Delapan

2.2K 419 49
                                    

Surat Dari Papa Mama

Keesokan harinya sekolah berjalan seperti biasa. Nanti kalo ada berita penculikan lagi itu juga termasuk biasa. Soalnya guru-guru ga ada tanggung jawabnya sama sekali, nyariin juga engga, lapor juga engga, fix sekongkol. Nanti juga kalo Haruto dan Jeongwoo melakukan penyelidikan lagi itu juga sudah termasuk hal biasa.

Gitu deh sekolah aneh, hal yang ga biasa jadi biasa. Yang biasa jadi ga biasa. Mau keluar juga ga bisa. Ya udahlah terima nasib.

Tapi kalo Haruto dan Jeongwoo, terima nasib itu terlalu payah. Apalagi Jeongwoo yang terlalu serius soal ini, seakan dia datang ke sekolah ini cuman buat mecahin kasus ini. Haruto... yah... dia juga ga bisa diam aja. Dia ada kemampuan lebih buat hal-hal semacam ini. Ada baiknya dipakai, kan?

Siang hari ini Haruto memutuskan untuk pergi ke perpustakaan. Selain untuk mengembalikan buku sandi yang mereka curi kapan hari itu, Haruto juga mencari buku untuk menerjemahkan surat orang tuanya. Tentu saja dengan Jeongwoo yang mengekor di belakang. Lama-lama dia lebih seperti pengawal pribadi Haruto.

"Ini kita kembalikan bukunya. Bersih tanpa cacat. Maaf sudah lancang mengambilnya tanpa izin," ujar Haruto pada ibu petugas perpustakaan yang sedang bertugas.

"Ya. Lain kali jangan main ambil. Izin dulu."

Haruto mengangguk padanya lalu pergi masuk ke perpustakaan.

"Mau kemana?" tanya ibu itu agak kencang.

"Oh. Mau cari buku."

"Jangan dicuri lagi."

"Baik, bu." Haruto menunduk lagi kemudian bergegas masuk ke dalam perpustakaan.

Sesampainya di antara rak-rak buku, Haruto dengan cekatan mencari buku yang ia cari. "Jeongwoo, bantuin cari novel judulnya 'Kisah Putri Berambut Merah'."

Jeongwoo mengangguk mengerti lalu pergi mencari novel yang dimaksud. Matanya dengan cekatan menyisir deretan buku-buku tebal di rak paling atas, tengah, dan kemudian yang bawah. Selang beberapa menit kemudian, Jeongwoo dengan mata serigalanya berhasil menemukan buku yang dimaksud Haruto.

"Haruto! Yang ini bukan?" Jeongwoo langsung menghampiri Haruto sambil menyodorkan novel bersampul cokelat dengan tinta emas untuk judulnya.

"Betul. Terima kasih."

Kemudian Haruto duduk di meja, sebelahnya ada Jeongwoo yang memperhatikannya menerjemahkan surat. Sebenarnya suratnya bukan dari bahasa lain, tapi cuma kode-kode yang diajarkan ayah-ibunya. Caranya begini: kata-katanya hanya dapat tersusun dengan bantuan novel. Setiap kata ditandai dengan nomor halaman, baris ke berapa dan kata ke berapa dari kiri.

Jadi contohnya seperti ini: 123-2-4, artinya halaman 123, baris ke-2, kata ke-4.

Judul buku ditulis dengan kode urutan alphabet. Biasanya di ujung kiri surat ada petunjuk A-1, berarti nomor 1 adalah A dan nomor 26 adalah Z. Untuk surat kali ini A-3 berarti nomor 3 adalah A, nomor 26 adalah X dan nomor 2 adalah Z. Kadang ibunya bisa bikin A-6, A-12 juga pernah untuk latihan. Bila hendak mengirim ke tempat yang tak memungkinkan cari buku berarti suratnya hanya angka-angka yang menandakan alphabet, seperti yang A-1 tadi. Tapi bagi Haruto ini hal biasa dalam keluarganya. Surat kadang tak aman, apalagi kalau isinya rahasia. Sandi morse terlalu biasa jadi ibunya menciptakan kode-kode ini, khusus keluarganya dan orang-orang kepercayaannya.

Di sisi lain Jeongwoo bertopang dagu memperhatikan Haruto yang daritadi sibuk bolak balik lembar novel dengan cepat seakan dia sudah hafal tiap kata dari lembarannya. Bahkan Jeongwoo yang tadinya berpikir bakal terngantuk-ngantuk nunggu Haruto malah ga ngantuk sama sekali saking takjubnya dia sama skill bolak balik bukunya Haruto. Selesai dalam sepuluh menit.

Kupu-Kupu Biru  || hajeongwoo/jeongharu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang