O

401 84 40
                                    

○●
"Benar?" Saka menatap Ningsih minta jawaban. Lelaki itu menunggu jawaban dari temannya ini, Ningsih tampak gelisah dimatanya.

Mungkin masih bingung mau menjawab apa. Harus jujur atau berbohong lagi.

"Beliau atasan kita. Kepala divisi dipabrik, pak Shons." Ningsih memberikan jawaban yang logis. Karna itu memang benar, ia sedang tidak berbohong sekarang.

Mendengar itu Shons hanya tersenyum mengejek. Ningsih selalu mempunyai jawaban apapun jika dalam keadaan mendesak.

"Benarkah?" Saka menatap Shons dari bawah sampai ke atas, memberikan tatapan tak peduli.

"Saka..." Ningsih memperingati Saka agar tak bersikap kurang ajar. Bagaimanpun juga Shons adalah atasan mereka.

"Ini bukan dipabrik. Tak ada atasan dan bawahan disini." Ujar Saka seolah mengerti tatapan memelas Ningsih padanya.

"Tentu saja." Balas Shons sambil mendengus. Lelaki didepannya ini benar-benar kurang ajar.

"Pergilah jika tidak ada urusan lagi." Usir Saka dingin.

"Sayangnya aku masih ada urusan disini." Ucap Shons tak kalah dinginnya. Dua laki-laki itu saling melihat satu sama lain dengan tatapan ingin saling membunuh.

"Saka.. " Ningsih meletakkan tangannya di dada bidang temannya itu. Menahan Saka yang sepertinya akan meledak sebentar lagi.

"Pak kepala divisi mungkin ada sesuatu yang ingin dibicarakan tentang pekerjaan." Kata Ningsih pelan.

"Pekerjaan apa? Ini hari libur dan bukan dipabrik." Saka tak terima dengan alasan yang diucapkan oleh Ningsih.

Tidak masuk akal baginya.

"Bukan urusanmu." Ucap Shons penuh penekanan. Dari tadi dia juga sudah berusaha menahan dirinya untuk tidak menghajar lelaki songong ini.

Apalagi melihat pemandangan dua orang ini yang saling menempel satu sama lain. Saka yang masih merangkul bahu Ningsih, dan Ningsih yang meletakkan tangannya di dada Saka.

Shons muak melihatnya.
Dan penasaran hubungan seperti apa yang dimiliki Saka dan Ningsih.

"Saka.. tidak apa-apa. Kamu masuklah kembali ke apartemenmu."

Saka tak terima disuruh masuk begitu saja, baru ingin melayangkan protes. Shons kembali menyela mereka.

"Bukankah tamu harus disuruh masuk?"

"Masuk? Siapa kau?" Saka kembali naik pitam melihat Shons yang tampak tak tau diri dimatanya.

Apa kata lelaki ini tadi? Ingin masuk ke apartemen Ningsih? Baku hantam dengan dirinya dulu sebelum itu.

"Kau yang siapa? Pacarnya?" Tanya Shons melihat ke arah Ningsih sambil tersenyum mengejek.

Saka diam, satu tangannya mengepal kuat, ingin segera memberikan bogem pada lelaki songong ini.

"Pak kepala divisi.. kami jauh saling mengenal sebelum ini. Beliau seniorku dikampus dulu, kami cukup dekat.. kamu tidak usah khawatir."

Akhirnya Ningsih bicara jujur, karna kondisinya sekarang sudah tidak kondusif. Dua lelaki di depannya ini sudah berada dipuncak emosi mereka masing-masing.

Dan Ningsih harus segera bertindak untuk mengatasinya. Tidak ingin terjadi keributan disini. Karna Ningsih yakin dua orang ini tak ada satupun yang akan mengalah nanti.

Mereka berdua memiliki watak yang sama.

"Apa?" Saka tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

Pabrik T(c)intaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang