Duapuluhenam

1.5K 292 25
                                    

Rencana Selanjutnya

Jeongwoo mengerjap-ngerjapkan matanya. Silau. Satu cahaya dari lampu yang digantung di langit-langit bikin matanya perih. Belum lagi rasa mual di perutnya yang makin membuatnya tak nyaman. Apalagi sekarang ada kain yang mengikat mulutnya. Juga kedua tangannya yang tak bebas dan sulit digerakkan.

Jeongwoo menatap ke sekelilingnya. Teman-temannya yang lain ada pada keadaan yang sama buruknya. Semuanya diikat di sebuah tiang. Malah Asahi dan Jaehyuk belum sadar. Junghwan juga tampaknya masih lemas.

Lalu sekelebat ingatannya sebelum berakhir di sini tiba-tiba muncul. Yah, dia dikhianati lagi ya... Bayangan wajah Haruto sebelum Jeongwoo tak sadarkan diri memenuhi pikirannya. Haruto dengan wajahnya yang tampak tak punya empati dan rasa kasihan pada Jeongwoo dan lainnya. Haruto yang membiarkan itu semua terjadi. Haruto yang membiarkan dirinya dan yang lainnya diambil paksa oleh para penjahat. Haruto yang berkhianat... Bisa-bisanya Jeongwoo jatuh cinta pada orang yang seperti itu. Bisa-bisanya ciuman pertamanya diambil orang itu.

Perih. Pipinya, bibirnya, tiba-tiba wajahnya perih. Tampaknya air matanya yang jatuh mengenai wajahnya yang terluka. Entah ada berapa luka di wajahnya tapi ini sudah cukup perih. Jeongwoo ingin berhenti menangis, ia juga ingin mengelap air matanya sendiri. Tapi apa daya sekarang ia tak bisa. Jadi dia hanya bisa meringis dan menahan perih.

"Ohooo. Orang-orang pemerintah sudah bangun rupanya."

Bukan cuma satu, ada dua orang yang sekarang berjalan kearahnya.

"Ini boleh dimainin, bos?"

"Ga. Sayangnya kita diperintahin cuman buat jaga mereka aja. Kalau dibiarin begini terus nanti juga mati sendiri. Apalagi yang di pojok itu tuh mentalnya udah kena, bikin umurnya tambah pendek."

Jeongwoo sebenarnya menghela napas lega ketika mereka bilang bakal 'mati sendiri'. Serius, Jeongwoo mending dibiarinin mati sendiri begini daripada harus melewati neraka dunia. Dimainin, disiksa, dipukulin. Udah sumpah mending dia mati berlutut begini.

Lalu dua orang itu pergi begitu saja. Oh ngomong-ngomong soal berlutut rasanya sekarang kedua kakinya keram banget sampe gabisa ngerasain apapun. Sudah dipastikan tangannya lecet. Ya udah sih babak belur intinya. Tapi yang paling terluka parah ya hatinya. Rasanya pengen hapus semua memori tentang Haruto di kepalanya. Ciuman pertamanya, obrolan panjang pertamanya, cara Haruto perhatian sama Jeongwoo... semuanya terlalu tulus dan nyata daripada sekedar bagian akting demi melancarkan aksinya sebagai pengkhianat.

Jeongwoo sakit hati. Bukan sakit lagi, hatinya remuk, hancur berkeping-keping. Semua karena cinta pertamanya.

Jadi persetan dengan luka-luka basah di wajahnya, Jeongwoo tidak bisa menghentikan air matanya. Semuanya terjun bebas begitu saja. Banjir. Jeongwoo dengan bodohnya nangisin Haruto lagi.

:(






Haruto berjalan gontai di belakang Senior Hyunsuk. Mereka sedang menuju ke ruang rapat. Haruto udah ga lagi latihan-latihan kayak temen-temennya yang lain. Dia cuma fokus ngikutin Hyunsuk aja. Sama kabar di kamp juga dia ga tau. Kabar temen-temennya yang lain, mereka penasaran ga ya tiba-tiba Haruto, Jeongwoo, dan Junghwan tiba-tiba hilang ga ada kabar. Terus juga apa jadinya kalau mereka tau Haruto ternyata dari organisasi Kupu-Kupu Biru? Kesurupan reog lagi ga ya mereka?

Haruto memejamkan matanya sebentar. Ia berusaha menenangkan pikirannya sebentar. Sampai tau-tau ia sudah sampai di depan ruang rapat yang dimaksud. Haruto sebisa mungkin membungkuk ke semua orang yang hadir. Semuanya lebih senior daripada Haruto, lebih beriwibawa walaupun semuanya tetap penjahat di mata orang lain.

Haruto ngekorin Hyunsuk, masuk di ruang rapat pun tetep ngekorin Hyunsuk. Dia disuruh duduk sebelah Hyunsuk di barisan paling belakang sedangkan nanti yang mimpin rapat duduk di depan sendiri.

Kupu-Kupu Biru  || hajeongwoo/jeongharu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang