Gerak Cepat
Jihoon menyambut mereka dalam diam. Jihoon langsung menaruh jari telunjuknya di bibir ketika mereka yang keluar senyum kesenengan karena akhirnya bisa bebas. Ya walaupun ga bebas-bebas banget. Bebas sambil menyambut tugas baru maksudnya. Pokoknya sekarang ini tangan kakinya ga terikat lagi.
Jaehyuk, Asahi, Junghwan, dan Jeongwoo mengikuti Jihoon berjalan ke arah basecamp tempat mereka sementara tinggal sebelum mengevakuasi seluruh murid-murid tak bersalah yang diculik ke AMD. Di sana mereka disambut kawan lama, ada Sungchan, Yedam, Yujin, Doyoung. Semuanya pernah kenal dulu saat masih di akademi. Oh, plus Yoshi juga, kalo ini yang kenal cuma Jeongwoo aja.
Doyoung secara pribadi menghampiri Junghwan. Dipeluknya badan tinggi besar Junghwan erat-erat. Yah walaupun bagi Doyoung, Junghwan itu tetap buntelan mochi kesayangannya, bukan raksasa menakutkan seperti kesan yang diberikan orang-orang pada Junghwan. Bagaimanapun Junghwan itu kan adik kesayangannya.
"Lecet tuh tangan kamu. Sakit?" Doyoung membolak-balikkan pergelangan tangan Junghwan, memeriksa luka lecetnya yang cukup parah. "Diobatin ya?" katanya lembut.
"Yang lain juga tangannya diobatin ya," katanya pada semua orang yang baru datang. "Kalian semua tunggu di kamar."
Maka mereka yang baru datang itu langsung masuk menuju kamar. Mereka duduk berjejer di ranjang. Pertama-tama Doyoung membersihkan luka mereka, satu per satu lalu membalutnya dengan kain.
Jeongwoo sih daritadi meringis. Perih. Kena obat, kena air, perih.
"Yang terakhir itu pelayanannya ekstra care ya," ledek Asahi. Habisnya Doyoung memperlakukan Junghwan dengan ekstra hati-hati. Bahkan minta maaf kalau Junghwan meringis setelah lukanya diberi obat.
"Kalian pacaran ya," timpal Jaehyuk.
"Engga!" jawab Doyoung dan Junghwan secara bersamaan.
"Ya gausah kompak gitu juga kali."
Percakapan saling ledek terhenti ketika Jihoon membuka pintu kamar. "Keluar. Mau bahas rencana dikit."
Lalu semua orang keluar dari kamar dan duduk di meja panjang yang biasa digunakan untuk membicarakan rencana.
"Sungchan dan Yedam udah saya suruh menunggu di depan pintu terowongan anak-anak. Kalian sampai lebih cepat dari rencana awal kita, pasti ada sesuatu, dan ada kemungkinan anak-anak dikeluarkan lebih cepat juga."
"Saya minta Junghwan dan Doyoung siapkan kereta untuk pergi dari sini. Jarak terowongan dari stasiun ga begitu jauh. Saya mau anak-anak diarahkan ke sana. Mereka akan dievakuasi dengan kereta sementara nanti bom meledak di dalam bangunan sana."
"Bom...?" lirih Jeongwoo.
Itu berarti... Apa Haruto tau rencana ini? Atau... dia akan terus ada di dalam?
Seakan membaca pikiran Jeongwoo, Jihoon langsung menjawab. "Setelah diberikan sinyal tentunya."
"Sekarang boleh mulai menjalankan tugasnya masing-masing. Jaehyuk, Asahi, Yujin, Jeongwoo ke ruang senjata di bawah. Yoshi ikut Doyoung dan Junghwan ke stasiun. Yuk, mulai gerak."
Serempak semuanya bergerak ke tempatnya masing-masing. Tugasnya sudah dimulai. Semoga berjalan dengan lancar sesuai harapan.
"Jeongwoo?" Jihoon memanggilnya lantaran Jeongwoo belum juga beranjak dari tempat duduknya.
"Tunggu apa lagi, ayo ke bawah."
Jeongwoo kemudian mengangguk dan bergegas ke ruangan bawah. Padahal sebenarnya pikiran dan hatinya sangat bergejolak. Kenapa sih di saat-saat seperti ini masih harus kepikiran Haruto? Saat ada kata bom, penyerangan dan lain-lain yang dia pikirin cuma Haruto, Haruto, Haruto. Padahal Haruto udah jahat. Dari yang tadinya minta maaf karena dia ga sengaja tau identitas Jeongwoo sampe dia sendiri yang ngungkapin identitas Jeongwoo ke semua orang... segampang balikin telapak tangan ya?

KAMU SEDANG MEMBACA
Kupu-Kupu Biru || hajeongwoo/jeongharu ✔
FanficHaruto yang bisa baca masa depan, Jeongwoo yang irit bicara, dan murid-murid yang selalu menghilang setiap tanggal 25. [End] disclaimer: -bxb -15+ -murni fiksi cuman buat hiburan aja -update setiap kamis