Tiga

3.3K 537 54
                                    

Ada Yang Hilang Lagi

"Lo lagi banyak pikiran ya?" tanya Haruto pada Jeongwoo yang daritadi bolak-balik badan gelisah di ranjangnya sana. Jelas sekali Jeongwoo tidak bisa tidur.

Jeongwoo hanya membalas dengan anggukan kecil.

"Tidur yang nyenyak, Jeongwoo."

"Lo juga. Jangan kebangun terus."

Haruto jadi malu sendiri. Memang benar sih dia kebangun terus dari tadi. Tapi biasa juga seperti ini kok. Minimal kebangun sekali. Tapi habis itu ya seperti biasa lagi, bisa tidur lagi.

Lonceng berbunyi berulang kali pertanda tidur nyenyaknya harus berakhir. Kali ini Haruto bangun lebih dulu sebelum Jeongwoo. Haruto mengucek-ngucek matanya yang berair. Kemudian ia menepuk-nepuk pundak Jeongwoo agar ia segera bangun.

Haruto membuka tirai jedela kamar mereka lebar-lebar, membiarkan cahaya matahari masuk lebih banyak. Ia melirik ke arah mercusuar sebentar, mengingat-ingat kejadian aneh tadi malam.

Haruto balik lagi ke ranjang. Di sana Jeongwoo sudah duduk sambil menunduk tak semangat.

"Kenapa?" tanya Haruto.

"Gapapa. Ayo makan."

Haruto yang masih patuh dengan perintah Jeongwoo yang tidak ingin dipegang-pegang itu langsung melangkahkan kakinya keluar. Pokoknya ia akan terus meminta izin terlebih dahulu. Menurutnya begitu akan lebih sopan. Yah walaupun mereka teman sekamar. Tapi kalau dari awal Jeongwoo melarang ya mau bagaimana lagi.

"Haruto, tunggu!"

Haruto yang mendengar namanya dipanggil itu langsung berhenti.

"Kan udah gue bilang lo harus selalu sama gue."

Haruto terkejut. Rasanya seperti ada aliran listrik mengalir di seluruh sarafnya. Matanya melebar tak percaya.

Haruto. Baru. Saja. Digandeng. Jeongwoo.

"Kok diem? Ayo jalan."

"I-iya, iya."

Jadi benteng pertahanannya sudah runtuh nih? Atau perasaan Haruto yang semakin bermekaran?

"Jeongwoo, kerja kelompok kita gimana? Mau kerja bareng kapan?" tanya seorang laki-laki teman sekelas Jeongwoo dan Haruto. Di pembagian kelompok kali ini Jeongwoo tidak sekelompok dengan Haruto.

"Atur aja. Nanti gue ikut," jawabnya dingin.

Oh ternyata sikapnya ke orang lain masih tetap sama ya.

"Ishhh. Udah gue duga jawabnya bakal begini. Nanti sore jam 4 bisa ga?"

"Bisa."

"Oke gue tunggu di ruang diskusi."

"Ya."

Setelah keempat laki-laki itu pergi Jeongwoo langsung fokus pada bukunya lagi. Haruto yang duduk di diagonal belakang Jeongwoo masih saja memperhatikan sikap Jeongwoo. Dalam kamar manis, di luar kamar tetep jutek juga. Mau sok cool kah?

Sebenarnya Haruto gapapa sih kalo Jeongwoo cuman manis sama dirinya aja. Berarti Haruto termasuk orang spesial bagi Jeongwoo dong. Ya kann???

Sorenya Jeongwoo mau gak mau pisah sama Haruto. Haruto kerjain PR di kamar sedangkan Jeongwoo dan anggota kelompoknya yang lain kerja kelompok di ruang diskusi.

Ruang diskusinya kecil dengan kursi dan meja dari kayu. Dindingnya dilapisi kertas dinding yang sudah menguning dan beberapa potret siswa-siswa berfoto di depan gedung sekolah digantung di dinding. Selain itu ada juga jam dinding warna cokelat digantung di sana.

Kupu-Kupu Biru  || hajeongwoo/jeongharu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang