Sewaktu Bersembunyi
Haruto dan Jeongwoo mengintip dari kaca yang ada di pintu. Kaca patri bercorak abstrak itu punya bagian bening di bawahnya. Tak lebar, hanya sekitar 2 cm, jadi mereka mengintip dari situ.
Beberapa detik kemudian pintu dibuka, suara langkah kaki terdengar dengan jelas. Bukannya satu atau dua, melainkan lebih dari tiga. Menurut perkiraan Haruto mungkin enam orang.
"Ada delapan orang," bisik Jeongwoo di sebelahnya.
Haruto tak menjawab. Jujur ia terlalu takut ketahuan. Apalagi kalo misalnya mereka ketahuan nanti bakal ketahuan sama delapan orang. Keroyokan banget.
"Pak, kunci ruang bawah kemana ya?" tanya salah seorang dari mereka. Laki-laki.
Haruto melihat orang-orang itu berkumpul di sekitaran meja kerja kepala sekolah. Satu diantaranya berkali-kali melongok ke bawah meja.
"Di buku tidak ada kah?"
"Tidak ada, Pak."
Haruto berjongkok lebih rendah. Ia sudah tidak ingin mengintip. Sepertinya mendengarkan saja sudah cukup. Kalau nanti sampe ketahuan juga kan ngeri-ngeri sedep. Kalo begini ruang buat Jeongwoo mengintip jadi lebih besar juga.
"Wah. Ini pasti ulah anak-anak. Mereka kemarin bersih-bersih ruangan bapak," ujar salah seorang yang lain. Seorang wanita yang suaranya terdengar familiar.
"Woo," Haruto menepuk-nepuk punggung Jeongwoo. "Itu suara Bu Sun ga sih?"
Jeongwoo mengangkat kedua alisnya. "Memang iya."
Wah. Bercanda.
"Pak, pistol juga hilang," lapor yang lainnya.
"Hilang? Kok bisa?"
"Emang bener-bener nih anak-anak. Itu pasti kerjaannya mereka juga!" Suaranya meninggi mau marah. Bu Sun nampaknya sudah naik darah.
"Ya sudah kita rapat di tempat lain aja. Urusan itu nanti Bu Sun tolong urus ya. Anak-anak iseng itu ga tau ya kalo pistol yang mereka ambil itu pistol betulan."
"Ya sudah. Rapatnya pindah tempat saja."
Setelah itu semua orang meninggalkan ruangan kecuali satu orang yang nampaknya sama dengan yang mengecek keberadaan kunci dan pistol tadi. Suara langkah kakinya terdengar semakin dekat. Jeongwoo yang tadi mengintip langsung cepat-cepat mengisyaratkan Haruto untuk bersembunyi. Haruto cepat-cepat bersembunyi dibalik meja wakil kepala sekolah sedangkan Jeongwoo di balik rak buku di sisi yang satunya.
Ceklek!
Orang itu betul-betul membuka pintu tembusan ke ruang wakil kepala sekolah, tempat Haruto dan Jeongwoo bersembunyi. Untungnya orang itu hanya menengok kiri-kanan sekedar mengecek keadaan lalu pergi.
Ceklek!
Ceklek!
Dua pintu sudah ditutup, lampu ruang kepala sekolah juga sudah dimatikan. Artinya orang-orang sudah tak lagi ada di ruang kepala sekolah. Sekarang tinggal mereka berdua saja, tidak ada orang lain.
Jeongwoo keluar dari tempat persembunyiannya, begitu juga Haruto. Mereka langsung menuju ke pintu untuk kembali ke ruang kepala sekolah.
"Dikunci?" tanya Jeongwoo panik. Berkali-kali ia menekan-nekan gagang pintu, berusaha membuka pintu. Tapi hasilnya tetap sama, pintunya tak bisa dibuka.
"Hah? Seriusan?"
Kini gantian Haruto yang mencoba membuka pintunya. Hasilnya sama saja, tak bisa dibuka sama sekali.
![](https://img.wattpad.com/cover/297048158-288-k266676.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kupu-Kupu Biru || hajeongwoo/jeongharu ✔
FanfikceHaruto yang bisa baca masa depan, Jeongwoo yang irit bicara, dan murid-murid yang selalu menghilang setiap tanggal 25. [End] disclaimer: -bxb -15+ -murni fiksi cuman buat hiburan aja -update setiap kamis