Perihal Jatuh Cinta dan Sakit Hati
Asliiii. Haruto pengen ngamuk. Pilihan macem apa tuh kayak gitu.
Keluarga atau Jeongwoo? Keluarga atau Jeongwoo?
Haruto gatau! Jeongwoo itu juga keluarga! Jadi mana bisa milih begitu.
"Udah lewat dua menit," Kwon Jiyong mengamat-amati jam tangannya. "Emang susah ya pertanyaannya? Kalo susah berarti kesetiaan kamu dipertanyakan nih," ledeknya lagi.
Duh. Jujur Haruto naik darah. Tangannya mengepal berusaha menahan semua amarah yang memuncak di dadanya. Buku-buku jarinya sampai putih begitu.
"Heh!" Sebuah tamparan mendarat di pipi Haruto. "Jeongwoo itu musuh kamu! M-U-S-U-H! MUSUH! Kamu pikir kamu bakal aman nolongin Jeongwoo, hah? Kamu bisa dihukum mati dan di cap pengkhianat selamanya loh! Ga takut mati?"
"Ga," jawabnya kecil.
"Bodoh!" Kwon Jiyong berdiri. Ia mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Tiga lembar foto?
"Sekarang gini ya. Saya tau itu pilihan sulit bagi kamu kan. Nih." Kwon Jiyong meletakkan tig buah foto di atas meja. Masing-masing berisi wajah-wajah familiar. Keluarga kandungnya. Ayah, ibu, dan adiknya. Darah di kepala. Mulutnya disumpal kain. Keadaannya jelas ga baik. Setengah sadar dengan mata bengkak, apalagi adik perempuannya yang bahkan baru limabelas tahun. Luka-luka diwajahnya jelas terlihat. Haruto mengepalkan tangannya geram. Mereka menyiksa keluarganya.
Dasar orang-orang berengsek! Apa yang mereka lakukan ke keluarganya, hah? Dadanya sesak sekali menahan amarah. Rasanya Haruto pengen lempar orang dihadapannya ini ke api neraka.
"Bawa Jeongwoo dan anak-anak AIN lainnya atau keluargamu lenyap besok." Sekarang malah berubah jadi perintah.
Haruto merinding. Bulu kuduknya berdiri. Itu tadi... Keluarga atau Jeongwoo... Itu bukan pilihan. Haruto tidak punya pilihan. Haruto... Ah.
Jeongwoo, maaf.
"Pokoknya tangkap mereka lalu kita akan jadi penguasa negara," katanya. Setelah itu tuan Kwon Jiyong yang dulunya sangat ia hormati tertawa lepas. Tawa jahat nan mengerikan yang ia pikir hanya ada di film-film.
Penguasa negara? Gila kali.
Sekarang tinggal Haruto dan air matanya yang hampir tumpah.
"Junghwan, Junghwan!" Jeongwoo menepuk-nepuk pundak Junghwan, berusaha membangunkan Junghwan.
"Hngg?" Junghwan ini masih setengah tertidur.
"Junghwan! Haruto ga ada di tempatnya!" ucap Jeongwoo panik.
Mendengar itu Junghwan langsung bangun. Walaupun tadi Jeongwoo hanya berbisik, Junghwan bisa merasakan bagaimana paniknya Jeongwoo saat berkata begitu. Jadi Junghwan langsung bangun dan menarik Jeongwoo keluar ruang tidur mereka.
"Haruto kenapa?"
"Dia nggak ada di tempatnya!"
"Kok bisa?"
"Gak tahu! Aduhh, padahal biasanya kalau dia keluar-keluar selalu sama gue! Padahal gue selalu bilang ke dia untuk selalu sama gue! Kok dia tiba-tiba ngilang gini sih!?"
Jeongwoo panik banget, beberapa kali dia ngacak-ngacak rambutnya, gigit bibirnya sendiri. Panik, panik.
"Jeongwoo tenang dulu." Junghwan mengelus-elus punggung Jeongwoo, memberinya ketenangan. "Kita cari Haruto bareng-bareng. Dia pasti ga jauh dari sini kok. Mungkin dia juga butuh waktu sendiri."
Jeongwoo mengangguk. T-tapi ga biasanya Jeongwoo sepanik ini. Dan ga biasanya Haruto pergi tanpa bilang Jeongwoo.
Jeongwoo berjalan di belakang Junghwan, kekhawatirannya makin menjadi-jadi. Masalahnya tiba-tiba hilang di kamp yang ga jelas untuk apa dan katanya dipimpin sama organisasi Kupu-Kupu Biru ini beneran bukan hal yang baik. Gimana kalau Haruto diculik, dipaksa-paksa suruh ini itu... Apalagi... Oh iya! Apalagi waktu mereka nguping rapat kemarin ada salah satu anggota rapat yang bilang kalau Haruto itu familiar. Aduh! Jangan-jangan itu ada hubungannya lagi.
![](https://img.wattpad.com/cover/297048158-288-k266676.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kupu-Kupu Biru || hajeongwoo/jeongharu ✔
FanfictionHaruto yang bisa baca masa depan, Jeongwoo yang irit bicara, dan murid-murid yang selalu menghilang setiap tanggal 25. [End] disclaimer: -bxb -15+ -murni fiksi cuman buat hiburan aja -update setiap kamis