Tentang Kepolosan Keduanya
"Haruto ya? Tumben ga sama Jeongwoo."
"Oh. Siapa ya?" Yang disapa jadi kaget sendiri. Pasalnya daritadi sepertinya dia sendirian, kenapa tiba-tiba jadi ada orang ini?
"Gue Junghwan. Dari kelas sebelah." Junghwan mengulurkan tangannya, maksudnya mau nyalamin Haruto. Haruto bales salamin dia. Tapi aneh, baru juga dia liat orang jatoh tiba-tiba ada yang nyamperin ajak kenalan.
"Ada yang jatoh dari rooftop kok pada ga sadar ya?" tanya Haruto basa-basi.
"Bentar lagi pasti ada yang dateng." Junghwan menunjuk lorong kamar asrama yang kelihatan dari tempatnya berdiri sekarang. "Tuh, pada keluar dari kamar semua."
Betul, murid-murid dari asrama berhamburan keluar melihat keadaan. Semuanya sangat terkejut, beberapa langsung lari turun ke bawah beberapa balik masuk kamar, mungkin takut. Haruto pun begitu, dia tak berani mendekat, sudah cukup melihat tubuh penuh darah dari jauh sini. Haruto yakin leher dan tulang belakangnya pasti remuk ga karuan.
Karena murid-murid mulai heboh, beberapa guru dan penjaga asrama lainnya mulai ikutan keluar dari ruangan masing-masing. Ya pokoknya Haruto ga mau ikutan lah.
"Lo ngapain di sini?" tanya Haruto pada Junghwan.
"Abis keliling-keliling aja. Gue baru masuk kemarin."
"Oh." Haruto mengangguk. "Kenapa mau masuk sini? Emangnya ga pernah denger rumor-rumor ga enak tentang sekolah ini apa?"
Junghwan menggeleng. "Memangnya ada apa?"
"Ada apa? Banyak, banyak kejanggalan yang terjadi di sini. Lo pasti kena tipu deh."
"Hmmm. Mungkin. Sepupu gue pernah sekolah di sini. Jadi harusnya aman sih."
Murid-murid yang berhamburan tadi sekarang pada diusir-usirin suruh pergi. Guru-guru pada masuk ke asrama suruh murid-muridnya masuk. Haruto dan Junghwan lihat beberapa guru inisiatif ambil koran buat nutupin tubuh yang jatuh itu.
"Haruto?" panggil Jeongwoo dari belakang. Dia dan Sekretaris Jihoon keluar dari ruang diskusi bersamaan.
Haruto diam saja.
"Oh. Jeongwoo ya? Halo!" Malah Junghwan yang nyapa balik Jeongwoo.
"Hai. Kalian ngapain?"
"Sini!" serunya sambil melambaikan tangannya. "Liat sendiri tuh ada apa."
"Itu apaan?"
Haduh wkwkwk. Jelas ga tau karena badannya udah ditutupin koran. Sekarang siapapun yang lihat tkp dari lantai dua kayak mereka sekarang itu pasti bingung. Badan korban udah ditutupin koran dan kalo dari jauh kelihatannya cuma tumpukan koran aja.
Junghwan tepuk jidat. Jelas Jeongwoo bingung.
"Tadi ada yang terjun," jawab Junghwan santai.
"Terjun? Terjun atau jatuh?" Si sekretaris julid ikut-ikutan.
Haruto diam saja. Sebenarnya dia yakin sekali ada yang mendorong orang itu dari atas. Tapi lagi-lagi, Haruto mau diam saja. Orang-orang seperti Haruto harusnya tak disini pada jam segini. Kalau dia bilang dia lihat, urusannya bisa panjang. Apalagi mungkin ini ada hubungannya dengan kasus murid-murid yang hilang itu.
"Gue yakin itu didorong. Gue jelas-jelas liat ada yang dorong dari atas." Junghwan yang bicara. "Kok lo diem aja, Haruto? Lo kan liat jelas."
Haruto memicingkan matanya kearah Junghwan. "Walaupun begitu, lo harus simpen fakta itu sendiri dulu. Lo ga tau lo berhadapan sama siapa."

KAMU SEDANG MEMBACA
Kupu-Kupu Biru || hajeongwoo/jeongharu ✔
FanficHaruto yang bisa baca masa depan, Jeongwoo yang irit bicara, dan murid-murid yang selalu menghilang setiap tanggal 25. [End] disclaimer: -bxb -15+ -murni fiksi cuman buat hiburan aja -update setiap kamis