A

1.4K 125 16
                                    

○●

Lambaian tangan Ningsih dari balik jendela kaca ditangkap baik oleh Saka, cowok itu bergegas keluar dari ruangan tempat dia bekerja. Departemen produksi, Ink Cartridge.

Ini sudah jam tujuh pagi, memang sudah waktunya pergantian shift. Saat Saka membuka pintu departemen tempat dia bekerja, Ningsih sudah berdiri di koridor dengan senyuman lebarnya.

"Mau sarapan apa?" Ningsih langsung bertanya, tanpa basa basi.

"Bubur." Jawab Saka sekenanya.

"Ngantuk banget ya?" Tanya Ningsih lagi saat melihat mata Saka yang hanya terbuka separuhnya.

"Menurut mu?" Dengus Saka jengkel. Tentu saja dia sangat mengantuk, semalaman kerja begadang.

"Santai dong. Emang gak ada waktu buat tidur tadi malam?"

Pekerjaan Saka kan tidak mengharuskan lelaki itu kerja setiap saat.

"Gak. Mesin banyak yang rusak." Ujar Saka memberitahu.

"Mesin berapa?" Tanya Ningsih ingin tau. Ya siapa tau nanti dia bisa memberi usul kepada atasan mereka agar mesin itu diganti.

Saka dan Ningsih bekerja di sebuah Pabrik tinta, bernama Espa. Sudah dua tahun mereka mengabdikan diri disini. Mereka masuk kerja dihari yang sama, dan mereka juga tinggal di apartemen yang sama, bahkan bertetangga.

Itulah membuat dua anak manusia itu dekat, awalnya tak sedekat ini. Tapi karna pembawaan Ningsih yang ceria dan sok akrab pada Saka. Akhirnya lelaki itu nyaman.

Awalnya sih karna risih disapa tiap hari sama Ningsih, tapi lama kelamaan Saka terbiasa. Bahkan sekarang mereka sudah menjadi best friend.

Dimana ada Ningsih, di situ pasti ada Saka.

Tapi mereka kadang harus terpisah juga karna aturan pabrik. Saka yang seorang maintenance memiliki dua shift, pagi dan malam.

Sedangkan Ningsih yang bekerja sebagai staff HRD tak merasakan shift malam, dia selalu masuk pagi. Itu pun masuk jam delapan pagi dan pulang jam lima sore, sedangkan Saka masuk jam tujuh pagi dan pulangnya jam tujuh malam. Begitupun jika dia shift sebaliknya.

Terkadang Ningsih sering lembur juga, biar bisa pulang bareng sama Saka jam tujuh malam, jika cowok itu shift pagi.

"Mesinnya kakak mu."

"Mesin satu? Kak navisa?"

"Ya siapa lagi." Ucap Saka yang mulai berjalan di sepanjang koridor menuju kantin yang terletak di lantai dua.

Ningsih hanya tertawa, sambil mengikuti langkah lebar Saka dari belakang.

"Itu mah gak heran." Sekarang Ningsih sudah berjalan disamping Saka.

"Ada setannya ku rasa." Sunggut Saka. Karna memang mesin satu itu terus yang sering rusak, padahal itu mesin lumayan baru.

"Hush." Ningsih memperingati. Mana boleh bicara sembarangan begitu. Apalagi di pabrik tempat mereka bekerja ini lumayan banyak cerita-cerita mistisnya.

"Kenapa? Takut setan?" Saka menghentikan langkah kakinya saat mereka sampai di pijakan anak tangga sambil menatap Ningsih.

"Iyalah anjir.." Ningsih pun ikut menghentikan langkah kakinya.

Sekarang suasana di koridor sedang sepi. Yang shift pagi, semua sudah masuk kedalam departemen kerja mereka, sedangkan yang shift malam, juga masih di dalam departemen kerja mereka, menunggu bel pergantian shift bunyi.

Jangan tanya kenapa Saka sudah bisa keluar dari ruangan kerjanya. Cowok itu memang terkenal bandel disini. Tapi setidaknya jika dia belum fingerprint sebelum jam tujuh baru itu akan jadi masalah. Gajinya akan dipotong.

Pabrik T(c)intaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang