Ruangan Kepala Sekolah
"Lo mau bawa pistol?" tanya Haruto, bisik-bisik tapi nadanya meninggi. Mau ngamuk tapi harus pelan-pelan karena sensitif. Bahasannya pistol soalnya.
Jeongwoo ngangguk doang. Diambilnya pistol curian dari ruang kepala sekolah tadi. Nekat sih. Lagian emang Jeongwoo tau cara pakenya gimana.
"Ya udah gue bawa pisau."
"Anjir." Jeongwoo makin melongo. Kirain tadi mau ngelarang bawa senjata gataunya sendirinya juga bawa. Ya udah.
Haruto mengedipkan satu matanya lalu tersenyum. "Kalo gitu gue siapin dulu."
Haruto membuka koper kotak besar di bawah ranjangnya. Biasanya koper ini dipakai kalau dia pulang ke rumah. Walaupun tebal begitu, ada ruang rahasia disitu. Sebuah ruangan yang dibatasi papan hitam tebal. Yang kalau kamu lihat sekilas pasti merasa sudah mentok, ga ada apa-apa lagi. Padahal dibalik itu, ada persediaan senjata buat Haruto. Bukan apa-apa sih cuma pisau lempar kecil-kecil aja.
"Lengkap banget pisaunya," kata Jeongwoo yang sekarang mengintip Haruto.
"Heh."
"Pantesan lo selalu ngecek kapan Pak Yanto mau razia."
"Hehe." Iya nyengir doang Haruto. Jadi inget akting amatirnya waktu itu; nanyain Jeongwoo 'Emang kenapa? Lo nyimpen barang haram ya?' Sksksk. Padahal yang nyimpen barang haram ya dia sendiri.
Tapi sekarang Jeongwoo sendiri nyelipin pistol di saku jaketnya bagian dalem. Keren juga dia punya jaket yang ada kantong dalemnya gitu. Selain itu Haruto memberikan senter kecil buat Jeongwoo dengan pesan sebisa mungkin tak terjatuh dan sebisa mungkin tak dipakai. Karena ya cahaya itu sebenarnya hanya memperjelas keberadaan kita saja.
"Jeongwoo, pinjem tangan lo sebentar."
"Buat apa?"
"Baca masa depan lo. Boleh kan?"
Jeongwoo mengangguk. "Boleh." Kemudian Jeongwoo mengulurkan tangannya. Haruto mengambilnya dan mulai membaca pikirannya.
Gambaran tentang Jeongwoo dan dirinya yang diam-diam menjelajah ruang kepala sekolah terlihat jelas. Nampaknya lancar dan tanpa hambatan. Sayangnya dia hanya bisa melihat sampai situ saja karena Jeongwoo nampaknya belum yakin apa yang ia akan lakukan sesampainya di sana. Dia belum punya rencana detailnya jadi masa depannya pun belum bisa terbaca. Lagipula memang tujuan awal mereka hanya melihat-lihat ruang kepsek saja.
"Ayo," ujar Haruto setelah ia membaca masa depan Jeongwoo.
"Ruang kepsek aman?"
"Aman," jawabnya tenang.
"Oke."
Setelah itu mereka keluar dari kamar. Tengok kanan-kiri sebentar sebagai formalitas dan karena sudah kebiasaan lalu jalan cepat namun tenang ke lorong kepala sekolah yang jaraknya kira-kira sepuluh menit dari asrama. Pukul sebelas teman-teman yang lain sudah ada di kamar. Keluar kamar diatas jam sepuluh itu dilarang. Haruto dan Jeongwoo sebenarnya sudah menantang maut sih dari kemarin. Tapi kalau dipikir-pikir sepertinya 'terjebak' di sekolah ini juga sudah merupakan tantangan menuju maut.
Lorong ruang kepala sekolah itu agak menyeramkan. Lampunya sedikit, beberapa kaca masih pecah belum diperbaiki. Ruang kepala sekolah sudah rapi, tapi masih belum bisa dipakai karena masih belum dibersihkan dan penuh debu. Beberapa ruangan lainnya masih belum bisa dipakai sama sekali karena perabotnya belum diganti.
Jeongwoo dan Haruto berhenti persis di depan ruang kepala sekolah. Lampunya mati, kosong tidak ada siapapun. Tapi, tetap saja, belum tentu aman.
Jeongwoo langsung mencoba membuka pintu. Ditekannya gagang pintu kayu cokelat yang baru diganti itu, sial, pintunya dikunci.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kupu-Kupu Biru || hajeongwoo/jeongharu ✔
FanficHaruto yang bisa baca masa depan, Jeongwoo yang irit bicara, dan murid-murid yang selalu menghilang setiap tanggal 25. [End] disclaimer: -bxb -15+ -murni fiksi cuman buat hiburan aja -update setiap kamis