Duapuluhsembilan

1.5K 281 18
                                    

Mengantar Mereka Pergi

"Jihoon..."

Hyunsuk sekarang berdiri dua meter dari Jihoon. Sengaja jaga jarak aman agar Jihoon tidak begitu risih dengan kehadirannya.

"Udah ketemu rencana barunya?"

Hyunsuk menggeleng. Walaupun Jihoon tak melihat kearahnya, Hyunsuk juga tak bisa berkata-kata.

"Kamu belum ketemu rencana barunya," tebak Jihoon yakin.

"Semua itu udah disusun dengan campur tangan Haruto juga, Ji."

Mendadak Jihoon celingak-celinguk kanan-kiri, matanya awas, telinganya seperti mendengar sesuatu. Telinganya juga seperti menangkap sesuatu. Maka Jihoon cepat-cepat menarik tangan Hyunsuk, membawanya masuk ke dalam.

"Kita ngomong di kamar aja."

Masuk di dalam rumah, semua mata tertuju pada mereka. Jihoon dan Hyunsuk sama-sama cuek aja. Trabas jalan terus sampe kamar.

"Aku ga bisa punya rencana lain, Jihoon. Haruto udah lihat masa depan aku dan aku harus tetap di sana supaya kamu bisa tekan remot itu atau anak-anak yang diculik itu ga akan keluar dengan selamat." Hyunsuk mencoba menjelaskan pada Jihoon begitu mereka sampai di kamar. Suaranya terdengar putus asa dan tak punya pilihan lain. Jelas sekali dia menahan air mata. Hyunsuk pengen Jihoon mengerti rencananya tapi di sisi lain Jihoon juga ga mau kalau harus mengorbankan orang. Dia juga sedang mengacak rambutnya frustasi.

"Aku dan Haruto bagian dari Kupu-Kupu Biru. Kita akan handle semua dari dalam."

"Haruto juga?"

Hyunsuk mengangguk. Lalu tak lama ia merasakan tubuhnya ditarik masuk ke dalam pelukan manusia di hadapannya ini. Jihoon yang sekarang lebih besar dan berotot. Yang wanginya sudah sedikit berubah. Hanya hangat dekapannya yang masih sama. Waktu telah berganti, perubahan telah terjadi, tapi keduanya sama-sama masih tak bisa saling melupakan.

"Kamu ga boleh ketemu aku setelah lima tahun cuma buat ngasih tau rencana bunuh diri begini. Ayolah, aku tau kamu jenius. Ga usah peduliin masa depan yang Haruto liat, kamu pasti bisa bikin rencana yang lebih baik lagi. Yah, please."

Air matanya perlahan jatuh. Jihoon yang biasanya gagah itu cuma bisa menangis di pelukan Hyunsuk. Sama sih dua-duanya. Wibawanya luntur dihadapan mereka berdua aja.

"Tapi masalahnya anak-anak bisa aja ga selamat kalo aku ga melakukan rencana itu."

"Pokoknya kamu harus kasih sinyal baru aku bisa tekan remotnya," bantahnya.

Hyunsuk tak menjawab, ia malah mempererat pelukan mereka. Dan yah, Jihoon anggap diamnya itu berarti iya.

"Aku ga bisa lama-lama di sini." Hyunsuk menarik dirinya dari pelukan Jihoon. Ia buru-buru menghapus air matanya, membenarkan bajunya, siap-siap pergi.

Jihoon mengangguk mengerti. "Nanti kita harus ketemu lagi oke? Jangan ngilang lagi kayak lima tahun lalu. Oke?"

Senyumnya Jihoon... Manis...

Hyunsuk mengangguk lalu balas tersenyum. Padahal dalam hatinya hancur lebur ga karuan. Rasanya mau nangis aja sekarang. Kalo bisa nangis sampe air matanya ga bisa keluar lagi. Pasalnya rencana awalnya itu memang yang terbaik. Hyunsuk pasti akan ketahuan setelah ini. Pengkhianatannya akan terungkap oleh orang-orang Kupu-Kupu Biru. Jika Hyunsuk selamat nantinya ia tetap akan menjalani hukuman kan? Korupsi... pencucian uang... penyelundupan senjata... ia telah terlanjur campur tangan di sana. Jadi mati bersama yang lain tak buruk kan?

"Aku sayang kamu, Jihoon. Selalu."

Lalu setelah itu Hyunsuk buru-buru keluar kamar. Dia ga bisa lama-lama natap mata Jihoon. Ga bisa lama-lama tahan tangis begini.

Kupu-Kupu Biru  || hajeongwoo/jeongharu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang