surat dari orang tua ke anak tak kunjung di balas."

"LOH?" Kaget ceritanya pak kepsek. "Ini kamu dapet dari mana?"

"Dari Yang Hyunsuk pak itu tulisannya."

"Aduh mampus." Pak kepsek jelas kelihatan bingung. Dia kayak ada sangkut pautnya sama Yang Hyunsuk ini. Dari ekspresinya kayak bakal terjadi suatu hal yang genting.

"Ya udah, terima kasih. Anak-anak sekolah jangan sampe tahu ini ya. Suruh satpam perketat penjagaan. Kalo anak-anaknya bisa rusak kantor saya, emak-emaknya ga mungkin ga bisa ngerusakin sekolah ini."

Jihoon mau ketawa. Emak-emak tuh ras paling kuat di bumi mending hati-hati deh. Apalagi kalo udah menyangkut anaknya sendiri, beh, apapun pasti bakal dilakuin deh demi mereka.

"Baik, Pak. Saya permisi dulu." Kemudian Jihoon keluar kantor kepala sekolah dengan isi kepala penuh pertanyaan juga. Yang bocorin ini ke media siapa gitu loh? Masa Jeongwoo sama Haruto... Jeongwoo pasti bakal langsung bilangin Haruto kalo lebih baik mecahin masalah sendiri aja. Maksudnya ga usah sampe publik tau. Karena publik tuh kadang cuman bikin ribet aja. Bantuin kagak nyinyir iya. Bikin tambah banyak tekanan.

Kupu-Kupu Biru  || hajeongwoo/jeongharu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang