Duapuluhdua

1.5K 306 19
                                    

Ras Terkuat di Bumi

Jeongwoo terus-terusan menatap Haruto. Setelah namanya disebut khusus oleh salah satu anggota rapat tadi, Jeongwoo jadi bingung. Banyak pikiran-pikiran tak masuk akal muncul di kepalanya. Apa ada hubungannya dengan latar belakang Haruto atau apa ada hubungannya dengan fakta bahwa Haruto jago main belati, pisau dan bahkan kemarin menembak juga lumayan jago. Yah walaupun dia mungkin lebih amatiran dari Jeongwoo tapi setidaknya lebih jago dari pemula. Haruto punya basic-nya. Nah iya gitu maksudnya.

Jeongwoo ini bingung, mau ngobrol sama Haruto tentang itu tapi takut nanti kedengeran orang lain. Ini kan menyangkut privasinya Haruto juga, ga enak kalau ketahuan orang lain. Maka tidak ada pilihan lain selain menyimpan sendiri kebingungannya itu.

Hari berjalan seperti biasa dengan latihan keras bagai kuda yang makin Jeongwoo lakukan dengan ogah-ogahan sejak menguping kemarin. Mereka ini bakal di kirin ke suatu tempat untuk nyerang tempat itu. Hari-H yang katanya secepatnya itu benar-benar bikin Jeongwoo makin was-was. Secepatnya itu bisa besok, bisa nanti sore, bisa lima belas menit lagi... ga ada yang tahu.

Sekarang seperti biasa mereka ada di menara lagi, kali ini kedatangan satu orang baru dengan seragam cokelat yang sama dengan orang-orang di sini.

Doyoung.

Jeongwoo bahkan membelalakan matanya saat melihat Doyoung tiba-tiba saja sudah duduk manis di menara. Katanya dia menyelinap ke sini. Katanya lagi dia tinggal dekat sini. Jadi yang Junghwan temui tempo hari itu ya... Doyoung.

"Bisa-bisanya lo tiba-tiba muncul di sini," Jeongwoo menepuk bahu Doyoung agak keras lalu memeluknya singkat. Udah lama ga ketemu, ngilangnya juga tanpa kabar. Bikin orang khawatir tapi Jeongwoo juga ga bisa apa-apa.

"Untung masih hidup ya," katanya lagi. Santui bener. Udah bestie sih.

"Gue ga bisa lama-lama di sini. Jadi gue jelasin aja ya sebentar," kata Doyoung.

Semuanya terlihat manggut-manggut patuh. "Pokoknya nanti bakal ada bantuan. Kalian tolong pura-pura ga kenal dan jalani aja sesuai perintah mereka. Udah sih gitu aja. Terus ada yang dapetin peta ya?"

"Oh." Jeongwoo merogoh saku celananya lalu ia mengeluarkan selembar kertas yang sudah dilipat-lipat jadi kecil. Kemudian Jeongwoo melebarkan kertas tersebut di lantai.

"Waa..."

Sebuah denah. Entah denah apa tapi lagi-lagi pasti ada hubungannya dengan semua ini.

"Pernah lihat?" tanya Jeongwoo.

Yang lainnya sibuk menatap denah dihadapan mereka. Alisnya rata-rata hampir menyatu karena terlalu keras berpikir.

Sederhana sih, ada ruang rapat di bagian kiri, pantry, ruang rapat kecil, toilet. Gitu-gitu aja sih kebanyakan ruang rapat. Setidaknya itu yang ditulis untuk setiap ruangan yang ada. Tapi menariknya detail denah ini lebih detail dari denah biasanya. Bahkan letak meja, kursi, jendela semua dicantumkan.

"Ini kayak familiar," ujar Doyoung.

"Benar. Gue juga ngerasa gitu. Ini kayak bagian dari gedung apa gitu tapi cuman lantai satunya aja."

Jeongwoo kaget. Kalo denah ini cuma denah lantai satu dari sebuah gedung berarti kertas-kertas yang ia kira salinan sebenarnya merupakan denah lantai lain. Jadi kalau denah ini ada di tangan mereka kemungkinan orang-orang di dalam sana akan tahu ada penyusup di ruang data kemarin. Wah, gawat.

"Memang benar ini semua didalangi organisasi Kupu-Kupu Biru. Tujuan jelasnya belum diketahui secara pasti. Tapi dalangnya sudah jelas, organisasi yang dikenal baik di masyarakat, Kupu-Kupu Biru."

Kupu-Kupu Biru  || hajeongwoo/jeongharu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang